Nasional Bola

Apakah Sudah Saatnya El Loco Pensiun?

Dua gol penalti, satu gol kontroversial berbau handball, satu gol sundulan ke gawang Teja Paku Alam dan satu gol saat melawan Persegres Gresik United. Itulah pencapaian Cristian ‘El Loco’ Gonzales dalam menjalankan tugasnya sebagai predator kotak penalti Arema FC di Go-Jek Traveloka (GT) Liga 1 sejauh ini.

Hanya lima gol dari 14 penampilan. Raihan itu sama sekali tidak mencerminkan predikat Gonzales sebagai salah satu penyerang ganas di Liga Indonesia. Pertanyaan klasik pun mengemuka. Di usia yang sudah menginjak kepala empat, apakah ini merupakan akhir era seorang El Loco?

Sebagian besar orang mungkin akan menganggukkan kepala. Gonzales musim ini memang tak lagi sama dengan Gonzales belasan tahun yang lalu saat berduet dengan Oscar Aravena di PSM Makassar atau mencetak 100 gol dari 106 penampilan di Persik Kediri. Insting mencetak golnya memang masih ada, namun fisik tak bisa berbohong.

Ini terlihat pada gaya bermain Gonzales dalam beberapa tahun terakhir. Suami Eva Siregar ini tak lagi mengandalkan kelincahan untuk melewati lawan. Papito saat ini lebih sering berdiri membelakangi pemain lawan, menggunakan tubuhnya yang besar untuk menahan bola dan memberikannya ke pemain di sisi sayap atau area depan kotak penalti, yang kemudian dilanjutkan dengan umpan tarik maupun terobosan untuk ia eksekusi.

Gaya bermain seperti ini memang sempat efektif, seperti ketika Gonzales meraih gelar top skor di Piala Presiden 2017 lalu. Akan tetapi, waktu terus bergulir. Tiap musim, bek asing baru yang lebih kuat datang, talenta baru bek muda lokal muncul dan para pelatih semakin mengenal gaya bermain bapak empat anak ini.

Di sepak bola Indonesia yang identik dengan pola permainan direct, kecepatan memiliki peranan yang sangat penting di sini. Sayangnya, inilah yang sudah tidak ada dalam diri top skor sepanjang masa Liga Indonesia ini. Pergerakan Gonzales yang statis menjadikan dirinya mudah untuk dimatikan lawan.

Aji Santoso sebenarnya sudah mengakali kekurangan Gonzales dengan memberikan kebebasan bergerak pada Esteban Vizcarra dan Adam Alis. Mereka berdua ditugaskan untuk memberikan suplai bola matang untuk dieksekusi Gonzales. Namun sekali lagi perlu ditegaskan bahwa pergerakan Gonzales yang statis membuat pergerakannya mudah ditebak.

Previous
Page 1 / 2