Kolom Nasional

Tiga Catatan dari Laga Debut Luis Milla

Kredit: Bola

Skema bertahan yang perlu diperbaiki

Soal poros gelandang yang belum maksimal ini kemudian berpengaruh terhadap sistem bermain secara keseluruhan. Sepertinya para gelandang yang dimainkan belum mengerti betul apa yang diinginkan oleh Milla. Soal pembagian tugas menjadi yang paling terlihat. Masih sering terjadi ‘rebutan’ antara Zola, Hargianto, dan Hanif ketika menguasai bola atau siapa yang lebih dulu untuk memotong aliran serangan lawan.

Soal pembagian tugas antar gelandang ini menjadi pekerjaan rumah yang mesti mendapatkan perhatian lebih. Karena ada kalanya Zola yang bertugas sebagai gelandang serang justru tercatat sebanyak tiga kali menghentikan upaya serangan lawan, di kotak penalti sendiri!

Hanif yang terbiasa bermain di posisi lebih dalam ketika bermain di Arema, agak kesulitan di posisi tersebut karena sudah ada Hargianto. Terpaksa Hanif bermain lebih depan, dan membuat kemampuannya tidak termaksimalkan dengan baik.

Permasalahan di lini tengah kemudian berpengaruh terhadap sektor lain. Kebingungan soal siapa yang lebih dulu menghentikan serangan, membuat para pemain di posisi fullback ikut ragu untuk bergerak. Apakah mesti maju untuk menyergap bola atau bergerak menyempit memenuhi area tengah bergabung dengan gelandang. Gol pertama Myanmar juga terjadi karena hal ini.

Memasukan Evan Dimas memang membuat aliran bola lebih lancar. Namun permasalahannya, Evan memang lebih maksimal ketika beroperasi di area yang lebih dalam. Karena itu untuk mendukung penyerangan, garis pertahanan Indonesia ikut naik agar bisa memberikan dukungan kepada Evan. Celakanya, skema ini justru membuat Indonesia kalang kabut ketika diserang. Hasilnya Myanmar berhasil menyarangkan dua gol yang diawali serangan balik cepat.

Banyaknya Bagas Adi Nugroho mencatatkan tekel bukan berarti itu pertanda yang baik. Justru mengartikan bahwa skema bertahan Indonesia betul-betul tidak berjalan baik sampai-sampai Bagas mesti bekerja keras untuk melindungi pertahanannya.