Akhir dari Piala Presiden 2017 resmi milik Arema FC. Tim besutan Aji Santoso tersebut berhasil membawa pulang piala sekaligus menjadi juara baru dari turnamen pra-musim sebelum kompetisi reguler digelar tersebut. Cristian Gonzales memang menjadi bintang di mana penyerang gaek tersebut berhasil melesakan hattrick yang membenamkan perlawanan dari Pusamania Borneo FC. Tetapi ada satu bintang terang yang sebenarnya juga bersinar pada pertandingan tersebut.
Arema FC membuka keunggulan melalu aksi dari pemain muda, Hanif Abdurrauf Sjahbandi. Eksekusi bola mati Adam Alis ke jantung pertahanan PBFC masih bisa dimentahkan. Bola liar kemudian jatuh di kaki Hanif. Pemuda tersebut kemudian menempatkan bola di sisi kanan atas gawang yang tidak mampu dihalau oleh Wawan Hendrawan. Sebuah gol pembuka partai final yang bisa dibilang sangat spesial dari pemuda yang baru berusia 20 tahun pada 2017 ini.
Everything has mean to be. Terkadang jalan seseorang sudah ditetapkan dan semesta seakan berkehendak bahwa seseorang tetap berada pada rute yang benar. Hanif lahir di Jakarta pada 7 April 1997 dan ia memulai karier sepak bolanya di sekolah sepak bola (SSB) dengan kualitas terbaik yaitu Asian Soccer Academy, Indonesia Football Academy, dan Two Touch Academy.
Nama Hanif kemudian menggema di kancah sepak bola Indonesia setelah ia terpilih sebagai siswa terbaik ketika mengikut course musim panas di akademi Manchester United pada tahun 2009. Karena fenomena inilah banyak sekali penikmat sepak bola Indonesia kemudian punya keyakinan bahwa bakat-bakat muda Indonesia bisa saja menembus level Eropa. Kisah hebat Hanif kemudian bahkan sampai dijadikan buku berjudul “Merah Putih di Old Trafford: Kisah Anak Indonesia yang Terpilih Berlatih di Kandang The Red Devils” yang ditulis oleh Langlang Randhawa.
Hanif kemudian masuk ke level yang lebih tinggi lagi ketika menimba ilmu di Diklat Persib. Waktunya di tim usia muda Maung Bandung tersebut sangat berkesan. Bahkan hingga sekarang cukup banyak penggemar dari tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut meminta Hanif untuk kembali ke Bandung.
Karier profesionalnya dimulai ketika ia membela PBR di Piala Presiden edisi perdana dua tahun lalu. Kala itu Hanif juga sempat mengikuti trial di beberapa kesebelasan asal Jepang. Setelah memperkuat Persiba di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Hanif kemudian berlabuh di Arema FC, dan menandatangani kontrak selama dua tahun bersama kesebelasan berjuluk Singo Edan tersebut.
Hanif adalah fenomena. Ia merupakan jenis pemain yang jarang ada di Indonesia. Biasanya pemain yang versatile bermain di posisi bek tengah dan gelandang bertipe keras dan kuat, sementara Hanif sejak lama terkenal sebagai pemain yang efektif namun memiliki nilai elegan dan estetis dari setiap permainannya. Ia juga merupakan pengoper ulung dan jangkauannya juga luas. Apabila Anda mencari komparasi yang sesuai di sepak bola internasional, mungkin sosok Michael Carrick adalah yang paling sesuai untuk menggambarkan bagaimana cara Hanif bermain.
Soal mencetak gol juga merupakan kelebihan tersendiri dari Hanif. Ia tidak terkenal dengan tendangan keras jarak jauh yang menghujam gawang lawan. Eksekusi tendangan jarak jauh Hanif lebih kepada penempatan bola. Melayang namun punya kesan kuat dan tetiba sudah bersarang di gawang lawan.
Selain yang ia tunjukan di final Piala Presiden 2017, Hanif juga sempat mencetak gol berkelas ketika ia masih memperkuat Persiba Balikpapan. Sebuah tendangan spektakuler dari jarak jauh ketika tim berjuluk Beruang Madu itu berhadapan dengan Gresik United di TSC 2016 lalu. Meskipun hanya satu, gol tersebut sangat menggambarkan kualitas yang dimiliki oleh Hanif.
Febri Hariyadi boleh saja terpilih sebagai pemain muda terbaik. Aksi winger lincah asal Bandung ini memang memikat mata. Tetapi peran Hanif sepanjang turnamen juga bisa dibilang luar biasa. Ia yang dimainkan karena faktor regulasi justru punya peran terhadap keberhasilan Arema FC meraih gelar juara. Hanif bermain apik menjaga kedalaman tim Singo Edan, bahkan sampai membuat publik sedikit terlupa bahwa mereka punya gelandang senior seperti Hendro Siswanto dan Ahmad Bustomi.
Mengingat bahwa ia dipanggil oleh Luis Milla untuk mengikuti seleksi tim SEA Games 2017, kita boleh terus berharap Hanif Abdurrauf Sjahbandi agar tetap berada di rute yang benar untuk bersinar.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia