Uncategorized Kolom

Persib 2006: Awal dari Mimpi yang Sempurna

Jika Anda menganggap bahwa kesuksesan Persib Bandung di masa sekarang ini merupakan hasil dari keberhasilan mereka bertransformasi dari klub milik pemerintah menjadi klub yang lebih modern dengan berada di bawah asuhan sebuah perusahaan.

Anggapan ini bisa saja benar, karena setelah berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), Persib kemudian menjelma menjadi tim kaya raya dan menyandang status sebagai Galacticos.

Akan tetapi proses akuisisi Persib dari Pemda Kota Bandung ke PT. Persib Bandung Bermartabat pada tahun 2009 sebenarnya hanya sekadar momentum saja. Asa untuk membangkitkan kembali kejayaan masa lalu sebenarnya sudah terjadi empat tahun sebelumnya. Tim Persib Bandung di Liga Indonesia edisi 2005 adalah awal dari impian bahwa Persib Bandung suatu saat akan kembali meraih gelar juara.

Situasi selepas keberhasilan menjadi juara Liga Indonesia perdana pada tahun 1995 tidak begitu bagus. Tim Maung Bandung yang masih mempertahankan tradisi untuk mengandalkan putra daerah dan para pemain lokal, cukup kesulitan untuk bersaing dengan tim-tim lain yang sudah menggunakan para penggawa asing. Tercatat baru pada tahun 2003, Persib mulai menggunakan tenaga legiun asing.

Hasilnya, mereka beberapa kali hampir saja terpental dari kompetisi level tertinggi. Bahkan andai PSIM Yogyakarta tidak mengundurkan diri dari kompetisi pada Liga Indonesia tahun 2006 karena bencana alam gempa bumi Yogyakarta, bisa saja Persib turun ke level kompetisi yang lebih rendah pada musim tersebut.

Fenomena Christian Bekamenga dan juara paruh musim

Enggan tersungkur untuk kesekian kali, Persib Bandung menatap Liga Indonesia musim kompetisi 2007 dengan segala sesuatu yang lebih baik. Renovasi Stadion Sidolig dimulai. Bukan hanya akan menjadi tempat latihan dan mess tempat tinggal pemain, venue yang memiliki nama lain Stadion Persib ini juga kemudian mulai di bangun beberapa pertokoan yang nantinya akan menjadi tempat penjualan pernak-pernik klub.

Arcan Iurie yang menyelamatkan klub setelah hampir karam di tangan almarhum Risnandar semusim sebelumnya, kembali ditunjuk untuk sebagai juru taktik tim. Manajemen juga kemudian mendaratkan beberapa pemain baru untuk memperkuat tim. Beberapa di antaranya adalah pemain dengan status bintang nasional, seperti Tema Mursadat, Bayu Sutha, dan Nova Arianto. Untuk legiun asing, tim Maung Bandung pun kemudian mendaratkan para pemain dengan kualitas kelas satu.

Patricio Jimenez, Lorenzo Cabanas, dan Nyeck Nyobe didatangkan manajemen untuk melengkapi slot pemain asing yang sebelumnya sudah ada nama penyerang asal Maroko, Redouanne Barkaoui. Dan satu nama lain, yang bisa jadi walau keberadaanya hanya sesaat, akan selalu diingat oleh Bobotoh, Christian Bekamenga.

Penyerang asal Kamerun ini dikenal ketika tim nasional usia muda Kamerun beruji tanding melawan timnas Indonesia. Meskipun sebenarnya sebelum mendarat di Indonesia, Bekamenga sudah bermain di Malaysia bersama Negeri Sembilan.

Bekamenga menjadi bintang utama Persib pada musim tersebut, dengan mencetak 17 gol dari 20 laga yang dijalani. Termasuk dua gol ketika mengandaskan rival, Persija Jakarta, di Stadion Siliwangi pada 24 April 2007. Yang paling diingat dari laga ini selain dua gol Bekamenga adalah gol spektakuler Eka Ramdani melalui sepakan jarak jauh .

Bersama Bekamenga, Persib kemudian berhasil melaju sepanjang putaran pertama Liga Indonesia 2007.  Lima laga awal mereka berhasil menang empat kali dan hanya kalah sekali ketika bertandang ke kandang Sriwijaya FC pada 4 Maret. Setelahnya, tim Maung Bandung terus mengaum dan melaju kencang hingga kemudian memimpin klasemen Wilayah Barat pada pertengahan kompetisi.

Asa dan optimisme kemudian melambung tinggi. Persib dan seluruh penggemarnya memiliki keyakinan bahwa mereka bisa saja memutus dahaga gelar juara setelah sekian lama. Karena mungkin yang ada di benak baik para pemain, manajemen, atau penggemar adalah tinggal bagaimana meneruskan kinerja positif pada putaran pertama.

Bak petir di siang bolong, jelang putaran kedua, keadaan menjadi lebih sulit. Christian Bekamenga mulai sering mendapatkan panggilan untuk memperkuat timnas Kamerun. Sementara itu gelandang andalan Eka Ramdani mesti mengikuti pelatihan timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala Asia.

Arcan Iurie kebingungan luar biasa karena kejadian ini. Ia kemudian melakukan perjudian. Untuk menambal kepergian Eka, ia kemudian mendaratkan gelandang asal Rumania yang sebelumnya bermain di PSM Makassar, Leo Chitescu. Karena slot pemain asing sudah terisi semua, Arcan kemudian mengorbankan Nyeck Nyobe yang kemudian dipinjamkan ke Persela Lamongan.

Perjudian tersebut justru tidak berakhir sesuai harapan. Kehadiran Leo ternyata tidak sesuai dengan tim Persib sebelumnya yang sudah memiliki kohesi dan kekompakan tersendiri. Apalagi kehilangan Nyeck di lini belakang membuat tim limbung.

Selama putaran pertama, sosok Nyeck adalah salah satu yang membuat lini pertahanan aman. Bahkan ia berhasil meredam pergerakan Cristian Gonzales yang kala itu tersohor sebagai penyerang berbahaya. Selain Bekamenga yang mencetak gol-gol penting, Nyeck adalah sosok penting yang membawa Persib berhasil memuncaki klasemen pada putaran pertama.

Kegagalan perjudian ini kemudian membuat Persib tersungkur di peringkat enam di klasemen akhir. Kejadian ini begitu menyisakan trauma bagi kubu Persib Bandung hingga saat ini. Apalagi pelatih Djadjang Nurdjaman yang saat ini menangani Persib kala itu pun merupakan bagian dari tim tersebut sebagai salah satu staf tim pelatih.

Kegagalan pada Liga Indonesia 2007 menjadi momentum kebangkitan tim kebanggan masyarakat Jawa Barat tersebut. Setelahnya tim kemudian terus berbenah dan berhasil memupus dahaga gelar juara mereka tujuh tahun kemudian. Waktu yang cukup lama memang. Tetapi bukankah sejarah ada untuk dijadikan pelajaran bagi untuk waktu-waktu mendatang?

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia