Nasional Bola

Tentang Kepantasan Petinggi Klub di Bench dan Aturan Resminya

Penuh ketidakpastian

Untuk mendapatkan jawabannya, pertama kita mesti membuka kembali Laws of the Game FIFA untuk musim 2016/2017. Pasal 1 ayat 9 tentang area teknikal dibuka dengan, The technical area relates to matches played in stadiums with a designated seated area for team officials and substitutes as outlined below…” dan dari lima poin yang dipaparkan, salah satunya tertulis, “the number of persons permitted to occupy the technical area is defined by the competition rules.”

Jelas sudah bahwa ketentuan tentang orang-orang yang boleh masuk teknikal area, berdasarkan Laws of the Game FIFA, ditentukan lewat regulasi masing-masing kompetisi. Meski demikian, dalam poin terakhir pada ayat yang sama, FIFA menegaskan hanya dibolehkan satu orang untuk mengatur strategi dari technical area pada suatu kondisi dalam pertandingan.

Berangkat dari ini, tujuan selanjutnya adalah draf manual liga dan regulasi Liga 1 yang disusun PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB) per awal musim ini. Dalam regulasi pasal 28 tentang team bench dan technical area, berbunyi, Hanya  7 Ofisial dan 7+2 Pemain cadangan yang diperbolehkan duduk di team bench. Nama-nama dari personil tersebut dan fungsinya harus terdaftar di formulir pertandingan dan mendapatkan pengesahan dari pengawas pertandingan.

Masih pada poin yang sama, Pengawas pertandingan dapat melakukan pengusiran terhadap personil yang tidak berhak berada di team bench serta memastikan personil yang berada di team bench bukan personil atau orang yang tidak berkompeten. Beranjak ke ayat ketiga yang menyebutkan bahwa, Ofisial yang wajib duduk di team bench adalah manajer, pelatih kepala dan dokter.

Lewat pasal ini, Umuh Muchtar selaku manajer tim Persib diwajibkan untuk duduk di bangku cadangan dan bahkan saat technical meeting, meski instruksi tidak bisa dilakukan bersamaan dengan pelatih. Menariknya, dalam regulasi dan draf manual Liga 1 2017, tak ada lagi kata-kata “petinggi klub” yang sempat membuat Alex Noerdin dilarang masuk stadion pada sisa musim kala itu.

Lalu bagaimana dengan Nabil, Achsanul, atau Iwan Budianto yang dahulu sempat tampil di bench meski jabatannya CEO Arema? Terdapat ketidakpastian pada titik ini. Jika merujuk pada liga-liga Eropa saja, tak banyak contoh kasus yang mengemuka saat petinggi klub berada di bangku cadangan saat pertandingan berlangsung.

Presiden klub mulai dari Roman Abramovich di Chelsea, Florentino Perez pada kubu Real Madrid, hingga sosok seperti Aurelio De Laurentiis yang jadi patron Napoli, lebih memilih duduk di kursi empuk tribun VVIP.

Akan tetapi, berbeda ceritanya jika memang sejak awal didaftarkan dan mendapat akreditasi untuk posisi ofisial atau rangkap jabatan. Mungkin saja, bukan? Pada akhirnya ini semua soal bagaimana masing-masing individu dalam sebuah klub memahami tugas pokoknya dan bersinergi demi kemajuan tim.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho