Tahun depan gelaran Piala Dunia akan berlangsung di Rusia. Namun, kehebohan Piala Dunia 2026 sudah mulai terasa, padahal belum tahu mau diadakan di mana. Ya, yang namanya Piala Dunia selalu menarik jadi bahan perbincangan. Tapi, ada satu hal yang membuat Piala Dunia 2026 menjadi trending topic kali ini. Wah, apa ya?
FIFA berencana menambah peserta di gelaran bergengsi empat tahunan ini dari 32 negara menjadi 48 negara. Rekomendasi ini akan diajukan untuk diratifikasi dewan FIFA, yang pertemuannya akan dilangsungkan di Manama, Bahrain pada 9 Mei mendatang, dua hari sebelum kongres FIFA ke-67, demikian pernyataan organisasi sepak bola dunia tersebut.
Jika peserta membengkak jadi 48 negara, pembagian jatahnya bagaimana? Berikut detailnya sebagaimana yang diumumkan oleh FIFA melalui Gianni Infantino:
- Eropa: 16 (naik 3 dari 13 negara)
- Asia: 8 (naik dari 4 negara dan 1 yang menang babak play-off)
- Oceania: 1 (sebelumnya harus melalui play-off dulu)
- Afrika: 9 (naik dari 5 negara)
- Amerika Selatan: 6 (naik dari 4 negara yang lolos fase grup serta 1 yang menang play-off)
- Amerika Utara dan Tengah: 5 (naik dari tiga serta pemenang play-off)
Negara tuan rumah sudah pasti lolos tentunya. Menariknya, dua slot tersisa akan ditentukan lewat babak play–off yang terdiri dari enam tim yang akan diambillewat turnamen play-off yang terdiri dari enam tim antar zona (kecuali UEFA), termasuk zona negara tuan rumah, yang akan dilangsungkan pada November, sebagaimana dijelaskan FIFA.
39 tahun lalu saat Piala Dunia 1978 Argentina, benua Afrika dan Amerika Utara/Tengah masing-masing hanya dapat jatah satu tim. Sekarang kita lihat betapa perkembangan sepak bola Afrika begitu pesat dengan banyaknya pemain Afrika yang merumput di liga-liga elite dunia seperti Sadio Mane, Riyad Mahrez, dan masih banyak lagi. Penampilan tim nasionalnya juga terbilang cukup mengesankan. Sebut saja Aljazair yang sempat merepotkan Jerman di babak kedua Piala Dunia 2014 Brazil tahun lalu. Atau Senegal, yang bisa menyingkirkan juara bertahan Perancis di Piala Dunia 2002.
Bagaimana Asia sendiri? Kemajuan sepak bola Asia juga bisa dibilang bagus, walau masih sulit mengulang capaian fenomenal Korea Selatan. Pada Piala Dunia 2002, untuk pertama kali sekaligus satu-satunya sampai saat ini, Korea Selatan melaju ke babak semifinal. Sekalipun kalah lawan Jerman, penampilan Negeri Ginseng ini cukup mengesankan. Di Olimpiade London 2012, Korea Selatan juga bahkan sanggup meraih perunggu sepak bola.
Rencana menambah peserta Piala Dunia ini sudah dirapatkan sejak Januari lalu. Perkembangan sepak bola dunia memang sudah demikian pesat. Persaingan pun semakin ketat. Dengan slot peserta bertambah, semua negara akan berjuang untuk bisa tampil di ajang bergengsi. Logikanya, siapa yang tidak mau tampil di Piala Dunia?
Bagaimana reaksi negara-negara anggota FIFA? Beragam. Ada yang mendukung, ada pula yang mengkritik, salah satunya karena ini dianggap hanya upaya komersialisasi sepak bola ala FIFA. Menilik zona Oseania, ada satu perubahan positif. Jika dulu juara grup zona yang ”terlupakan” dari kancah sepak bola dunia ini harus bertarung di play-off, maka rencananya di Piala Dunia 2026, juara grup Oseania otomatis lolos langsung ke putaran final.
Presiden Federasi Sepak bola Selandia Baru, Andy Martin, mendukung keputusan FIFA ini. Terlebih, saat ini negeri rugby ini menjadi raja di Oseania setelah Australia memutuskan bergabung ke AFC. Sebagai informasi, sekalipun Selandia Baru ini negeri rugby, mereka membuat kejutan di Piala Dunia 2010 dengan menahan juara bertahan Italia di fase grup. Selandia Baru akhirnya memang tersingkir tapi dengan catatan. tanpa kalah
Asia sendiri juga mendukung rekomendasi FIFA ini. Apalagi AFC sangat gigih memperjuangkan agar benua kuning mendapat banyak jatah untuk lolos ke Piala Dunia, mengingat ekspansi pesepak bola Asia ke liga-liga elite Eropa mulai subur.
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)