Kelebihan yang sekaligus menjadi kekurangan
Lima gol Gonzales semuanya berasal dari bola mati. Dua penalti, satu dari sepak pojok dan dua umpan dari tendangan bebas. Apa yang bisa kita simpulkan dari statistik ini?
Papito sebenarnya masih memiliki sentuhan maut. Dari kelima gol itu, semua dicetak hanya melalui satu sentuhan saja. Pengalaman El Loco yang telah mencetak ratusan gol di Indonesia juga turut membantunya dalam menempatkan posisi, di mana kira-kira bola akan berada.
Akan tetapi, hal itu juga menguak kelemahan utama pemain yang memiliki pengawal pribadi ini. Ia kesulitan mendapat ruang karena diplot sebagai penyerang tunggal. Ketika Arema mencoba mencetak gol dari skema open play, Gonzales akan mendapat kawalan ketat dari bek lawan. Dua hingga tiga pemain belakang akan menutup pergerakannya.
Oleh karena gerakannya tak lagi gesit, ia kesulitan melepaskan diri dari pengawalan. Akan tetapi, ketika terjadi sepak pojok atau tendangan bebas, bala bantuan datang mendatangi El Loco. Arthur Cunha naik, Jad Noureddine juga naik, seorang gelandang atau bek sayap akan standby di tepi kotak penalti menanti bola muntah. Ini menjadi keuntungan bagi Gonzales karena fokus pemain lawan akan terbagi, tak hanya tertuju pada dirinya.
Dengan kata lain, adanya Gonzales di lini depan Arema, menurut saya justru menghambat Singo Edan melakukan permainan cepat. Dengan fisik yang tak sekuat dulu walau insting tetap terjaga, sudah saatnya Gonzales memulai pertandingan dari bangku cadangan, memberi kesempatan pada pemain muda atau segera menggantung sepatunya sebelum ketenaran dirinya merosot.
El Loco mungkin bisa meniru apa yang dilakukan Thierry Henry ketika meninggalkan Arsenal pada 2007 silam. Dalam sebuah konferensi pers, King Henry mengatakan bahwa kepergiannya dilakukan agar pemain muda Arsenal dapat mengembangkan potensinya.
Jadi, apa keputusanmu, Papito? Masih mau lanjut musim depan atau cukup sampai musim ini saja?
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.