“Sebenarnya yang jadi pelatihnya siapa sih?” Pertanyaan ini masih sering terucap dari bibir penonton yang menyaksikan laga di televisi saat kamera menyorot bangku cadangan segelintir klub dalam beberapa musim terakhir di liga Indonesia. Seakan sudah jadi tradisi, kehadiran petinggi klub di bench tetap bisa terlihat pada Go-Jek Traveloka Liga 1 musim ini. Tak hanya duduk manis, mereka juga sempat terlihat memberikan instruksi kepada pemain di lapangan.
Alih-alih duduk di kursi VIP stadion, para orang penting ini memilih untuk berada sejajar dengan pelatih. Aksi mereka bisa terlihat mulai dari berkomunikasi dengan pemain, entah memotivasi atau apa, hingga menggerakkan jari-jarinya ke arah rumput hijau, bergaya bak pelatih yang sedang memberikan arahan taktik kepada anak asuhnya.
Dia yang duduk di bangku cadangan juga punya jabatan yang tak main-main, mulai dari komisaris, presiden klub, hingga gubernur setempat! Masih segar ingatan kala Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, dihukum Komisi Disiplin PSSI tak boleh masuk stadion pada Indonesia Super League (ISL) 2011/2012 karena sekonyong-konyongnya duduk di bench saat Sriwijaya FC menjamu Persipura Jayapura.
Alex yang memang sering terlihat menonton laga SFC di Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang dianggap melanggar pasal 30 ayat 1 dan pasal 34 ayat 8 dan 14, draf manual liga yang disusun PT. Liga Indonesia kala itu, yang menyebut bahwa bangku cadangan tidak diperuntukkan bagi petinggi klub. Kala itu, status Alex bukan sebagai ofisial tim.
Kasus lebih pelik terjadi di Persib Bandung. Asisten pelatih Sutiono Lamso dan penasihat teknik Indra Thohir yang sedianya duduk di bench, ‘terusir’ ke bangku penonton setelah kehadiran dua Komisaris PT. Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB), Zaenuri Hasyim dan Kuswara S. Taryono saat Maung Bandung melakoni laga semifinal Inter Island Cup 2012 kontra Persisam Putra Samarinda. Meski berbeda kondisi, bench Persib kini kembali memanas.
Mulai digoyang
Dua kekalahan beruntun dari Bali United dan Bhayangkara FC pada lanjutan Liga 1 membuat suporter meluapkan kekecewaannya terhadap manajemen dan sebagian pemain yang dianggap tak bermain sepenuh hati lewat pitch invasion di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, akhir pekan lalu.
Salah satu tuntutan Bobotoh yakni agar pelatih Djadjang Nurdjaman, andai tetap dipertahankan, diberikan keleluasaan tanpa adanya intervensi taktik dari pihak lain. Ini tak lepas dari adegan viral saat manajer tim, Umuh Muchtar, terlihat tengah memberikan instruksi lewat siulan, sementara Djanur yang berada di sampingnya diam dengan tatapan kosong.
Pertanyaan selanjutnya muncul, “Memangnya petinggi klub berhak duduk di bench dan seakan mengatur strategi tim?” Sejauh kiprahnya di bangku cadangan, kelayakan sosok seperti Umuh, Iwan Budianto kala di Arema Cronus, Nabil Husein di Borneo FC, atau Achsanul Qosasi di kubu Madura United FC, untuk mengisi satu kursi di pinggir lapangan memang terus jadi sorotan.
Memang, tak semua berlagak seperti pelatih. Nabil dan Achsanul yang sama-sama berstatus presiden klub, terkesan tak terlalu banyak berinteraksi di bench dan beberapa kali terlihat duduk di tribun kehormatan. Namun kehadiran orang nomor satu di bangku cadangan saat pertandingan berlangsung, tetap menimbulkan tanda tanya besar.