Stadion Andi Mattalatta, Mattoangin, 15 Juli 2016. Tuan rumah PSM menjamu tetangga jauhnya, Persiba Balikpapan di laga lanjutan Torabila Soccer Championship (TSC) 2016.
Babak pertama berakhir dengan keunggulan 1-0 untuk tuan rumah. Di awal babak kedua, yaitu menit ke-48, Persiba mengembangkan suatu skema serangan. Di luar dugaan, gelandang Persiba, Kurniawan Karman, mencoba suatu tendangan keras dari jarak sekitar 30 meter dari gawang.
Tendangan jarak jauh itu ternyata sukses menjebol gawang PSM dan menyamakan skor menjadi 1-1. Namun, si pencetak gol spektakuler, Kurniawan Karman, menolak melakukan selebrasi. Ia hanya memberi isyarat dengan tangan kanannya, pertanda menolak bergabung dengan selebrasi rekan-rekan setimnya.
Reaksi tersebut mengundang tepuk tangan riuh dari para pendukung PSM yang memadati stadion. Peristiwa ini hampir mirip dengan gol tanpa selebrasi Frank Lampard ketika menjebol gawang Chelsea atau Alvaro Morata ketika mencetak gol ke gawang Real Madrid. Kurniawan sendiri memang cukup lama menjadi idola publik Mattoangin.
Pemain kelahiran 29 Maret 1991 ini memang putra asli Sulawesi Selatan. Kariernya berawal dengan cukup bergengsi, jauh ketika ia memulai karier profesional. Ketika usianya baru berusia 13 tahun, ia dan seorang pemain junior Makassar lain terpilih mewakili Indonesia di kompetisi sepak bola junior, Danone Nations Cup 2004, di Prancis.
Satu wakil lainnya? Rasyid Bakri!
Kita tahu bahwa Rasyid Assyahid Bakri sedang menikmati masa-masa indah dalam kariernya sebagai pesepak bola. Pemain tengah PSM tersebut bermain apik sepanjang pelaksanaan Torabika Soccer Championship pada tahun 2016 lalu, dan terpilih menjadi pemain tengah terbaik di akhir musim. Satu posisi di lini tengah PSM pun besar kemungkinan tak tergantikan dari dirinya.
Berbeda dengan sohibnya tersebut, Kurniawan tak lagi berbaju PSM sejak awal 2016 lalu. Secara mengejutkan, dirinya tak masuk rencana Luciano Leandro, pelatih PSM di awal kompetisi TSC 2016 lalu. Padahal, sejak tahun 2012, Kurniawan selalu bahu-membahu dengan Rasyid di lini tengah PSM.
Mereka juga sempat bersama-sama membela tim nasional U-21 dan U-23. Keduanya tak terpisahkan, layaknya Xavi Hernandez dan Andres Iniesta di Barcelona atau Gennaro Gattuso dan Massimo Ambrosini di AC Milan.
Meski cukup sedih, Kurniawan tak perlu menunggu lama karena langsung memperoleh tawaran dari Persiba. Takdirnya ternyata berlangsung dramatis, karena ia sukses mencetak gol ke gawang PSM seperti diceritakan di paragraf pembuka tadi.
Setelah TSC 2016 berakhir, Kurniawan pulang ke Makassar dan menolak tawaran kontrak dari Persiba. Beberapa klub calon peserta Liga 1 juga menawarinya, tapi Kurni, panggilan akrabnya, terlalu cinta PSM. Ia masih mencari-cari celah agar bisa kembali ke klub yang membesarkan namanya dulu.
“Sudah setahun lebih saya tidak bermain dengan Rasyid, padahal dulu saya selalu berpasangan dengan dia,” tutur Kurni seperti dikutip rakyatku.com.
Para pendukung setia PSM juga menyadari hal ini. Jika Anda membuka forum-forum pendukung PSM, nama Kurni tak pernah absen disebut dalam daftar pemain yang mereka harapkan untuk membela tim Juku Eja di Liga 1 tahun ini. Sayang, selain pelatih Robert Rene Alberts tak pernah menyatakan ketertarikannya kepada Kurni, persaingan lini tengah PSM di musim ini tergolong sudah sangat ketat.
Maka, Kurni pun harus mencari tempat berlabuh yang baru. Saat ini, ia sedang menjalani seleksi di salah satu klub peserta Liga 2, Persebaya.
Menariknya, ketika Persebaya beruji coba dengan Persigo Semeru FC di Gelora Bung Tomo pada 1 April 2017 lalu, Kurni langsung mencetak gol. Padahal, ia masuk sebagai pemain pengganti di pertandingan tersebut.
Memang tak menyenangkan jika cinta kita bertepuk sebelah tangan. Kurniawan Karman pasti merasakan itu setelah cintanya kepada PSM ternyata belum memperoleh balasan.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.