Kolom Eropa

Mencoba Percaya pada Berlusconi dan Bualannya

Menjadi suporter AC Milan memang melelahkan. Hampir setiap musim mereka dijejali iming-iming kembalinya masa kejayaan oleh sang pemilik klub, Silvio Berlusconi. Janji Berlusconi biasanya muncul di bursa transfer atau sesaat setelah timnya kalah telak.

Beliau seakan-akan lupa bahwa klubnya saat ini adalah tim medioker. Dengan entengnya beliau mengatakan kepada media bahwa pemain A akan datang, pemain B telah menyetujui kepindahannya ke Milan. Omong kosong belaka.

Il Club Più Titolato Al Mondo, yang artinya kurang lebih adalah “Klub Tersukses di Dunia” adalah nama julukan yang terpampang di jersey Milan, tepatnya di bawah logo klub, diberikan oleh FIFA pada Desember 2007.

Presiden FIFA kala itu, Sepp Blatter, menyematkan julukan tersebut menyusul kesuksesan Milan meraih 18 trofi internasional. Jumlah yang terbanyak dibandingkan klub-klub lain. Tak diragukan lagi, Berlusconi memang memiliki andil besar dalam kesuksesan Milan.

Namun saat ini, julukan ‘Klub Tersukses di Dunia’ rasanya sudah tidak pantas lagi disematkan di jersey Milan. Alih-alih menyatakan diri sebagai klub tersukses, Milan saat ini adalah klub yang paling sering diberi harapan palsu oleh pemiliknya sendiri.

Berlusconi, tidak diragukan lagi memang membawa masa kejayaan di tahun 1987 dengan Arrigo Sacchi dan trio Belandanya: Marco van Basten, Frank Rijkaard dan Ruud Gullitt. Lalu pada musim 1991/1992, Berlusconi kembali memanjakan suporter Milan dengan Gli Invincibli-nya, yang tidak terkalahkan dalam 58 pertandingan. Catatan ini bahkan lebih superior dibanding The Invincibles-nya Arsenal musim 2003/2004 yang hanya mencatat 49 pertandingan tak terkalahkan.

Membahas kisah AC Milan di zaman dulu memang menyenangkan. Bergelimang trofi, pemain kelas dunia, stadion penuh penonton, dan permainan yang atraktif. Tapi kita tidak sadar, kita dengan bodohnya terjebak di nostalgia Milan masa lalu karena saat ini, kita jenuh dengan klub kesayangan kita yang nasibnya tak menentu. Tak jelas. Hidup enggan, mati tak mau.

Periode meredupnya Rossoneri, julukan Milan, dimulai ketika terjadinya eksodus pemain besar-besaran pada awal musim 2012/2013. Saat itu Milan ditinggal oleh dua pilarnya yang reuni dengan Carlo Ancelotti di Paris Saint-Germain (PSG) yaitu Thiago Silva dan Zlatan Ibrahimovic. Eksodus kemudian berlanjut menyusul keluarnya lima pemain senior dari San Siro. Mereka adalah Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, Alessandro Nesta, Clarence Seedorf, dan Antonio Cassano.

Perlahan namun pasti, Milan mulai menemukan masa suramnya. Tidak lolos ke Liga Champions, tidak mampu meraih tiket ke Liga Europa, berkutat di papan tengah, dan animo penonton yang rendah di stadion. Mau tidak mau, suka tidak suka, fans AC Milan wajib mengakui jika klub idolanya saat ini adalah tim medioker, setara dengan Torino, Sampdoria, bahkan Chievo Verona.

Idealnya, melihat situasi klub yang hancur seperti ini, seorang pemilik klub melakukan langkah strategis guna mengembalikan kembali performa terbaik timnya. Kiprah AS Roma dan Juventus saat ini adalah contoh nyata langkah tepat manajemen tim yang mengembalikan kekuatan lama timnya sebagai kandidat juara.

Namun apa yang kita lihat dari Berlusconi justru sebaliknya. Janji-janji Berlusconi sama seperti janji-janji para calon kepala daerah saat kampanye. Manis di awal, tapi nihil realisasi. Jika kamu adalah seorang Milanista, mari kita simak bersama-sama fakta-fakta di bawah ini sembari menyanyikan lagu Jambu (Janjimu Busuk) yang pernah dipopulerkan oleh Matta Band:

  1. Jelang musim 2012/2013, Berlusconi berjanji akan mendatangkan “pemain masa depan”, menyusul eksodus pemain yang menimpa AC Milan saat itu. Buktinya, pemain yang didatangkan tidak memberi efek signifikan meskipun berstatus wonderkid. Penampilan Francesco Acerbi dan Bojan Krkic jauh dari kata memuaskan. Beruntung di tengah musim Milan berhasil merekrut Mario Balotelli yang langsung tajam pasca-perpindahannya ke Milan.
  1. Awal musim 2015/2016, beredar kabar bahwa Zlatan Ibrahimovic tidak betah di PSG. Berlusconi berjanji bahwa Zlatan akan kembali ke Milan karena sang pemain pernah mengatakan begitu kepadanya. Pada akhirnya, Zlatan memang kembali, tapi bukan kembali ke Milan melainkan kembali menjadi anak asuh Mourinho di Manchester United.
  1. Oktober 2015, Milan terdampar di peringkat sebelas klasemen sementara Serie-A kala itu. Berlusconi berjanji akan membawa perubahan gaya bermain di timnya. Hasilnya, Rossoneri sempat kalah 0-4 melawan Napoli di San Siro, dan di akhir musim finis di peringkat tujuh. Tiket kompetisi Eropa kembali gagal diraih.
  1. Ini janji yang menurut saya paling konyol dari Berlusconi. Di pertengahan musim 2012/2013, performa Milan di bawah komando Massimiliano Allegri sedang menurun. Entah untuk memberi tekanan pada Allegri atau sekadar menenangkan para suporter, Berlusconi mengatakan akan merekrut Pep Guardiola sebagai pelatih AC Milan musim depan. Pada saat itu Pep memang tengah menganggur. Namun jelang akhir musim, “Jambu” (baca: Janji Busuk) Berlusconi kembali terbukti setelah Pep menyatakan akan melatih Bayern München di musim 2013/2014.

Sebagai seorang Milanista, jujur saya (dan kalian semua pasti juga) sangat jenuh dengan janji-janji Presiden Kehormatan AC Milan tersebut. Dalam tujuh tahun terakhir, nyaris tidak ada hal yang bisa dibanggakan dari Milan selain juara Serie-A musim 2010/2011.

Namun sebagai orang Indonesia yang terkenal dengan sopan santunnya, tidak baik mengolok-olok Pak Berlusconi mengingat usianya yang jauh lebih tua dari kita. Daripada kita menambah dosa, ada baiknya kita percaya saja dengan segala bualannya itu. Karena sebagai Presiden Kehormatan AC Milan, Berlusconi seharusnya segera melakukan tindakan demi mengembalikan kejayaan Milan dan citra dirinya sendiri.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.