Nasional Bola

Pelajaran Berharga dari Supersub Mitra Kukar dan Via Vallen

Musik dangdut yang sebelumnya dianggap sebagian orang sebagai music kampungan, perlahan mulai kembali menunjukkan pamornya dengan tampilan lebih segar dan kekinian. Adalah Via Vallen, penyanyi muda yang sukses mengubah stigma aliran ini. Namun, kesuksesan tak didapat andai enggan mendengarkan saran ayahnya.

Siapa sangka, Via Vallen muda merupakan penikmat sekaligus penyanyi pop. Deretan musisi dan grup musik luar negeri seperti Evanescence hingga Avril Lavigne jadi inspirasinya kala itu. Bahkan nama panggung ‘Vallen’ merupakan plesetan dari lagu Evanescence, Fallen. Pengaruh ayahnya, Mohammad Arifin, yang juga berprofesi sebagai gitaris orkes melayu, dikutip dari Jawa Pos, akhirnya membuat Via banting setir dari musik pop ke dangdut.

Meski demikian, dara cantik bernama lengkap Maulidia Octavia ini tak lantas meninggalkan musik pop. Via memutuskan untuk membuat gebrakan baru dengan berpakaian ala penyanyi dari Korea dan Jepang pada setiap pertunjukannya. Keputusan besar yang menghasilkan kesuksesan ternyata tak hanya dialami oleh Via Vallen.

Di dunia sepak bola, ada nama pemain yang sedang naik daun, Anindito Wahyu Erminarno. Pemain berusia 29 tahun ini merupakan salah satu kunci kebangkitan Mitra Kukar di Go-Jek Traveloka Liga 1 2017. Anindito jadi satu-satunya pemain tengah lokal yang mampu menembus  daftar top skor sementara lewat tiga golnya.

Seperti halnya Via Vallen, Anindito juga sempat membuat keputusan besar yang akhirnya mengubah peruntungan hidupnya. Saat masih kanak-kanak, pemain kelahiran Solo ini ternyata lebih menyukai permainan bulutangkis ketimbang sepak bola, seperti dilansir situs resmi klub.

Jika Via melihat dangdut dari ayahnya, keputusan Anindito meninggalkan olahraga tepok bulu berkat kakaknya yang sering keluar kota untuk bermain sepak bola. Sejak saat itu, pemain yang bisa berposisi sebagai gelandang serang atau sayap kanan tersebut mulai menekuni dunia si kulit bundar. Pilihannya tidak salah.

Setelah membela tim kampung halamannya, Persis Solo, Anindito hijrah ke Mitra Kukar pada 2009 lalu. Dia sempat membela Persija Jakarta musim 2012/2013, sebelum akhirnya kembali ke Tenggarong. Di klub berjuluk Naga Mekes itu, Anindito meraih banyak kesuksesan mulai dari bawa tim promosi hingga panggilan timnas Indonesia pada pemusatan latihan di Sidoarjo, tiga tahun lalu.

Musim ini, nama Anindito memang kalah pamor dari gelandang timnas, Bayu Pradana, duet winger Septian David Maulana dan Hendra Adi Bayauw, hingga marquee player, Momo Sissoko. Meski begitu, pemain yang sempat pensiun sementara itu jadi senjata menakutkan dari bangku cadangan.

Baca juga: Mohamed Sissoko, Gelandang Tangguh Anyar Naga Mekes

Baru dua laga tampil sebagai pemain inti, Anindito sudah tiga kali jadi pahlawan kemenangan Mitra Kukar. Poin penuh atas Persela Lamongan dan Bali United serta hasil imbang kontra Madura United ditentukan lewat gol pemain yang akrab disapa Buluk ini, di mana dua di antaranya dicetak saat turun sebagai pemain pengganti. Tak pelak, julukan supersub lantas disematkan suporter Mitra Kukar padanya.

Dari Via Vallen dan Anindito, kita tahu bahwa sewaktu-waktu diperlukan sebuah keputusan berani, yang kelak bisa mengubah hidup.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho