Eropa Inggris

Romansa Jose Mourinho dan Piala Liga

Di daratan Inggris sana, terdapat lelucon yang sudah eksis satu dekade lebih tentang angka empat, khususnya di bidang sepak bola. Bilangan genap yang satu ini memang sudah begitu melekat erat dengan kesebelasan asal London Utara, Arsenal.

Usai membuat heboh tanah Britania dengan menjadi juara Liga Primer Inggris tanpa sekalipun kalah di musim 2003/2004, klub dengan lambang meriam ini di musim-musim selanjutnya justru lebih senang memadu kasih dengan peringkat empat klasemen akhir. Hegemoni Arsenal di ibu kota pun perlahan-lahan dikikis oleh penguasa anyar dari London Barat, Chelsea.

Tapi siapa peduli karena titel adalah hal fana sementara partisipasi rutin di Liga Champions adalah hakiki. Dogma ini juga yang dianut kakek tua asal Prancis bernama Arsene Wenger dan para pengikut setianya seperti Fajar Martha dan Isidorus Rio. Meski di kompetisi antarklub Eropa paling bonafit itu, Arsenal juga kerap jadi bulan-bulanan raksasa Eropa yang lain. Toh, yang penting partisipasi, bukan?

Walau akan membahas tentang angka empat, namun kali ini saya tak ingin berbicara lebih jauh tentang Arsenal dan kisah cintanya dengan angka tersebut. Cukuplah itu jadi bahan tertawaan yang awet bagi siapa saja, setidaknya sampai lelaki tua asal Strasbourg tersebut memutuskan angkat kaki dari stadion Emirates.

Saat ini, atensi saya tengah tertuju kepada pria bermulut besar asal Setubal yang membesut Manchester United, Jose Mourinho. Dinihari tadi (27/2), klub besutan Mou itu baru saja meraih titel Piala Liga mereka yang kelima usai menggebuk Southampton di partai final Piala Liga dengan skor 3-2.

Bagi pelatih yang akrab disapa Mou tersebut, gelar Piala Liga kali ini adalah yang keempat sepanjang karier kepelatihannya di negerinya Ratu Elizabeth. Tak melenceng dari ucapan saya di bagian awal bahwa kita tetap akan membahas angka empat bukan?

Sebelumnya, Mou mengumpulkan tiga gelar Piala Liga saat melatih Chelsea, yakni pada musim 2004/2005, 2006/2007 dan 2014/2015 yang lalu. Catatan ini sendiri berhasil membawanya berdiri sejajar dengan dua manajer legendaris di tanah Britania, Brian Clough dan Sir Alex Ferguson yang meraih seluruh titel Piala Liga mereka bersama Nottingham Forest dan Manchester United.

Mou juga menorehkan rekor pribadi sebagai pelatih non-Inggris Raya pertama yang sukses menggondol empat Piala Liga sejak ajang ini digelar pertama kali pada musim 1960/1961 silam. Pertanda bahwa pria berusia 54 tahun ini memiliki romansa tersendiri dengan kejuaraan yang satu ini.

Padahal, banyak manajer yang menganggap kejuaraan yang musim depan bakal berganti nama jadi Carabao Cup (usai memperoleh kesepakatan dengan produsen minuman berenergi asal Thailand sebagai sponsor baru) ini hanyalah ajang kelas tiga setelah Liga Primer Inggris dan Piala FA. Sehingga banyak dari mereka yang lantas menurunkan pemain lapis kedua dan bahkan lapis ketiganya di ajang ini.

Tak berbeda jauh dengan rekan seprofesinya, Mou juga sering menampilkan pemain-pemain yang jarang mentas di Liga Primer Inggris, Piala FA atau kompetisi Eropa untuk turun di ajang ini. Baik saat bersama Chelsea dahulu atau Manchester United musim ini.

Namun lebih dari itu, Mou paham betul seperti apapun level kompetisinya, selalu ada gelar yang bisa diperebutkan. Maka tak perlu terkejut bila dirinya juga selalu tampil serius walau cuma bertanding di Piala Liga. Sebab kemenangan di setiap laganya dan keberhasilan menjadi juara akan berdampak positif terhadap mentalitas tim besutannya.

Relasi apik Mou dengan Piala Liga jugalah yang membuat rekam jejak karier kepelatihannya di Inggris begitu ciamik. Trofi Piala Liga yang didapatnya seolah jadi pintu gerbang yang selalu mengantarkannya pada titel-titel yang lain.

Di partai final Piala Liga 2004/2005, Chelsea asuhan Mou berjumpa dengan Liverpool yang tengah dibesut oleh arsitek asal Spanyol, Rafael Benitez. Bertanding di stadion Millennium di kota Cardiff, The Blues kala itu sukses membekuk The Reds dengan skor tipis 3-2. Chelsea pun berpesta menyambut keberhasilan itu.

Namun tak berselang lama, tim London Biru untuk sekali lagi merayakan gelar juara setelah menjadi kampiun Liga Primer Inggris untuk pertama kalinya dalam rentang setengah abad. Prestasi ini semakin mengangkat nama Mou sebagai manajer hebat setelah sebelumnya berhasil membawa F.C. Porto keluar sebagai jawara Piala UEFA dan Liga Champions.

Berselang dua musim kemudian alias musim 2006/2007, Mou berhasil membawa Chelsea menjejak final Piala Liga untuk kali kedua semasa dirinya bertugas. Kali ini giliran Arsenal yang menjadi lawan bagi The Blues. Pada laga yang sempat diwarnai kericuhan diantara pemain kedua kubu tersebut, anak asuh Mou berhasil mempermalukan The Gunners dengan skor 2-1.

Walau terbilang gagal di Liga Primer Inggris pada musim itu, setidaknya Mou masih berhasil mengawinkan titel Piala Liga dengan trofi Piala FA yang diperoleh usai menghajar Manchester United yang ketika itu masih dinakhodai Sir Alex Ferguson. Gol semata wayang dari penyerang asal Pantai Gading, Didier Drogba, menjadi pembeda pada partai yang dimainkan di stadion Wembley tersebut.

Sementara gelar ketiga di Piala Liga didapat Mou saat dirinya kembali ke stadion Stamford Bridge setelah berkelan ke Italia (bersama Internazionale Milano) dan Spanyol (Real Madrid). Titel Piala Liga di musim 2014/2015 itu sendiri menjadi obat penawar yang sangat mujarab setelah di musim 2013/2014, Mou gagal menghadiahi satu trofi pun untuk The Blues.

Pada partai pamungkas Piala Liga musim itu, Chelsea berhasil membungkam tim ibu kota yang lain, Tottenham Hotspur. Sepasang gol dari John Terry dan Diego Costa tak mampu dibalas sama sekali oleh The Lilywhites.

Dan seolah déjà vu musim 2004/2005, di penghujung musim 2014/2015 Chelsea juga berhasil keluar sebagai kampiun Liga Primer Inggris untuk kali kelima sepanjang sejarah klub. Berkat prestasi ganda tersebut, Mou dibanjiri pujian oleh suporter setia The Blues. Sayangnya, di musim berikutnya Mou harus pergi dari London Barat setelah dipecat oleh pihak manajemen.

Sampai akhirnya, perjalanan waktu membawa Mou berlabuh di Manchester United yang amat limbung usai ditinggal Sir Alex Ferguson. Trofi Piala Liga 2016/2017 menjadi titel perdana Mou sebagai pelatih The Red Devils.

Berkaca pada romansa yang dimiliki Mou dengan Piala Liga, rasa-rasanya prestasi kali ini bisa jadi sinyal positif bagi perjalanan pria Porugal tersebut bersama United ke depannya.

Meski masih terseok-seok di Liga Primer Inggris dan tertinggal cukup jauh dari sang pemuncak klasemen, Chelsea yang sekarang ditukangi Antonio Conte, tak menutup kemungkinan jika The Red Devils masih bisa bersaing di tangga juara. Selain itu, Wayne Rooney dan kawan-kawan juga masih berpartisipasi di ajang Piala FA dan Liga Europa.

Apakah ini pertanda nyata bila Mou masih akan menghadiahi Manchester United dengan beberapa titel lainnya di musim ini?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional