Uncategorized

Mengenang Rivalitas Klasik Persib Bandung dan PSMS Medan

Final Perserikatan tahun 1985

Kedua tim kembali bertemu pada partai final Kejuaraan Nasional dua tahun berselang. Final edisi tahun 1985 yang disaksikan lebih dari 150.000 penonton ini kabarnya masuk sebagai rekor dunia dari segi jumlah penonton untuk pertandingan sepak bola kelas amatir. Sebagai catatan, kala itu stadion Utama Senayan hanya berkapasitas maksimal 120.000 penonton. Bisa dibayangkan bagaimana padat dan berdesak-desakannya penonton kala itu karena fasilitas stadion tidak sebaik sekarang.

Laga puncak yang terjadi 23 Februari 1985 itu merupakan ulangan pertemuan kedua tim dua tahun sebelumnya. Pertandingan berjalan dramatis. Persib mampu memupus keunggulan PSMS dengan menyarangkan dua gol balasan di babak kedua. Sebenarnya Persib bisa saja unggul andai satu gol lagi melalui sundulan kepala Robby Darwis tidak dianulir wasit Djafar Umar karena terjadi pelanggaran terlebih dahulu terhadap Ponirin Meka.

Pertandingan kemudian berlanjut ke  babak adu penalti. Kiper PSMS, Ponirin kembali menjadi pahlawan tim Ayam Kinantan. Eksekusi Adeng Hudaya, Dede Iskandar, dan Robby Darwis sukses dibendung. Eksekusi dari Mameh Sudiono kemudian memastikan PSMS kembali membawa pulang gelar juara.

Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2006

Partai menarik lainnya terjadi 11 tahun lalu kala PSMS berhasil menumbangkan Persib di kandangnya sendiri, stadion Siliwangi. Dalam laga yang digelar pada 16 April 2006 tersebut, PSMS berambisi untuk meraih kemenangan karena ingin memberikan hadiah untuk hari jadi mereka yang ke-56 pada 21 April. Apalagi lawan yang dihadapi kala itu adalah sang rival klasik. Sementara Persib mesti mengamankan poin agar tidak jatuh ke jurang degradasi.

Tim PSMS pada liga tersebut adalah embrio dari tim yang setahun kemudian berhasil melaju ke partai final Liga Indonesia. Dua pahlawan lokal, Saktiawan Sinaga dan Mahyadi Panggabean sedang berada dalam puncak permainan mereka. Kala itu mereka punya pemain asing dengan kualitas kelas satu seperti Alejandro Tobar dan Alcido Fleitas. Plus Supardi Nasir yang tengah berkembang.

Laga kemudian berakhir dengan skor 0-2 untuk keunggulan PSMS. Laga ini menjadi spesial bukan saja karena PSMS berhasil menaklukkan Maung Bandung di kandangnya sendiri, tetapi salah satu gol kemenangan PSMS kala itu dicetak oleh Alejandro Tobar yang sebelumnya merupakan pahlawan di Bandung. Gol Tobar terbilang spesial, sebuah tendangan chip ke gawang Persib. Satu gol lain dicetak oleh Saktiawan Sinaga.

Liga Super Indonesia tahun 2009

Salah satu pertemuan terakhir kedua tim sebelum PSMS kemudian terdegradasi dan mengalami dualisme kepengurusan. Pada era Liga Super, pertemuan kedua klub agar berkurang letupan dan intensitasnya karena di satu sisi Persib bertransformasi menjadi klub yang kaya raya setelah berhasil menggaet banyak sponsor. Sementara itu, PSMS berada dalam kondisi yang agak kepayahan dalam urusan keuangan karena sulit mendapatkan sponsor.

Meskipun demikian, pertandingan di Liga Super edisi 2008/2009 tetap berlangsung seru. PSMS yang baru saja menerima kepulangan kembalinya Markus Haris Maulana berada dalam kondisi optimis untuk menghindar dari zona degradasi. Sementara Persib berusaha untuk mengejar posisi kedua klasemen karena tampaknya Persipura Jayapura sudah tidak bisa lagi terkejar sebagai pimpinan liga.

Yang akan selalu diingat oleh banyak orang terutama para Bobotoh adalah gol yang dicetak oleh bek asing asal Kamerun, George Nyeck Nyobe. Pemain belakang bertubuh raksasa tersebut mencetak gol sensasional yang mewarnai kemenangan 2-0 Persib atas PSMS melalui tendangan bebas keras dari jarak 28 meter yang menghujam gawang PSMS. Satu gol lain dicetak melalui eksekusi penalti Rafael Alves Bastos.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia