Kolom Nasional

Febri Hariyadi dan Bagaimana Persib Bandung Tanpa Kehadirannya Nanti  

 

Mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya dibenak Febri Hariyadi kalau saat ini ia adalah salah satu pemain kunci dari klub sebesar Persib Bandung. Pasti disadari betul bahwa Persib dengan sejarah dan tradisinya membuat kemenangan menjadi hasil yang mutlak didapat di akhir hari. Awalnya sebagai pemain muda, mungkin Febri hanya mendambakan kesempatan untuk bermain di tim pujaan masa kecilnya. Tapi yang ia dapatkan sekarang tentu melebihi perkiraannya.

Bow, begitu pemain ini biasa disapa, mendapatkan promosi ke tim senior Persib pada tahun 2015 lalu bersama pemuda ajaib lain, Gian Zola. Kala itu banyak pihak lebih memfavoritkan Zola yang akan bersinar. Mengingat ia memang tampil cemerlang ketika bermain untuk tim asal Bandung tersebut sejak kelompok usia dini.

Febri lebih sering luput dari perhatian. Wajar karena di posisi sayap di mana Febri bermain masih disesaki oleh nama-nama yang lebih senior seperti Atep, Tantan, dan Zulham Zamrun.

Namun yang terjadi selanjutnya justru di luar perkiraan banyak orang. Bahkan mungkin oleh Febri sendiri. Di debut kompetitifnya di ajang Piala Jenderal Sudirman, Bow mencetak gol ke gawang lawan kala itu Persela Lamongan. 15 November 2015 akan menjadi hari yang selalu diingat oleh para penggemar Persib karena pada hari tersebut seorang bintang telah lahir.

Everything has mean to be. Mungkin itu kalimat yang sesuai untuk menggambarkan apa yang terjadi kepada Febri saat ini. Setelah debut yang mengesankan, ia memang mesti menunggu hingga akhirnya mendapatkan kesempatan bermain.

Di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) lalu akhirnya Febri semakin menggaungkan namanya di kancah sepak bola nasional. Serangkaian kejadian mengiringi jalan Febri ke tim utama Persib Bandung.

Keberhasilan meraih medali emas di PON XIX bersama tim Jawa Barat membuat nama Febri semakin diperhatikan. Ia tampil mengesankan terutama di partai puncak ketika berhadapan dengan Sulawesi Selatan.

Kepergian Zulham Zamrun ke timnas Indonesia. yang bersiap untuk berlaga di Piala AFF semakin membukakan jalan Febri ke tim utama. Ditambah keadaan para winger lain yang juga kurang konsisten. Tantan semakin uzur, sementara David Laly sering berurusan dengan berat badannya.

Akhirnya Febri  yang dipasang oleh Djadjang Nurdjaman, pelatih yang kembali datang setelah Persib hampir karam di tangan Dejan Antonic. Febri nyatanya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepadanya.

Sepanjang TSC lalu, ia tampil 14 kali, dan berhasil menyarangkan tiga gol. Lebih hebatnya lagi, selama turnamen pengganti sementara liga kompetitif tersebut, Febri berhasil “mem-bully” para pemain bertahan yang lebih senior seperti Zulvin Zamrun, Ambrizal, dan Amarzukih. Kabarnya, coach Djanur begitu menyukai Febri karena memiliki gaya bermain yang serupa dengan dirinya ketika masih aktif sebagai pemain.

Tidak terasa sudah 2 tahun sejak debutnya di tim utama Persib. Febri si bocah ajaib kini menjadi salah satu pemain kunci dari klub pemilik tiga gelar juara Perserikatan tersebut. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Persib justru sangat mengandalkan kemampuan luar biasa dari pemuda kelahiran 19 Februari 1996 ini.

Jelang gelaran kompetisi utama Liga 1, ada hal yang mesti segera dipecahkan solusinya oleh coach Djanur. Mengingat usianya yang tahun ini tepat memasuki 22 tahun, Febri punya peluang besar untuk memperkuat Indonesia di ajang SEA Games yang akan digelar di Malaysia pada November 2017 nanti.

Ajang olahraga antarnegara Asia Tenggara tersebut memang masih cukup lama. Tapi Persib mesti memikirkan bagaimana apabila nantinya akan ada pelatihan nasional (pelatnas) panjang jelang keberangkatan tim ke Malaysia.

Aspek Kunci di posisi gelandang serang

Anda bisa lihat sendiri di ajang Piala Presiden 2017 bagaimana peran dominan Febri di lini serang Persib. Ia adalah pemain yang melakukan tusukan-tusukan untuk membongkar pertahanan lawan. Ia juga merupakan pemain yang bisa membuat peluang bagi pemain lain. Ia adalah fear factor Persib bagi kesebelasan-kesebelasan lawan.

Dengan penampilan luar biasa sang bocah ajaib ini, Bobotoh mungkin sudah merelakan kepergian Zulham Zamrun yang dilepas ke Mitra Kukar. Fenomena ini sedikitnya mengingatkan kita bagaimana dulu FC Barcelona sampai melepas bintang sebesar Ronaldinho agar bocah kecil bernama Lionel Messi bisa bermain.

Sama seperti Zulham yang dilepas agar membukakan tempat bagi Febri di tim utama Persib. Selanjutnya, karena sama-sama berperan sebagai Messiah, bagaimana seandainya nanti Persib tampil tanpa Febri yang akan dipanggil oleh timnas?

Kunci utama sebenarnya adalah Persib bisa menemukan gelandang serang yang bisa menyusun serangan dengan apik. Seorang gelandang serang yang sesuai dengan tipe kesukaan coach Djanur. Handal dalam operan cepat dan juga bisa konstan berlari sepanjang 90 menit. Gelandang serang dengan tipe yang diinginkan oleh coach Djanur ini akan memudahkan pemain lain untuk bergerak.

Gelandang serang tipe ini tidak hanya bertugas untuk menyusun serangan tetapi juga memberikan ancaman-ancaman bagi pertahanan lawan. Peran seperti ini yang belum mampu ditunjukan oleh Erick Weeks Lewis yang kini masih dalam tahap seleksi selama gelaran Piala Presiden.

Mencari pemain yang tepat di posisi ini menjadi penting karena hal tersebut yang akan menjadi poros serangan Persib selama Febri pergi. Terlebih pos gelandang serang ini akan sangat berperan apabila dalam satu kondisi di suatu pertandingan, Febri mengalami deadlock.

Karena soal pemain yang menggantikan Febri secara posisi sudah ada dua winger senior, Atep dan Tantan. Atau, apabila coach Djanur ingin bereksperimen, ia bisa saja menempatkan Gian Zola atau penyerang muda Angga Febryanto di posisi yang lebih melebar.

Satu yang pasti, kehadiran Febri semakin meyakinkan bahwa negeri seluas 1.905 juta kilometer persegi ini selalu bisa melahirkan bakat-bakat hebat setiap tahunnya.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia