Selain menimbulkan cukup banyak pro dan kontra lewat penerapan video assistant referee (VAR), FIFA baru-baru ini kembali merilis laporan Michael Garcia yang berisi adanya indikasi suap dan korupsi dari pemilihan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Laporan Garcia yang setebal 349 halaman itu kabarnya merinci dengan jelas siapa saja dalang di balik pemilihan Rusia dan Qatar, juga bagaimana sistematikan pengambilan suara dari Komite Exco FIFA yang melatarbelakangi dua negara tersebut memenangi bid untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia dalam dua edisi mendatang.
Dari laporan setebal itu, ada beberapa poin penting yang menarik menyangkut sengkarut yang terjadi di tubuh FIFA yang kabarnya sudah melakukan praktik suap dan korupsi sudah dari lama. Di kicauan yang diunggah Nick Harris lewat akun Twitter-nya, ada 22 nama anggota Exco FIFA (termasuk Sepp Blater, tentu saja) yang diduga terlibat dan saat ini telah diselidiki oleh pihak berwenang terlibat dalam praktik suap saat pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Dari 22 nama tersebut, ada deretan nama-nama papan atas yang sepak terjangnya sudah cukup lama di dunia sepak bola, utamanya di FIFA sendiri. Nama Blatter tentu layak dikedepankan, karena pria tua dari Swiss itu sudah pantas dianggap sebagai ‘Bapak Orde Baru-nya FIFA’, mengingat ia banyak memiliki kemiripan sikap dan juga kasus hukum yang sama dengan Soeharto.
Selain nama Blatter, 22 nama tersebut masih mencantumkan nama Michel Platini, yang sebelum terjerat skandal dan dihukum, ia masih sempat mengubah format jumlah kontestan Piala Eropa 2016. Platini sendiri, bersama dengan Blatter, juga sudah diasingkan dari sepak bola. Selain dua nama besar tersebut, ada satu nama mengejutkan yang muncul dari daftar nama Nick Harris.
Ia adalah Der Kaizer dari Jerman, Franz Beckenbauer, yang walau keterlibatannya dalam skandal di tubuh FIFA sangat sulit dibuktikan, namun sampai saat ini, eks kapten timnas Jerman ini masih dalam penyelidikan pihak berwenang terkait posisinya sebagai salah satu anggota Komite Exco FIFA yang ikut berkontribusi dengan meloloskan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Perkembangan kesiapan Qatar untuk Piala Dunia 2022 dan laporan perihal tenaga kerja
Kemarin, komite Qatar yang mempunyai tanggung jawab tentang ketenagakerjaan, merilis laporan eksklusif pada Football Tribe bahwa pihaknya telah melaporkan kondisi terkini terkait kontraktor dan para pekerja yang utamanya kaum imigran dari luar Qatar. Selain banyaknya polemik yang terjadi sejak periode pembangunan yang dimulai dari 2010 lalu itu, Qatar memastikan bahwa laporan perihal tenaga kerja sejak periode Januari 2016 dan Januari 2017 sudah berjalan lebih baik.
Qatar memang punya banyak masalah terkait isu tenaga kerja dan bagaimana mereka memperlakukan mereka secara semena-mena dan tak manusiawi. Beberapa bulan lalu, kami sempat merilis rangkuman catatan negatif Qatar tentang para tenaga kerja yang mereka pekerjakan untuk proyek Piala Dunia 2022.
Baca juga: Qatar 2022 dan Permasalahan Hak Asasi Tenaga Kerja Migran
Dengan masih hangatnya hubungan buruk Qatar dengan negara tetangganya terkait embargo dari Arab Saudi dan juga rumitnya isu tenaga kerja yang sempat melanda mereka, pihak Qatar masih optimis bahwa Piala Dunia 2022 tidak akan dipindahkan ke Amerika Serikat dan akan tetap dilangsungkan di negara teluk tersebut.
Munculnya laporan dari Garcia memang terkesan mendadak dan ditakutkan mengganggu persiapan Qatar, namun, dalam rilis resminya kemarin, Qatar’s Supreme Committee for Delivery & Legacy sendiri memastikan bahwa kendati laporan dari Garcia tersebut muncul di saat yang kurang tepat, mereka memastikan bahwa sikap kooperatif akan ditunjukkan Qatar demi kepentingan penyelidikan terkait skandal besar di tubuh FIFA.
Lebih lanjut, Qatar juga memastikan bahwa segala proses menyangkut penyelidikan tentang skandal suap terkait pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia diharapkan tidak menghentikan terciptanya sejarah bahwa untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, turnamen sepak bola paling bergengsi di kolong langit ini akan diselenggarakan di Timur Tengah.
Ya, apapun itu, kita di Indonesia tentu berharap semua segera jelas dan polemik kasus suap ini segera menemukan titik terang dan semua pelaku yang terlibat bisa diungkap, agar sepak bola kembali murni dan tak lagi disusupi kepentingan politis dan uang belaka. Lagipula, sebagai rakyat Indonesia, kita sudah terbiasa dengan situasi di dalam negeri yang penuh dengan korupsi dan nepotisme, jadi, kasus suap di tubuh FIFA ini tak lagi mengejutkan, walau memang membuat prihatin.
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis