Kolom

Jose Mourinho dan Pertaruhan 30 Juta Paun

Jose Mourinho berada dalam tekanan dan kali ini ia pun terpaksa melakukan perjudian. Tim yang diasuhnya, Manchester United, kembali terseok ke peringkat enam dan terancam gagal masuk empat besar Liga Primer Inggris.

Ini memang musim perdananya menukangi Setan Merah, tetapi jika melihat nama-nama yang ia beli musim ini, Mourinho hampir tidak memiliki alasan jika gagal masuk ke zona Liga Champions musim depan. Ia memang telah memenangi Piala Liga musim ini, tetapi itu pun ia raih dengan susah payah. United mampu menang, tetapi khalayak tahu Southampton-lah yang sejatinya bermain lebih baik. Sepakan Manolo Gabbiadini dinilai offside, padahal posisi pria Italia tersebut sama sekali belum melewati garis offside.

Hikayat Mourinho adalah hikayat seorang pria dengan ego setinggi gunung. Bukan sesuatu yang salah, karena hal tersebut membuatnya menjadi salah satu pelatih sepak bola tersukses yang bisa memberikan garansi trofi bagi klub yang memakai jasanya. Tetapi sering kali ego Mourinho begitu dominan sehingga mengindahkan banyak hal.

Sebut saja catatan dia yang tidak pernah meneruskan kontrak lebih dari tiga tahun. Ada pula riwayat permusuhannya dengan Barcelona dan Pep Guardiola, sehingga begitu senang menerima pinangan Real Madrid, demi membalas dendam karena ditolak.

Salah satu fondasi karier kepelatihannya adalah di Catalunya, saat ia menjadi penerjemah bagi Bobby Robson. Namun tatkala klub itu mencari pengganti Frank Rijkaard, mereka justru memilih Guardiola, yang waktu itu terhitung ‘bau kencur’. Padahal Mourinho telah memiliki reputasi di dunia kepelatihan.

Hal yang sama terulang sebelum akhirnya diresmikan menjadi pelatih United. Banyak pihak menduga ia memang sengaja tampil buruk bersama Chelsea. Toh, suhu di ruang ganti The Blues sudah tidak mampu ia kuasai. Bandingkan performa Eden Hazard, Diego Costa, dan terutama Cesc Fabregas musim ini dengan musim 2015/2016.

Ia memang begitu menghendaki posisi tersebut, dan kaget saat Sir Alex Ferguson justru memilih nama David Moyes sebagai penerus singgasananya pada 2014. Jurnalis Spanyol, Diego Torres, bahkan menyebut keputusan Sir Alex itu mengguncang Mourinho begitu dalam.

“Mourinho…menganggap bahwa Ferguson, selain sebagai kerabat, juga teman dan bapaknya. Ia meyakini bahwa mereka terikat oleh hubungan yang tulus. Ia berpikir bahwa koleksi trofinya yang istimewa itu akan mendukungnya ketimbang kandidat [calon pelatih United] lain,” tulis Torres dalam The Special One: The Dark Side of Jose Mourinho (2014).

Setelah tiga tahun penuh intrik dan akrobat media, impiannya tercapai. Sayang, jajaran board dan pendukung United tidak akan diam jika pencapaian Mourinho hanyalah Piala ‘Mickey Mouse’. Di sisi lain, Adidas, sponsor apparel mereka, punya klausul kontrak yang lebih galak: United akan kehilangan 20 juta paun jika dua musim berturut-turut gagal berkiprah di Liga Champions.

Kerjasama United dengan Adidas memang mengundang decak kagum sekaligus iri hati. Klub tersebut berhasil membuat perusahaan Jerman itu merogoh koceknya di angka 750 juta paun dalam durasi sepuluh tahun ke depan. Nilai ini menjadi yang tertinggi di antara klub-klub yang ada. Chief excecutive Adidas, Herbert Hainer, menargetkan bahwa mereka harus meraup 1,5 miliar paun dari investasi jangka panjang mereka bersama United.

Pesona United memang begitu kuat. Maka Zlatan Ibrahimovic, Henrikh Mkhitaryan, Eric Bailly dan Paul Pogba pun didatangkan, demi mencapai kembali kejayaan yang dulu pernah begitu melekat pada mereka. Demikian pula dengan jabatan pelatih. Louis van Gaal terlalu banyak membicarakan falsafah taktik dan dianggap gagal memenuhi ekspektasi.

Era United bersama Mourinho pun dimulai dan ia mengawalinya dengan menghadiahi publik Old Trafford trofi Community Shield. Pekan demi pekan terlalui, tetapi Mourinho belum bisa meyakinkan mereka. Hal itu terbukti di pekan ke-29, United hanya bisa meraih 54 poin. Di periode yang sama, Van Gaal justru lebih baik, 56 poin. Selain itu, permainan menyerang nan cantik pun gagal ia hadirkan.

“Saya tidak ingin menjuarai Liga Europa. Hal itu akan menjadi suatu kegagalan bagi saya. Saya tidak ingin para pemain saya menghendaki untuk tampil di ajang itu,” kata Mourinho pada 2013 lalu. Kalimat itu, sebagaimana yang sering ia lakukan, merupakan sindiran bagi Rafa Benitez yang saat itu menangani Chelsea.

Baca juga: Lima Psywar Terbaik Arsene Wenger dan Jose Mourinho

Percepat empat tahun kemudian, Mourinho harus menelan pil yang teramat pahit karena di Liga Europa-lah ia menggantung nasib. Lawan yang ia hadapi menjadi favorit banyak orang, Ajax Amsterdam. Skuat Ajax tampil dengan permainan cantik dan armada belianya.

Jika kalah, ia akan menelan pil kedua yang datangnya dari Adidas. Mereka akan memangkas bayaran hingga di angka 30 juta paun karena United telah dua musim berturut-turut gagal tampil di Liga Champions. Nilai tersebut setara dengan 30 persen dari total pundi-pundi yang diberikan Adidas. Selain pil pahit, kenyataan ini juga akan membuat Mourinho berada dalam tekanan.

Maka kita tak perlu kaget saat Mourinho menyimpan tenaga di sisa-sisa laga Liga Primer Inggris. Ia tahu lawan-lawan yang ia hadapi begitu tangguh, Arsenal dan Tottenham Hotspur. Mereka kalah di dua pertandingan kontra duet London Utara tersebut. Selain menyimpan tenaga guna menghadapi Ajax di Stockholm, sosok yang acap menjadi juru selamat musim ini justru tak bisa tampil di negaranya. Zlatan Ibrahimovic harus menepi sampai sembilan bulan lamanya.

Kemenangan adalah satu-satunya tiket selamat. Untuk pelatih yang baru semusim di klub baru, raihan treble ala kadarnya ini cukup untuk membungkam para pengkritiknya. Selain itu, tiket babak penyisihan Liga Champions otomatis mereka miliki sebagai kampiun Liga Europa. Harga diri Mourinho pun tetap terjaga dan ia bisa kembali sesumbar.

***

Sebelum final itu dimulai, Mourinho sudah mengeluh. Ia berkata bahwa Ajax diberkahi keunggulan di sisi persiapan. United masih harus melakoni dua partai liga dengan musuh yang tidak bisa dianggap enteng. Pertama Southampton, yang terbukti telah menyulitkan mereka di final Piala Liga. Selanjutnya, Crystal Palace, yang berlangsung pada 21 Mei 2017, tiga hari sebelum malam final di Stockholm. Sementara anak-anak Peter Bosz telah menjalani partai terakhir 14 Mei kemarin, sepuluh hari sebelum final melawan United.

Melihat dua pertandingan terakhirnya di liga, bisa dimaklumi jika dua laga sisa akan Mourinho jalani dengan setengah hati. Mereka terpaut tujuh angka dari Manchester City yang berada di urutan keempat.

Dadu telah ia kocok dan kini Mourinho, beserta segenap pendukung United, sedang berdebar menunggu angka yang keluar di permukaan dadu. Jika nasib berpihak pada mereka, musim perdana si Mulut Besar akan terhitung sukses. Tetapi mereka harus tahu juga, di pihak seberang, Ajax Amsterdam sedang merana karena gelar Eredivisie jatuh ke tangan Feyenoord dengan poin yang terpaut hanya satu angka.

Author: Fajar Martha (@fjrmrt)
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com