Nasional Bola

Dari Tribun Mattoanging: Suka Duka Komunitas VIP Selatan

PSM Makassar sedang menikmati fase kebangkitan mereka di kancah sepak bola Indonesia. Tak mau kalah dengan para pemain kesayangan mereka di lapangan, para pemain ke-12, yaitu para suporter, juga berbenah. Football Tribe Indonesia mencoba mewawancarai satu demi satu komunitas suporter PSM, dimulai dari Komunitas VIP Selatan (KVS), salah satu komunitas suporter paling aktif di Makassar.

“Pertama kali KVS terbentuk pada tahun 2007 sebenarnya penuh unsur ketidaksengajaan. Yah, bisa dibilang takdir lah ya,” kenang pria yang akrab disapa ‘Ewink’ sambil tertawa.

Ewink adalah panggilan akrab Erwinsyah. Pria yang wajahnya sering terlihat di media sosial dengan akun Twitter @ewink_chk ini didaulat sebagai koordinator KVS oleh para kompatriotnya. Kepada kami, Ewink dengan senang hati bercerita seputar awal mula didirikannya KVS.

“Awalnya, kami hanya beberapa sekawan yang sering nonton langsung PSM di stadion. Hampir setiap nonton langsung, kami pasti duduk berdekatan di VIP Selatan.”

(Untuk mencegah kebingungan, VIP Selatan adalah nama salah satu sektor di tribun tertutup Stadion Mattoanging)

“Namanya juga penonton, pasti pada saat pertandingan berjalan, kami selalu berkomentar sesuka kami. Malah tidak jarang berteriak-teriak. Tiba-tiba pada suatu hari, seorang penonton lain mencolek punggung saya.”

Bapak itu lalu memberi saran kepada Ewink supaya mereka membuat semacam kaus seragam. “Kalau kalian bikin kaus seragam, saya minta satu juga,” sambung Ewink menirukan komentar si bapak tadi.

Komentar iseng itu rupanya membuat Ewink dan kawan-kawan berpikir, jumlah mereka sebenarnya sudah cukup banyak untuk dibuat suatu komunitas. Namun, awalnya Ewink cukup ragu karena sebagai suporter, apalagi jika mau disebut ‘ultras’, posisi mereka di stadion terlalu nyaman.

“Anggapan saya waktu itu, kami kurang cocok disebut suporter, karena suporter ya, yang di tribun sebelah, yang mengerahkan tenaga dan suara mereka dalam menyanyikan chant dukungan selama hampir 90 menit penuh. Sedangkan kami di tribun yang tertutup, bisa dibilang penonton berlagak suporter,” kata Ewink kembali bercanda.

Akhirnya, Gafur, salah satu kawan Ewink, mencetuskan bahwa memang kata ‘komunitas’ harus dimasukkan ke dalam nama mereka. Lahirlah ‘Komunitas VIP Selatan’ yang selanjutnya sering disingkat ‘KVS’, pada sekitar tahun 2007.

“Jumlah kaus yang kami buat pada saat itu pas berjumlah 12. Mungkin sudah takdir ya, kami menjadi pemain ke-12,” kata Ewink lagi.

Pada perjalanannya selama kurang lebih tujuh tahun, KVS akhirnya mengalami penambahan anggota dengan sendirinya.  Sewajarnya demografi penonton yang mampu membiayai harga tiket VIP Selatan yang sedikit lebih tinggi dari tribun tribun lain, mayoritas anggota KVS merupakan karyawan instansi pemerintah maupun swasta. Sebagian kecil lainnya merupakan wiraswasta dan mahasiswa.

“Tidak sedikit juga anggota kami yang perempuan, meskipun sebagian besar memang merupakan istri dan pacar para anggota komunitas,” kata Ewink lagi-lagi sambil bercanda.

Dalam tujuh tahun terakhir itu juga, Ewink mengaku menjadi saksi perubahan positif mental penonton di Stadion Mattoanging, khususnya tentu saja di tribun tertutup dan VIP Selatan.

“Salah satu anggota pertama kami, juga sahabat saya, bernama Anas. Orangnya sudah meninggal,” kenang Ewink. “Nah, dulu Anas paling pertama memarahi jika ada penonton yang melempar ke lapangan. Maklum, pada saat itu penerapan sanksi bagi suporter yang melempar belum terlalu tegas. Akhirnya, lama-lama kami semua ikut menegur dan mengingatkan rekna-rekan suporter lain jika terjadi pelemparan. Alhamdulillah, sekarang sudah jarang.”

Menurut Ewink, memang sudah seharusnya pencinta PSM mendukung klubnya dengan cara-cara positif. Dukungan itu juga harus tulus dan tak kenal di mana pun klubnya berlaga. Selama kurang lebih empat tahun PSM berlaga di liga lain, yaitu Liga Primer Indonesia (LPI) dan Indonesian Premier League (IPL), Ewink dan kawan-kawan tetap setia meramaikan Mattoanging. Juga jika PSM bermain tandang, selalu diusahakan agar ada saja anggota KVS yang berangkat ke kota tempat berlangsungnya pertandingan.

Beberapa waktu terakhir, KVS mencoba KVS TV, yaitu menyiarkan pertandingan secara live streaming dari dalam stadion. Ini telah dilakukan beberapa kali, ketika PSM bertandang ke rumah klub lawan dan juga di beberapa pertandingan kandang ketika laga tidak disiarkan oleh stasiun televisi.

“Awalnya ini ide salah seorang anggota kami bernama Ghulam. Pada dasarnya, niat kami hanya ingin membantu saudara-saudara kami sesama pencinta PSM di perantauan atau yang tak sempat datang ke stadion karena kesibukan masing-masing.

Namun, niat baik itu terkadang terbentur kendala. “Terkadang, panitia pelaksana tidak memprbolehkan kami masuk membawa tripod. Padahal, tripod berguna supaya tayangan pada saat live streaming tidak goyang-goyang.”

Ewink menambahkan, seringkali koneksi internet di stadion juga tidak stabil. Atau bahkan penonton memberi komentar negatif terhadap live streaming tersebut. “Yah, apa pun itu, kami sudah terbiasa, yang penting niat kami baik,” pungkasnya.

Sebuah tim sepak bola memang tak terlepas dari pemain ke-12 dan seperti yang telah dipaparkan Ewink di atas, KVS sudah berusaha keras menjadi pemain ke-12 bagi Pasukan Ramang yang berperforma apik.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.