Nasional Bola

Persib Bandung: Mewaspadai Ekspektasi Publik dan Sorotan Media

Skuat Persib di TSC 2016. Kredit: Indonesiansc

Belajar dari kegagalan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016

Bisa dibilang, kegagalan di TSC bukan murni tanggung jawab Djajang Nurdjaman, mengingat ia datang di masa peralihan usai tim ini limbung di bawah asuhan pelatih berlisensi UEFA Pro, Dejan Antonic. Masuknya Djajang memang perlahan membangkitkan mentalitas dan kualitas permainan anak-anak Bandung, namun, finis di peringkat 5 klasemen akhir bisa disebut sebagai hasil yang tidak cukup baik. Ibarat melihat Manchester United finis di peringkat tujuh, bukan?

Beberapa nama warisan dari Dejan pun dilepas Djanur, di antaranya David Laly, Rachmad Hidayat, hingga Juan Belencoso. Nama-nama yang kurang berkembang semisal Yandi Sofyan dan Dias Angga pun dilepas. Nama-nama tenar semisal Zulham Zamrun, Robertino Pugliara, Yanto Basna, Purwaka Yudhi, dan Samsul Arif, tak lepas dari pencoretan. Sebagai gantinya, seperti saya tulis di atas, Persib melakukan manuver transfer yang megah.

Trio Sriwijaya FC, Ahmad Jufriyanto, Supardi Nasir hingga Wildansyah dipulangkan ke Bandung. Gelandang serang dari Jepang eks Persiba, Shohei Matsunaga, didatangkan untuk memperkuat lini serang. Tak ketinggalan, Dedi ‘Dado’ Kusnandar dipulangkan kembali usai merantau di Malaysia.

Dan setelah rekrutmen masif itu, datanglah saga transfer yang menggemparkan publik bola nasional. Berturut-turut, Michael Essien, Carlton Cole dan Raphael Maitimo didatangkan untuk memperkuat skuat Persib guna mengarungi musim kompetisi Liga 1. Transfer mewah yang membuat ekspektasi publik dan sorotan media sepenuhnya mengarah ke Persib Bandung dan menimbulkan satu pertanyaan besar: Mampukah Persib juara musim ini?

Problematika kedalaman skuat Persib

Usai kedatangan Essien, satu yang sebenarnya masih mengganjal di benak Bobotoh adalah perihal siapa gelandang serang Persib nantinya. Citra si kasep, Makan Konate, sudah terlanjur terpatri kuat di benak Bobotoh dan meninggalkan kesan yang mendalam. Essien adalah nama besar dan pemain hebat di masanya, tapi Bobotoh tahu, ia bukan gelandang serang seperti Konate.

Teka-teki itu terjawab dengan datangnya Maitimo yang langsung diberi nomor punggung keramat 10. Maitimo, yang sebelumnya memiliki polemik dengan PSM Makassar, sebenarnya bukan pemain yang buruk, walau sudah berusia cukup gaek. Satu gol berkelasnya ke gawang Bali United di laga persahabatan pekan lalu juga cukup menegaskan statusnya sebagai calon penghuni tim inti Persib Bandung. Tapi, bagaimana dengan regulasi tiga pemain muda U-23 yang harus dimainkan selama 45 menit? Regulasi ini yang memberi dilema bagi kedalaman skuat Persib. Pemain-pemain yang didatangkan Persib kebanyakan adalah nama-nama gaek yang berusia di atas 30 tahun.

Praktis, nama-nama pemain muda yang bisa diandalkan nantinya adalah jebolan Diklat Persib yang musim ini diharapkan menjadi tulang punggung tim seperti Henhen Herdiana, Gian Zola Nasrullah hingga Febri Haryadi. Jadi, satu isu tentang regulasi sudah teratasi. Pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan ego pemain-pemain bintang Persib apabila menit bermain mereka berkurang karena regulasi untuk U-23?

Itu adalah persoalan yang perlu diperhatikan secara serius oleh coach Djanur jelang bergulirnya Liga 1 yang tinggal hitungan hari.