Nasional Bola

Orca: ‘Penggawa Baru’ Pusamania Borneo FC

Sabtu (29/4) ini akan menjadi hari yang bersejarah bagi Pusamania Borneo FC (PBFC), karena hari ini Orca akan melakukan “debutnya” di Stadion Segiri pada pertandingan PBFC melawan Gresik United.

Siapakah Orca? Ia bukan marquee player ataupun rekrutan terbaru PBFC. Dia adalah maskot tim kebanggaan warga Samarinda tersebut. Nama Orca diambil dari bahasa latin ikan pesut yaitu Orcaella Brevirostris.

Proses lahirnya Orca tergolong unik. Kehadirannya muncul berkat penggalangan dana yang dilakukan Pusamania. Mereka menggalang dana mulai dari media sosial hingga mencari sumbangan keliling tribun penonton. Sumbangan rutin dari korwil Pusamania dan manajemen juga turut andil dalam kelahiran Orca.

Dikutip dari situsweb resmi PBFC, dana yang terkumpul dari penggalangan tersebut sekitar 3 juta rupiah dan langsung dialokasikan untuk pembuatan maskot.

Orca merupakan boneka berbentuk pesut abu-abu yang memakai jersey kandang PBFC. Di bagian belakang tertera nama Pusamania dan nomor punggung 94. Pesut sendiri merupakan hewan mamalia yang terdapat di logo PBFC, sedangkan angka 94 nampaknya merujuk pada tahun kelahiran suporter Pusamania.

Nantinya, Orca akan hadir dalam setiap laga kandang PBFC. Kehadirannya diharapkan dapat membuat para suporter lebih bergairah mendukung PBFC, selain juga berfungsi untuk menyemarakkan suasana stadion.

PBFC sendiri merupakan salah satu klub yang rajin melakukan inovasi dalam hal-hal non teknis di luar lapangan. Sebelum melahirkan Orca, PBFC sudah memiliki situsweb resmi dan media sosial lainnya yang dikelola secara profesional. Manuver PBFC di dunia maya tersebut bahkan sempat membuat Jad Noureddine yang awalnya ragu berkarier di Indonesia menjadi yakin untuk berkiprah bersama Pesut Etam.

Orca dan maskot kesebelasan Indonesia lainnya

Kehadiran Orca turut meramaikan dunia maskot sepak bola nasional. Sebelum Orca, sudah ada Falcao (PSS Sleman), Squalo (PSCS Cilacap), Cek Emas (Sriwijaya FC), Kabau Sirah (Semen Padang FC), Jojo & Zoro (Persebaya Surabaya), Mahesa Jenar (PSIS Semarang), serta beberapa maskot tim lainnya.

Kehadiran maskot-maskot tersebut tentu menambah semarak suasana di dalam stadion. Dentuman drum serta teriakan dan nyanyian para suporter bersatu padu dengan goyangan khas maskot masing-masing klub membuat sepak bola kian menarik dengan unsur hiburan di dalamnya.

Maskot juga berfungsi sebagai penguat identitas sebuah klub bahkan kota. Jojo dan Zoro misalnya. Jojo adalah sosok buaya berwarna hijau, sedangkan Zoro merupakan representasi dari ikan hiu. Selain menjadi maskot Bajul Ijo, Jojo & Zoro yang diambil dari lambang kota Surabaya (buaya dan hiu) sekaligus menjadi simbol kota Surabaya di sepak bola nasional.

Keberadaan maskot juga dapat membuat penggawa kesebelasan tersebut semakin bangga membela timnya karena mereka membawa nama besar sebuah kota, daerah, atau simbol legendaris kesebelasan tersebut. Sederhananya, maskot juga bisa menjadi wujud kearifan lokal tim setempat.

Semakin banyaknya maskot yang lahir dari kesebelasan sepak bola tanah air bisa dikatakan sebagai indikasi bahwa sepak bola di Indonesia mulai beralih menjadi sepak bola modern seperti di Eropa. Anggapan ini tidak berlebihan, mengingat popularitas sepak bola yang sangat tinggi di Indonesia, sehingga klub membutuhkan sebuah maskot agar brand mereka menjadi lebih menarik.

Orca bersama para maskot di kesebelasan lain akan menemani kita menikmati pertandingan sampai akhir musim nanti. Lalu kesebelasan manakah yang akan mengikuti jejak para pendahulunya untuk menghadirkan maskot di pertandingan mereka ke depannya?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.