Nomor punggung seringnya memiliki nilai tersendiri dalam sebuah klub sepak bola. Beberapa bahkan dipensiunkan untuk menghargai suatu memori akan seorang pemain yang sempat mengenakan nomor punggung tersebut. Bahkan, dalam tahapan tertentu, suatu nomor punggung memiliki nilai keramat yang luar biasa.
Berbeda dengan kebanyakan kesebelasan yang memberikan nilai spesial bagi nomor punggung 10, klub asal barat daya Inggris, Manchester United, justru memberikan nilai yang begitu tinggi untuk nomor punggung 7. Bahkan, nomor punggung tersebut menjadi salah satu bagian dari identitas klub yang bermarkas di stadion Old Trafford tersebut.
Semua legenda dan mitos soal nomor punggung 7 tersebut kabarnya bermula ketika George Best mengenakannya. George Best yang menjadi aktor utama sehingga United bisa mendominasi sepak bola Inggris pada tahun 60-an. Best juga sempat menjadi juara Eropa pada tahun 1968. Oleh capaian tersebut, Best selalu dianggap sebagai pemain terbaik yang pernah ada dalam sejarah klub, sesuai dengan arti namanya, best (terbaik).
Lepas dari Georgie Best yang flamboyan dan fenomenal, United memulai pencarian pemain dengan bakat sepak bola luar biasa yang pantas untuk kembali mengenakan nomor punggung yang sama dengan George Best yang legendaris itu.
Setelahnya, nomor punggung 7 hanya boleh dikenakan oleh para pemain yang memiliki “ledakan” yang sama seperti Best dan juga sanggup menanggung sebagian besar dari popularitas klub. Bryan Robson, Eric Cantona, David Beckham, dan Cristiano Ronaldo menjadi pemain besar lain yang kemudian mengenakan nomor punggung 7 yang keramat.
Selepas Ronaldo yang kemudian hengkang ke tim tersukses di jagat sepak bola dunia, Real Madrid, United kemudian melanjutkan pencarian terhadap sosok pemain yang tepat untuk mewarisi nomor keramat ini. Antonio Valencia yang datang dari Wigan Athletic, sempat mengenakannya. Namun hanya bertahan setengah musim sebelum kapten timnas Ekuador ini kembali memakai nomor punggung 25 lama miliknya.
Harapan sempat muncul ketika Angel Di Maria mendarat di Manchester dan mengenakan nomor punggung keramat tersebut. Namun, Di Maria yang sudah memberikan gelar juara Eropa ke-10 untuk Real Madrid nyatanya tampil melempem di Inggris. Ia hanya bertahan satu musim lalu dilego ke Paris Saint-Germain.
Setelah Di Maria hengkang, harapan kemudian jatuh kepada pemuda asal Belanda, Memphis Depay. Berstatus bakat terbaik Belanda dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, bahkan sempat menjadi pencetak gol terbanyak Eredivisie di usia yang sangat muda. Nyatanya, Memphis tidak mampu menunjukan kemampuan terbaiknya. Dan harus menerima kenyataan dirinya dilego ke Lyon pada awal tahun 2017 ini.
Bisa jadi hal ini masuk ke dalam kategori okultisme. Tapi sebagian besar dari para penggemar United percaya bahwa klub mereka akan kembali merasakan manisnya kejayaan apabila berhasil menemukan pemain yang benar-benar pantas mengenakan nomor punggung 7 yang keramat. Sebagian besar menganggap bahwa pencarian ini berada dalam prioritas nomor satu ketimbang hal-hal lain. Meski sebenarnya, perlu banyak sekali pengkajian ulang soal nomor 7 yang keramat tersebut.
Banyak sekali versi lain dari kebanyakan cerita yang berkembang baik diantara para penggemar United maupun penikmat sepak bola secara global. Dimulai dari George Best yang dianggap sebagai awal mula dari legenda pemain pemilik nomor punggung 7. Meskipun banyak dianggap sebagai patokan awal mengapa nomor punggung 7 menjadi begitu keramat di United, namun faktanya, tidak menyebutkan demikian.
Berbeda dengan era sekarang di mana pemain akan mengenakan nomor punggung yang selalu sama dalam setiap pertandingannya, di era yang lebih silam, Anda akan menemukan fakta bahwa pemain bisa saja berganti nomor punggung dari satu pertandingan ke pertandingan yang lain.
Sebenarnya, 247 dari total 474 laga yang dimainkan Best ketika berseragam United ia justru mengenakan nomor punggung 11. Bahkan, Ryan Giggs yang pada era 90-an disebut sebagai George Best baru oleh para penggemar United, karena ia mengenakan nomor punggung 11 yang juga sempat dipakai Best. Selain tentu saja karena ada banyak kesamaan antara Best dengan pemain sayap kiri asal Wales ini yang sama-sama gemar menyisir pertahanan lawan dari sektor sayap.
Berlanjut kepada pemilik nomor punggung 7 selanjutnya, Bryan Robson. Pemain yang juga dijuluki sebagai Captain Marvel ini justru sudah mengenakan nomor punggung 7 di kesebelasan sebelum ia mendarat di United, West Bromwich Albion. Dengan kata lain, Robson memang sudah terkenal dengan nomor punggung 7-nya bahkan sebelum ia menjadi pemain United. Setelah Robson, nomor punggung 7 tersebut jatuh kepada Eric Cantona.
Banyak pihak menyebutkan bahwa sebenarnya hingar-bingar soal nomor punggung 7 tersebut muncul ketika Cantona mendarat di United. Penyerang legendaris asal Prancis tersebut memberikan sesuatu yang berbeda kepada para penggemar United. Kehebatannya dalam mengolah bola menjadi tontonan yang sulit dilupakan. Sementara kepribadiannya yang unik, meninggalkan kesan kuat dan aura kebintangan yang luar biasa. Cantona yang kemudian membuat para penggemar United memiliki patokan soal pemain bernomor punggung 7 yang memperkuat aura magis tim mereka.
Hal tersebut juga diamini oleh editor majalah khusus penggemar klub, United We Stand, Andy Mitten yang juga memberikan pendapatnya soal nomor punggung 7. Mitten berujar bahwa dulu nomor punggung 7 bukan sesuatu yang besar atau menghebohkan hingga akhirnya Eric Cantona mengenakannya.
“Nomor (punggung) 7 dulu sebenarnya adalah sesuatu yang biasa saja sampai Eric Cantona mengenakannya. Karena sebelumnya sudah ada pemain hebat lain yang juga mengenakan nomor tersebut seperti Ralph Milne atau Steve Coppel. Tetapi media kemudian membuatnya menjadi sesuatu. Klub juga senang karena hal tersebut berkaitan dengan pemain legenda dan akan menjadi sesuatu yang sangat bagus untuk pemasaran klub,”
Bahkan David Beckham, mantan pemain United lain yang menjadi sangat ikonik ketika mengenakan nomor punggung 7, justru mendapatkan nomor tersebut karena kejadian yang tidak mengenakkan. Dalam autobiografi sang superstar sepak bola yang dirilis pada tahun 2003, ia berujar:
“Ketika saya bisa menembus tim utama United, saya mengenakan nomor punggung 24. Semusim setelahnya, saya mendapatkan nomor punggung 10. Hal tersebut merupakan sesuatu yang penting dan besar buat saya. Karena nomor punggung tersebut sebelumnya merupakan milik pemain besar seperti Denis Law dan Mark Hughes.”
“Namun kemudian nomor punggung tersebut diberikan oleh bos (Sir Alex Ferguson) kepada Teddy Sherringham yang baru datang ke tim. Jujur saja, ketika mendengar kabar tersebut, saya kesal bukan main. Apalagi waktu itu saya masih menjalani liburan di Malta. Saya ingat Gary Nevill juga ikut kesal karena kejadian tersebut.”
“Saya kesal bukan main, hingga akhirnya pada saat saya kembali dari liburan dan langsung mengikuti sesi latihan pra-musim, bos memberikan saya nomor punggung baru, yaitu nomor punggung 7 yang sebelumnya dimiliki oleh Eric Cantona. Dan saya betul-betul terkejut karena kejadian tersebut,” tulis Beckham dalam autobiografi yang meluncur beberapa saat sebelum ia hijrah ke Real Madrid.
Setelah Beckham, generasi terkini mengetahui bahwa tahta tersebut kemudian diberikan kepada Cristiano Ronaldo yang kala itu datang sebagai pemuda tanggung dari Portugal. Kesan yang diberikan Ronaldo juga kuat bukan main. Penggemar United mengamati betul perkembangan Ronaldo dari pemain biasa hingga menjadi mega bintang kelas dunia.
Meskipun beberapa kali menyebutkan bahwa memang takdirnya ia mengenakan nomor punggung 7, nyatanya, selain nomor 7, ia pernah mengenakan nomor lain seperti 28 ketika masih di Sporting Lisbon. Lalu nomor 9 di awal kariernya bersama Real Madrid. Dan nomor punggung 17 di awal-awal kariernya bersama timnas Portugal.
Menyimak cerita-cerita terkait pemain yang sempat mengenakan nomor punggung 7, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka pun sebenarnya tidak begitu mempermasalahkan atau memberikan nilai tertentu terkait nomor punggung tersebut. Karena pada akhirnya, kemenangan atau kesuksesan sebuah tim bukan hanya ditentukan oleh satu sosok saja. Apalagi sepak bola sendiri dimainkan dengan sebelas orang bukan hanya satu orang. Juga pada akhirnya, konteks memiliki peranan yang lebih penting ketimbang citra yang muncul.
Maka daripada kesulitan mencari pemain nomor punggung 7 yang baru, sebaiknya mitos nomor punggung 7 dan daya magisnya harus diabaikan perlahan. Nomor punggung hanyalah angka yang terpampang di balik kostum tim dan acapkali, tidak lebih penting dari logo klub yang ada di depan kostum.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)