Suara Pembaca Eropa

Menunggu Akademi Bayern Kembali Berbuah

Philipp Lahm sudah menyatakan akan pensiun di akhir musim 2016/17. Xabi Alonso semakin menua. Duo pemain sayap andalan, Arjen Robben dan Franck Ribery juga sudah memasuki fase senjakala. Bayern perlu regenerasi secara cepat di beberapa posisi.

Bagi klub sebesar FC Bayern München, mungkin tidak terlalu sulit untuk mencari pengganti mereka di bursa transfer pemain musim panas nanti. Namun, suporter sebenarnya sedang menunggu kapan lagi ada pemain dari akademi Bayern yang bisa menembus tim utama.

David Alaba merupakan pemain terakhir dengan pencapaian demikian. Tujuh tahun silam, Louis van Gaal memberinya kesempatan melakukan debut bersama tim senior pada ajang DFB Pokal. Dan sejak saat itu hingga sekarang, Alaba masih mampu mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain kunci bagi Bayern.

Namun tujuh tahun berlalu tanpa ada bintang baru dari akademi? Tentu saja kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Bayern yang sebelumnya sering menghasilkan sejumlah pemain bintang hasil didikan akademi sendiri, kini sedang kesulitan untuk mengulang prestasi serupa.

Pengembangan talenta muda sebenarnya bukan barang baru bagi Bayern. Pada fase-fase awal Bundesliga, Bayern memiliki dan mengembangkan sejumlah pemain muda yang di kemudian hari menjadi fondasi keberhasilan mereka di berbagai kompetisi, termasuk di Liga Champions Eropa. Sepp Maier, Hans-Georg Schwarzenbeck dan sang kaisar, Franz Beckenbauer merupakan sebagian contohnya.

Akademi semakin serius digarap pada tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan pendirian sebuah asrama yang menampung talenta-talenta junior dari berbagai wilayah. Sebelum ada asrama, para pemain junior biasanya tinggal di sebuah vila di Grünwald.

Pemain-pemain seperti Bastian Schweinsteiger, Owen Hargreaves, Thomas Müller, Samuel Kuffour, Holger Badstuber, Mats Hummels, Philipp Lahm merupakan sebagian kecil contoh jebolan akademi junior Bayern generasi 1990-2000-an. Meskipun tak semuanya pernah tinggal di asrama.

Hal ini dikarenakan asrama khusus menampung pemain-pemain yang berasal dari lokasi yang jauh dari Munich saja. Asrama tersebut dapat digunakan untuk akomodasi 14 pemain yang berusia 15-18 tahun. Di akademi, para pemain didukung untuk bisa melanjutkan sekolah formal mereka, selain dapat pula mengakses fasilitas serta jasa lain yang tersedia seperti fisioterapis dan dokter klub.

Saat ini, Wolfgang Dremmler yang dipercaya untuk mengepalai divisi junior dan reserves FC Bayern. Filosofi pengembangan pemain junior difokuskan untuk pengembangan teknik. Pada kelompok usia 9-11 tahun, anak-anak dilatih tentang dasar-dasar teknik bermain sepak bola. Sedangkan untuk U12-U15, tujuan pelatihan adalah agar anak-anak mampu menunjukkan teknik yang baik meskipun tengah berada di bawah tekanan dan bagaimana pemanfaatan teknik pada pertandingan. Dan pada kelompok 16-19 tahun penekanan yang diberikan adalah perihal penggunaan teknik pada kondisi kompetitif untuk bisa meraih kemenangan.

Pada era Pep Guardiola, publik sebenarnya sempat menaruh harapan akan munculnya tunas-tunas muda binaan tim junior FC Bayern. Ada sejumlah nama yang sempat mencuat. Yang pertama adalah Pierre Emile Hojbjerg. Ia datang ke Bayern pada usia 16 tahun di musim panas 2012. Meskipun ia adalah seorang warga negara Denmark, tapi pemain yang sempat menjadi pemain terbaik Denmark U-17 ini sempat mengenyam pengalaman bersama tim muda Bayern.

Jupp Heynckess-lah yang memberinya kesempatan melakoni debut bersama tim senior Bayern. Ketika itu, ia memecahkan rekor usia pemain muda yang melakukan debut bagi Bayern yang sebelumnya dipegang David Alaba. Usia Hojbjerg ketika itu masih 17 tahun dan 251 hari. Namun sangat disayangkan, ia tak kunjung berhasil mendapatkan tempat secara rutin di skuat utama. Setelah sempat dipinjamkan ke Augsburg dan Schalke, akhirnya Bayern memutuskan untuk melego Hojbjerg ke Southampton pada tahun 2016.

Ada juga nama Sinan Kurt. Pemain yang satu ini aslinya adalah binaan dari akademi Borussia Möenchengladbach. Namanya mencuat setelah mencetak 16 gol dari 24 pertandingan yang dijalaninya bersama Gladbach U-19 pada musim 2013/14. Bayern pun menebus talenta muda ini dari Gladbach dengan nilai transfer €2,5 juta. Hanya saja, Sinan Kurt memiliki perangai yang kurang baik. Ia pun akhirnya dijual ke Hertha Berlin pada Januari 2016 silam.

Selain kedua nama tersebut, terdapat juga anak sejumlah bintang sepak bola di Jerman yang sempat diharapkan bisa membela tim senior Bayern. Yang pertama adalah Gianluca Gaudino, anak dari Maurizio Gaudino, yang sempat membela Frankfurt dan Stuttgart. Gianluca melakukan debut di Bundesliga dalam laga kontra Wolfsburg pada tahun 2014. Usianya masih 17 tahun dan 9 bulan.

Penampilan perdananya menuai banyak pujian dari suporter Bayern. Sebagian bahkan menggadang-gadang Gianluca akan menjadi kunci lapangan tengah Bayern pada masa mendatang. Namun faktanya, ia tak kunjung berhasil menembus tim utama secara konsisten. Saat ini, Gianluca sedang menjalani loan di FC St. Gallen, Swiss, sampai akhir musim 2016/17. Ia punya kontrak bersama Bayern hingga musim panas 2018 dan saya pikir kalau tak ada perbaikan signifikan, Bayern tidak akan lagi memperpanjang kontraknya.

Pemain kedua adalah Lucas Scholl yang tak lain merupakan anak dari eks bintang Bayern, Mehmet Scholl. Lucas merupakan salah satu andalan tim junior Bayern baik di U-16 maupun U-17. Namun di tim reserves FC Bayern, Lucas kurang mendapatkan kesempatan untuk tampil. Akhirnya, pemain berusia 20 tahun ini memutuskan untuk meninggalkan Bayern dan hengkang ke Wacker Nordhausen, klub divisi 4 di Regionalliga Nordost.

Tidak hanya mereka saja sebenarnya. Terdapat sejumlah calon bintang lain yang layu sebelum berkembang. Beberapa nama terakhir yang terdepak antara lain Julian Green (VfB Stuttgart), Antonio Trograncic (Ajax), Aleksandar Kovacevic (Hoffenheim) dan Tidiane M’Baye (Hoffenheim). Semuanya meninggalkan Bayern pada Januari 2017 kemarin.

Dengan demikian, setidaknya hingga saat ini tinggal tersisa beberapa nama saja yang benar-benar bisa diharapkan mampu menembus skuat tim senior, antara lain Fabian Benko dan Niklas Dorsch. Regenerasi tak bisa menunggu terlalu lama. Dan semoga Bayern bisa segera memenuhi kebutuhan tersebut dari produk-produk asli Säbener Strasse.

Author: Bram Sitompul (@brammykidz)
Pemain sayap kiri. Penikmat Bundesliga. Penulis buku “Bayern, Kami Adalah Kami”