Nama Arjen Robben mencuat ketika ia menjadi bagian tim super yang dibentuk Roman Abramovich. Ketika sang pengusaha asal Rusia mengakuisisi Chelsea pada tahun 2003, Robben datang ke Inggris sebagai winger muda berusia 20 tahun dengan bakat yang luar biasa. Kala itu ia didaratkan sepasang bersama tandemnya di PSV Eindhoven, Mateja Kezman.
Setelah dua gelar Liga Primer Inggris dan satu Piala FA, Robben kemudian mencari tantangan baru bersama Los Galacticos, Real Madrid. Banyak yang menyebut bahwa karier Robben di tanah Spanyol tidak begitu bagus. Padahal faktanya, di musim perdananya saja ia berhasil mempersembahkan gelar La Liga.
Hingga Cristiano Ronaldo datang, Robben adalah pilihan utama. Mendaratnya Cristiano kemudian memaksa Robben hijrah. Dan Bayern München menjadi tujuan selanjutnya.
Sudah delapan musim Robben berada di Bavaria. Ia mengalami segalanya. Sukar, pahit, senang dan juga tentunya kesuksesan besar. Ia berada di masa ketika klub tampil tidak begitu bagus. Sampai akhirnya ia mendapatkan tandem sehati bernama Franck Ribery. Keduanya menjadi kunci kesuksesan FC Bayern menjadi kekutan dominan di Jerman sekaligus merebut gelar juara Eropa pada tahun 2013.
Setelah satu gelar juara Eropa serta menjadi kampiun Bundesliga sebanyak enam kali, di mana lima di antaranya dilakukan dalam lima musim beruntun, tampaknya waktu Robben di tanah Bavaria akan menemui akhir. Maklum, sang pemain lincah ini pun tahun 2017 ini sudah berusia 33 tahun. Usia yang berada di persimpangan, antara terus bermain atau berhenti.
Rekan satu klub Robben, Philip Lahm, baru saja memutuskan untuk pensiun dari sepak bola profesional di usia 34 tahun. Satu tahun lebih tua ketimbang usia Robben saat ini. Kontraknya bersama FC Bayern akan habis pada 30 Juni 2018. Dan sepertinya klub tidak akan memperpanjang durasi kontraknya, terlihat dengan upaya mereka kala mempermanenkan status Kingsley Coman dan mendaratkan pemain muda, Serge Gnabry.
Kapten timnas Belanda ini pun memilih santai menanggapi masa depannya. Robben mengaku sudah punya opsi apabila seandainya klub yang ia bela selama satu windu tersebut tidak memperpanjang kontraknya.
“Saya memilih rileks soal itu (terkait masa depan),” ujar Robben dalam sebuah wawancara seperti yang dikutip dari bundesliga.com.
“Saya tidak akan buru-buru melihat tahun 2018. Saya berkonsentrasi dengan waktu saat ini dan apa yang terjadi sekarang. Saya punya waktu setidaknya enam bulan untuk membuat keputusan. Tetapi saat ini saya tidak akan melakukan apapun terlebih dahulu.”
Tetapi Robben dengan jujur mengaku ingin sekali pulang ke Belanda dan bermain di sana. FC Groningen, klub profesional pertama Robben menjadi tujuan utama.
“Satu hal yang pasti. Saya akan kembali ke Belanda, ke Groningen. Saya masih berhubungan erat dengan kota masa kecil saya. Mungkin akan ada sesuatu untuk saya di sana.”
Robben sudah memberikan petunjuk tentang masa depannya. Tampaknya ia tidak berminat untuk hijrah ke Amerika Serikat atau liga di Cina yang menawarkan gaji masif. Atau, bahkan, justru nasib membawanya terbang ke Indonesia untuk menjadi marquee player dan bermain di Liga 1, menyusul Wiljan Pluim dan Marc Klok yang sudah lebih dulu mendarat di sini.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia