Charlie Adam
Kepergian Charlie Adam pada musim 2012/2013 mungkin menjadi pembuka ketidaksukaan saya pada Brendan Rodgers. Adam menjadi tumpuan utama lini tengah di era Kenny Dalglish yang menghasilkan satu trofi Piala Liga. Lalu kemudian ia terbuang dari skema Rodgers yang memilih Joe Allen sebagai tandem Steven Gerrard di lini tengah.
Dengan kemampuan mumpuni yang ia miliki, tentu para Liverpudlian was-was jika tim kesayangannya menghadapi Stoke City, kesebelasan yang dibela Charlie Adam. Dan benar saja, akhir musim 2014/2015, di saat para suporter ingin melihat persembahan terakhir Gerrard sebelum ia pergi, Adam menghadirkan mimpi buruk bagi Liverpool asuhan Rodgers.
Satu gol Adam, ditambah gol lain dari Peter Crouch, yang juga mantan pemain The Reds, membenamkan Liverpool di Britannia Stadium dengan skor mencolok 6-1. Setahun sebelumnya, Adam dan Crouch juga merobek jala Liverpool. Namun hasil pertandingan itu tetap menjadi milik Si Merah yang menang dengan skor 5-3.
Dan musim ini, Stoke City kembali kedatangan dua pemain Liverpool yang terbuang, Glen Johnson dan Joe Allen, yang kembali bangkit dari ketidakpastian nasib di Anfield.
Selain mereka di atas, masih banyak pemain-pemain yang berharap menjadi besar bersama Liverpool, namun berujung hampa. Kita bisa melihat bagaimana vitalnya peran Suso di AC Milan yang sedang memulai era baru di bawah komando Vicenzo Montella.
Atau mulai padunya Jordan Rossiter, yang sempat digadang-gadang sebagai penerus Gerrard, bersama rekan-rekan barunya di Rangers FC. Dan tentu saja kian matangnya Raheem Sterling di bawah asuhan Pep Guardiola bersama panji Manchester City yang semakin mengokohkan perannya di tim utama.
Karena Liverpool adalah kota pelabuhan, rasanya memang pantas The Reds menjadi tempat para mantan menambatkan dendamnya dengan cara yang menyakitkan publik Kopites.
Author: Wanda Syafii (@wandasyafii)
Kopites yang masih percaya timnya akan juara liga walau entah kapan. Sering bikin gaduh di wandasyafii.com