Tribe Tank

Analisis Kompetitor Indonesia di Grup B SEA Games 2017

Timor Leste

Formasi dasar Timor Leste adalah 4-3-3 dan 4-2-3-1. Ketika menguasai bola di separuh pertahanan sendiri, Timor Leste membentuk pola dasar 4-2-3-1. Gelandang tengah yang sering bertindak sebagai hibrida nomor 8 dan 10 adalah Kornelis Nahak Portela.

Ia termasuk rajin bergerak mencari ruang kosong maupun menjemput bola, walaupun, bila dinilai dari filosofi juego de posicion (permainan posisional), inisiatifnya untuk menjemput bola sering kali tidak memberikan dampak positif baik terhadap taktik.

Dalam build-up, terutama ketika mendapatkan pressing pemain depan lawan, Timor Leste sering kali langsung mengarahkan bola kepada nomor 9 tunggal di lini terakhir, yaitu Henrique Cruz. Pemain ini cukup memiliki keseimbangan dan kekuatan tubuh dalam situasi pertanrungan langsung 1 lawan 1.

Karenanya, di satu sisi, strategi untuk langsung mengakses Henrique merupakan pilihan yang logis, Di sisi lain, sering sekali Henrique harus terisolasi di depan tanpa dukungan struktur yang ideal. Artinya, memainkan pola ini bisa menjadi sumber frustrasi bagi Timor Leste, terutama bila akses kepada Henrique mampu ditutup sama sekali oleh lawan.

Henrique sendiri memiliki kelemahan individual. Yaitu, kontrol emosinya buruk. Ia mudah “naik” bila mendapatkan provokasi atau menghadapi situasi menjengkelkan. Catatan penting untuk lini belakang timnas Indonesia, utamanya Hansamu Yama yang piawai memancing emosi penyerang lawan.

Dari sudut pandang yang lebih kolektif, kelemahan Timor Leste adalah pemahaman strategis dan taktis yang tidak maksimal. Pilihan ruang, struktur posisional dalam fase serang, antisipasi dan reaksi pemain saat kehilangan penguasaan bola, merupakan beberapa kelemahan mendasar Timor Leste.

Di sisi lain, mereka memiliki kesadaran yang cukup baik dalam membangun compactness pertahanan. Timor Leste bukan tipe tim yang melakukan press blok tinggi. Mereka lebih senang memainkan press dari sepertiga tengah dalam pola dasar 4-1-4-1 atau 4-5-1. Ketika berada dalam blok rendah, pola Timor Leste sering kali berubah menjadi 4-1-4-1-0 atau 4-5-1-0. Dengan 5 sampai 6 pemain di lini tengah, Timor Leste cukup mampu menjaga kerapatan horizontal. Pertandingan menghadapi Korea Selatan U-23, contohnya. Anak asuhan Kim Shinhwan mampu menahan Korea 0-0, salah satunya di sebabkan oleh rapatnya 4-5-1-0 Timor Leste.

Kelemahan Timor Leste adalah, ketika mereka berada dalam blok rendah, perlindungan di wilayah nomor 6 sering tidak optimal. Salah satu sebabnya, ketiga gelandang tengah Timor Leste memiliki kebebasan untuk melakukan press ke arah depan (onward press). Terkadang, gelandang bertahan melalukan press ke depan sementara kedua nomor 8 tetap di tempat mereka masing-masing. Seharusnya, Thailand, Vietnam, atau Indonesia bisa memanfaatkan celah ini.

Gambar 4: Sikap pressing tiga gelandang dalam 4-5-1-0 Timor Leste.

Salah satu kekuatan Timor Leste dalam pertahanan adalah formasi serangan yang menciptakan titik kesetimbangan maksimal bagi pertahanan. Ketika menghadapi tim yang lebih kuat, empat bek Timor Leste cenderung sejajar. Tidak banyak ditemukan intensitas pergerakan vertikal bek sayap ke area depan dalam serangan Timor Leste. Ditambah satu gelandang bertahan di depan bek tengah, Timor Leste memiliki 5 pemain di area bawah kketika mereka melalukan serangan ke sepertiga akhir.

Di sisi lain, bentuk semacam ini membuat kedalaman horizontal atau aspek kelebaran dalam struktur serangan menjadi tidak maksimal. Tanpa bek sayap di koridor sayap ditambah gelandang sayap yang masuk ke halfspace, opsi-opsi Timor Leste di tepi lapangan pun menjadi minim.