Tribe Tank

Analisis Kompetitor Indonesia di Grup B SEA Games 2017

Kredit: KL2017

Thailand

Indonesia memulai SEA Games 2017 menghadapi sang juara bertahan sekaligus tim paling tangguh di ASEAN, Thailand.

Anak asuh Worrawoot Srimaka memainkan pola dasar 4-3-3 atau 4-2-3-1. Dalam fase membangun serangan (build up) dari belakang, Thailand memakai bentuk 2-3-1-1-3, 2-3-2-3 atau 2-4-1-3. Sektor yang paling dinamis dalam fase ini adalah gelandang tengah dikarenakan oleh staggering (struktur posisional akibat pengisian lini dan lokasi berbeda) oleh ketiga gelandang.

Thailand termasuk tim yang paling konsisten memainkan build-up dari belakang secara gradual yang menggunakan banyak umpan pendek atau menengah. Gol ketiga Thailand ke gawang Malaysia di kualifikasi, contohnya.

Build up, kesabaran, manipulasi bek lawan dan kedalaman vertikal.

Selain itu, pola progresi Thailand, banyak memperlihatkan orientasi serangan ke area sayap. Dari lini belakang atau pos nomor 6, Thailand akan segera mengakses penyerang sayap yang mengisi sisi sayap.

Taktik Thailand termasuk cukup variatif dalam fase ini. Ada kalanya bola langsung dilambungkan ke penyerang sayap atau ada saatnya penyerang sayap turun lebih dalam untuk menciptakan kedinamisan di sektor halfspace dan sayap sisi bola.

Pola build-up: bek tengah-penyerang sayap-bek sayap-penyerang tengah

Opsi lain adalah lini belakang atau nomor 6 Thailand segera mengakses penyerang Thailand yang mengisi area di tengah-tengah lini belakang lawan.

Bola panjang melambung Thailand ke lini terakhir

Pola progresi Thailand membuat pemain-pemain sayap mereka merupakan pemain yang berbahaya dalam fase menyerang. Selain karena sisi sayap menjadi salah satu sektor strategis, taktik pemain-pemain Thailand juga mendukung praktik prinsip orientasi sayap dalam serangan Thailand. Salah satunya adalah dukungan (support) dalam overload di halfspace dan sayap sisi bola.

Gambar 1: Overload Thailand di half space dan sayap sisi bola.

Gelandang sayap kiri Thailand, Chaiyawat Buran, memiliki kecepatan dribble yang bagus. Penetrasi dari sayap sering kali dilakukan melalui sisi luar bek sayap yang membuat karakter dribble-nya seperti sayap klasik. Gelandang tengah Thailandjugamemiliki kemampuan bagus.

Ketika Thailand melakukan overload di sayap sisi bola, gelandang sisi bola sering ditemukan berada di halfspace bertindak sebagai pendukung (support) kedinamisan Thailand di tepi lapangan. Posisinya di halfspace sering memberikan opsi perpindahan serangan apabila overload Thailand tadi gagal menemukan akses ke kotak penalti lawan. Panudech Maiwong adalah salah satunya.

Saat serangan gagal dan lawan mendapatkan kesempatan membangun serangan dari belakang, Thailand akan melakukan press blok tinggi sebagai prioritas utama, dengan pressing blok menengah sebagai alternatif.

Penyerang (nomor 9) Thailand berorientasi kepada nomor 6 lawan dan meninggalkan ruang bagi kedua bek tengah lawan.Kalau nomor 9 bergerak naik untuk menekan bek tengah lawan, salah satu gelandang tengah menggantikan tempatnya menjaga nomor 6 lawan. Dalam fase ini, kedua penyerang sayap Thailand, berorientasi kepada bek sayap lawan.

Pola dasar pressing Thailand sendiri adalah 4-4-1-1 atau 4-2-3-1. Thailand memilih mempertahankan bentuk ketimbang berorientasi langsung ke dan menempel pemain lawan terdekat. Orientasi semacam ini, oleh Rene Maric dari spielverlagerung, disebut sebagai position-oriented press (press orientasi posisi atau formasi sendiri).

Tentu saja, lawan Thailand yang berniat memainkan build-up dari belakang dengan progresi yang mengandalkan kemampuan nomor 6, harus berhati-hati. Selain hati-hati, perlu latihan dengan titik berat yang mengacu ke situasi pertandingan demi melatih kemampuan ketahanan tekanan (pressure resistance) nomor 6 menghadapi pressing pemain depan Thailand.

Pressing Thailand. Ketika Chenrop Samphaodi meninggalkan nomor 6 Irak, adalah Worachit Kanitsribampen yang menggantikan tempatnya.

Thailand juga termasuk tim yang paling konsisten dalam hal melindungi ruang di antara bek sayap dan bek tengah. Ruang semacam ini tercipta akibat bek sayap bergerak melebar untuk memberikan press kepada gelandang sayap lawan. Thailand menggunakan gelandang tengah untuk menutup (cover) ruang horizontal yang dimaksud dan mereka cukup konsisten melakukannya.

Gambar 2: Pemain nomor enam (6) Thailand menutup celah antara 2 dan 3.
Previous
Page 1 / 6