Nasional Bola

Ahmad Jufriyanto: “Di Persib Tahun 2014, Kesan untuk Juaranya Lebih Terasa Kuat”

Persib Bandung akan berhadapan dengan Sriwijaya FC (SFC) di pekan ketiga Go-Jek Traveloka Liga 1 (GT Liga 1). Pada jamuan perdananya dengan tim asal Sumatera ini, Maung Bandung berhasil mengalahkan tim Elang Sriwijaya melalui gol tunggal yang dicetak oleh Yaris Riyadi. Pertandingan ini terjadi pada Liga Indonesia tahun 2005.

Kedua kesebelasan sendiri memiliki kaitan yang cukup erat. Bukan hanya karena keduanya merupakan salah satu dari sekian percontohan klub yang dianggap modern di sepak bola Indonesia, tetapi juga karena sering terjadi perpindahan pemain di antara dua kesebelasan.

Banyak pemain Persib yang pernah memperkuat SFC, dan juga banyak pemain SFC yang pernah memperkuat Persib. Dan salah satu dari sekian banyak nama dari daftar tersebut salah satunya adalah bek tengah, Ahmad Jufriyanto.

Ditemui oleh Football Tribe Indonesia di mes tim Persib Bandung, Jupe, sapaan akrab pemain ini, menceritakan soal dua kesebelasan besar di Indonesia, soal dua kota, dan hal-hal yang mungkin sebelumnya belum pernah diceritakan.

Kami memberikan Jupe pertanyaan yang berisi dua subjek untuk melihat bagaimana reaksi dari pemilik dua gelar juara Liga Indonesia ini. Dimulai dari dua kota yang sempat atau kini tengah ditinggalinya.

Football-Tribe Indonesia (FTI): Bandung atau Palembang?

Ahmad Jufriyanto (AJ): Sebenarnya dua-duanya kota yang nyaman. Tetapi Bandung selalu punya sesuatu yang baru bahkan dalam kurun waktu yang sangat cepat. Terutama dalam urusan kuliner. Di Palembang mungkin hanya ada pempek dan pindang patin yang terkenal. Tapi di Bandung banyak sekali kuliner yang bisa dicoba. Rasanya bisa ada tiga atau empat tempat kuliner baru dalam setiap tahun. Karena memang Bandung ‘surga kuliner’ ya?

 FTI: Lebih berkesan mana, gol ketika berseragam SFC dan dicetak ke gawang Persib atau ketika main untuk Persib dan cetak gol ke gawang SFC?

AJ: Kebetulan baru masing-masing satu saya cetak gol. Satu gol ketika berseragam SFC ke gawang Persib, satu gol lain ketika di Persib terus cetak gol ke gawang SFC. Mungkin yang tendangan bebas kali ya? Karena waktu itu bisa bawa tim jadi juara di Piala Presiden 2015.

FTI: Thierry Ghatuessi atau Vladimir Vujovic?

AJ: (Tertawa) Dua-duanya sama-sama bek tengah hebat. Dua-duanya juga andal dalam urusan membangun permainan dari belakang. Paling bedanya kalau Thierry (Ghatuessi) bermain lebih mengutamakan fisik, sementara Vlado (Vladimir Vujovic) visi dalam bertahannya bagus sekali.

Kredit: Instagram Ahmad Jufriyanto

Sebenarnya saya tandem bareng Thierry hanya setengah musim (di SFC ISL 2012), karena separuh sisanya saya main di posisi gelandang bertahan. Waktu itu manajemen SFC mendatangkan Jeremy Coyne buat tandem bareng Thierry di posisi bek tengah.

FTI: Kas Hartadi atau Djadjang Nurdjaman?

AJ: Ini yang selalu saya percaya. Untuk bisa jadi juara terkadang bukan soal kemampuan pelatih dalam urusan taktikal saja. Ada hal yang lebih esensial lagi. Salah satunya adalah bagaimana bisa merangkul pemain untuk menjadi satu kesatuan. Jadi nantinya mereka bisa mengeluarkan yang terbaik di lapangan. Dan menurut saya, baik Pak Kas (Hartadi) ataupun Pak Djanur punya kemampuan itu. Mereka bagus dalam pendekatan personal kepada pemain. Mereka bisa merangkul seluruh tim. Secara pribadi dua-duanya pelatih hebat buat saya.

 

 FTI: Persib ISL 2014 atau SFC ISL 2012?

AJ: Kalau bicara soal kekeluargaan, sama saja ketika di SFC dulu dan Persib waktu juara (ISL 2014). Kondisi tim dan manajemennya juga hampir serupa, khas tim besar di sepak bola Indonesia. Sama-sama pemain senior mendukung ke pemain muda. Mungkin yang berbeda soal kontrol atau tekanan. Di sana (Palembang) suporter juga bagus, tetapi mungkin meriahnya agak sedikit berbeda dengan yang di Bandung.

https://www.instagram.com/p/BC6sq7LKcnb/

Mungkin soal tim juga, tim SFC ketika juara ISL 2012 itu lebih lengkap. Semua lini merupakan pemain-pemain level A, kelas bintang nasional. Kiper Ferry (Rotinsulu), belakang ada Thierry, Bang Pardi (Supardi), Mahyadi Panggabean, tengahnya ada Bang Popon (Ponaryo Astaman), Bang Firman (Utina), Lim Jun Sik dan saya, depannya ada Hilton dan Papa Kayamba (Gumbs). Timnya lengkap sekali di semua lini.

Sementara itu ketika juara bareng Persib tahun 2014, kesannya lebih terasa. Karena untuk bisa sampai puncak waktu itu penuh dengan perjuangan. Bagaimana kita awali dengan tidak begitu bagus, terus sempat menang beruntun lalu tiba-tiba kalah.

Di babak delapan besar sempat kalah derby lawan PBR (Pelita Bandung Raya). Semifinal lawan Arema mesti sampai perpanjangan waktu. Waktu final juga mesti sampai babak adu penalti. Di Persib 2014, kesannya lebih kuat karena ada naik turun dan jatuh bangunnya sampai kita bisa dapat gelar juara.

***

Di akhir wawancara, kami meminta Jupe memilih sebelas pemain terbaik dari Persib dan Sriwijaya FC, yang pernah ia rasakan kualitasnya kala bermain bersama di dua klub tersebut.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia