Sepak bola Brasil di era 1950-an hingga 1970-an, identik dengan nama Pele. Tetapi Pele tidaklah sendiri. Ada satu nama yang tidak kalah hebatnya. Dialah Garrincha. Bagi generasi sekarang, nama Garrincha mungkin kalah populer dibanding Pele. Tetapi kontribusinya tidak main-main.
Bersama Pele, Vava, Amarildo, Garrincha berhasil membawa Brasil juara Piala Dunia (dulu masih bernama Piala Jules Rimet) dua kali, tahun 1958 dan 1962.
Final Piala Dunia 1962 membuat orang melirik Garrincha karena Pele cedera. Dia terlihat bermain bola seperti seorang anak kecil yang girang sekali bermain bola di jalanan. Tanpa beban dan menikmati permainan. Keindahan sepak bola jalanan tercermin dari seorang Garrincha di tengah fisiknya yang tidak sempurna. Ya, Garrincha terlahir dengan kaki kiri melengkung ke luar dan kaki kanan ke dalam.
Dia mengingatkan kita pada sosok pelari cepat Amerika Serikat, Wilma Rudolph, yang mengalami kelumpuhan akibat virus polio. Tetapi, kekurangannya tidak menghalangi Rudolph meraih tiga emas di Olimpiade Roma 1960 setelah sebelumnya meraih perunggu di Melbourne pada 1956.
Sayangnya, reputasi Garrincha mengolah bola berbanding terbalik dengan kehidupan pribadinya. Kecanduan alkohol, dua pernikahan yang berantakan serta terlibat hubungan di luar nikah dengan sejumlah perempuan, membuatnya mengalami kebangkrutan. Efeknya, kariernya di lapangan hijau pun berantakan akibat masalah pribadi di luar sepak bola. Pada tahun 1983, Garrincha meninggal dunia akibat kecanduan alkohol. Usianya masih 49 tahun saat dia berpulang.
Misteri tulang hilang
Akhir-akhir ini, nama Garrincha heboh lagi. Tetapi dalam peristiwa yang tidak kalah mirisnya dengan kehidupan pribadinya. Setelah 34 tahun dikubur, pemakaman Brasil tempat sang legenda dimakamkan mengatakan telah kehilangan tulang belulang sang pemain. Garrincha sendiri dimakamkan di kampung halamannya di Mage, sekitar 64 kilometer dari Rio de Janeiro.
Seorang petugas pemakaman mengemukakan bahwa tulang Garrincha hilang secara misterius dan tidak ada informasi lebih lanjut mengenai apa yang terjadi dengan kuburannya.
Bahkan petugas pemakaman tidak sepenuhnya yakin Garrincha masih dikubur di tempat itu jika mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan. Informasi yang didapat adalah tulang-tulangnya sudah dibawa ke suatu lubang, tetapi tidak ada informasi mengenai dibawa ke mana tulang-tulang sang pemain tersebut.
Pemakaman di Brasil sendiri biasanya ada dua bagian. Yang satu untuk menguburkan tubuh dan yang satu bagian lain untuk menaruh abu atau tulang dalam beton. Nah, di pemakaman tersebut ada dua lubang dengan nama Garrincha. Semakin membingungkan, bukan?
Sementara itu, pemerintah lokal meminta persetujuan untuk mengambil sampel DNA untuk mengetahui kuburan mana tempat Garrincha sebenarnya dimakamkan.
Salah satu putri Garrincha, Rosangela, meyakini sang ayah dikubur di salah satu makam tersebut. Tetapi dia protes saat pihak pemakaman mengatakan tulang sang ayah hilang. Bahkan dia meyakini bahwa penggalian telah dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan pihak keluarga. Jika benar itu terjadi, maka pelakunya bisa dituntut hukuman tiga tahun penjara.
Yang lebih aneh, hilangnya tulang ini terjadi saat Oktober nanti Walikota Mage, Rafael Tubaraom akan mengadakan acara khusus memperingati ulang tahun Garrincha ke-84. Pelik, ya?
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee251)