Eropa Italia

Saya Ingin Seperti Antonio Cassano

Antonio Cassano

Tidak tumbuh dewasa seperti Cassano

Sikap Cassano yang seiring waktu bertambah, tumbuh berkelindan dengan fase perkembangan kepribadian saya menuju masa remaja dan masa selepas usia 17 tahun. Masa yang orang dewasa sebut sebagai gerbang menuju kedewasaan. Pertanyaannya, apa kita perlu tumbuh dewasa? Oh, tentu tidak.

Bersama Cassano, juga Juan Roman Riquelme kemudian, saya menemukan sesuatu yang kadang tak perlu ditakar dengan cara pandang orang dewasa. Dari Cassano, saya belajar memahami bahwa hidup tak perlu melulu taat pada aturan. Dari Riquelme, saya paham bahwa terkadang hidup tak perlu mengejar gelimang prestasi dengan mengorbankan idealisme. Ada sosok Cassano dalam diri saya, yang sampai usia 25 tahun ini, saya pelihara dengan baik.

Maka ketika ia bermain-main dengan kontraknya bersama Hellas Verona, terlepas dari keputusan yang dibuatnya terkait pengaruh sang istri, saya tetap menaruh hormat tertinggi untuk pemain yang berani menolak tawaran bermain dari Juventus ini.

Presiden Verona, Maurizio Setti, menyebut keputusan pensiun Cassano yang berubah-ubah adalah efek dari isi kepalanya yang tidak pernah benar. Setti sendiri mengakui bahwa secara fisik dan kapabilitas teknik, eks penyerang Sampdoria ini masih layak bermain bagi Verona. Tapi seperti julukan Peter Pan yang diberikan pada Cassano, kita tak perlu tenggelam dalam kontroversi untuk mempertanyakan motivasi bermain sepak bola yang dimiliki Cassano saat ini.

Sebagai suporter sepak bola yang masih waras, saya melihat keputusan Cassano ini sebagai sebuah pelecehan pada kontrak dan profesionalitas. Tapi sebagai manusia biasa dan sesosok bocah yang sampai saat ini masih mengidolai sikap dan sifat Fantantonio, saya rela menjadi orang terdepan yang memberi tepuk tangan paling meriah bagi keputusan Cassano dalam mempermainkan keputusannya untuk pensiun atau tidak pensiun.

Melihat kasus Cassano dan caranya mempermainkan profesionalitas di sepak bola, saya teringat selebritis Facebook belia, Charlene Ryan, yang beberapa waktu berujar secara gamblang dalam salah satu videonya, “I don’t follow rules, I follow dogs.”

Grazie, Fantantonio, mio eroe!

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis