Eropa Spanyol

Michael Krohn-Dehli, Gagal di Belanda, Bersinar di Spanyol

Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, 20 Mei 2017. Pertandingan jornada terakhir antara Sevilla dan Osasuna memang tidak lagi menentukan nasib kedua tim. Namun, pertandingan tersebut memiliki makna yang sangat dalam bagi Michael Krohn-Dehli.

Pertandingan tersebut adalah pertama kalinya sang pemain asal Denmark tersebut kembali merumput untuk Sevilla di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan. Pemain berusia 33 tahun ini absen selama satu tahun akibat cedera lutut yang diperolehnya ketika semifinal Liga Europa 2016 melawan Shakhtar Donetsk.

Setelah sembuh dari cedera, Krohn-Dehli sebenarnya sempat bermain selama 89 menit ketika Sevilla dikalahkan Real Madrid 1-4 pada pekan sebelumnya, 14 Mei 2017. Namun, laga melawan Osasuna merupakan kembalinya mantan pemain Celta Vigo ini berlaga di Sanchez-Pizjuan.

Meski tidak mencetak gol, Krohn-Dehli terlihat menikmati permainan yang berakhir dengan skor 5-0 itu. Gol-gol Sevilla disumbangkan oleh Victor ‘Vitolo’ Machin di menit ke-10 dan 80, Franco Vazquez di menit ke-20 dan 60, Stevan Jovetic di menit ke-36.

Para Sevillistas menunjukkan penghormatan mereka kepada Krohn-Delhi dengan beberapa kali menyanyikan nama sang pemain ketika ia mengambil sepak pojok atau lemparan ke dalam. Ia membalas dengan tepukan tangan dan sesekali melambai ke arah penonton. Seluruh penonton akhirnya memberi standing ovation ketika ia digantikan oleh Pablo Sarabia di menit ke-82. Mereka mengapresiasi keteguhan sang pemain melewati cobaan cedera dan kembali bermain sepenuh hati.

Memulai karier di Belanda 

Krohn-Dehli lahir di Kopenhagen, ibu kota Denmark, pada 6 Juni 1983. Bakatnya sewaktu muda memikat raksana Belanda, Ajax Amsterdam. Klub yang terkenal dengan akademi pemainnya tersebut pun membawanya untuk pindah ke Negeri Kincir Angin. Pelatih tim junior Ajax ketika itu, Danny Blind, ingin mempromosikannya ke tim utama. Namun, pelatih tim utama Ajax, Ronald Koeman, justru melepas Krohn-Dehli ke RKC Waalwijk.

Di RKC-lah pemain yang bisa berposisi sebagai gelandang tengah maupun sayap ini berkembang. Dua musim yang impresif bersama klub tersebut menggoda Ajax untuk memanggilnya pulang pada tahun 2006. Lagi-lagi Krohn-Dehli gagal menembus tim utama, sehingga ia harus rela dipinjamkan ke Sparta Rotterdam hingga akhir musim 2006/2007.

Pada musim panas 2007, ia kembali ke Amsterdam untuk mencari kesempatan ketiga di klub tersebut. Sayang, Ajax sepertinya sudah menutup pintu bagi pemain nasional Denmark ini. Krohn-Dehli pun memutuskan untuk pulang kampung ke Denmark untuk membela Brondby. Ia menghabiskan empat tahun di klub tersebut dengan mencetak 26 gol.

Meski tak pernah meraih gelar apa pun di Liga Denmark, penampilan Krohn-Dehli ternyata cukup mantap untuk terpilih ke tim nasional Denmark guna menghadapi Piala Eropa 2012. Ia mencetak dua gol untuk tim asuhan Morten Olsen tersebut, masing-masing ketika mengalahkan Belanda 1-0 dan takluk dari Jerman 1-2.

Meski gagal lolos dari fase grup, penampilan Tim Dinamit ketika mengalahkan Belanda sempat menjadi bahan pembicaraan. Gol tunggal yang menundukkan Tim Oranje dianggap sebagai wujud balas dendam Krohn-Dehli terhadap negara yang memberinya sejuta kekecewaan.

Meski demikian, sang pemain menganggapi dengan santai, “Saya bermain di Belanda dan pacar saya orang Belanda. Tentu saja pertandingan ini menghadirkan makna spesial bagi diri saya.”

Penampilan impresif di Piala Eropa 2012 itu menarik perhatian Celta Vigo. Krohn-Dehli pun akhirnya berkesempatan menjajal Liga Spanyol meskipun usianya sudah memasuki usia kepala tiga. Di Celta, ia sempat mencicipi racikan pelatih-pelatih berfilosofi menyerang, yaitu Luis Enrique dan Eduardo Berizzo. Dalam tiga musim perjalanannya di Celta, ia juga merasakan pahit-manisnya perjuangan lolos dari degradasi hingga menjadi pesaing di papan tengah.

Akhirnya pada musim panas 2015, pemain bertinggi badan 171 sentimeter ini menerima pinangan Sevilla. Etos kerjanya yang tak kenal lelah cukup diapresiasi para Sevillistas, meskipun cedera lutut membuatnya beristirahat di lebih dari setengah masa pengabdiannya. Krohn-Dehli melewatkan final Liga Europa 2016, tapi rekan-rekan setimnya mempersembahkan trofi tersebut kepadanya.

Sekarang, di usianya yang sudah 34 tahun, Krohn-Dehli tampaknya sudah harus realistis. Ia tak akan sanggup lagi bermain di level tertinggi. Namun apa pun keputusannya musim panas nanti, ia akan selalu dikenang publik Sevilla.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.