Stabil. Reasonable. Inovatif. Itulah tiga kata yang menggambarkan pertumbuhan finansial Bundesliga. Setidaknya, menurut laporan resmi yang dikeluarkan Deutsche Fußball Liga (DFL) minggu lalu.
Bundesliga menunjukkan performa yang terus meningkat khususnya dalam hal keuangan. Dengan total pendapatan musim 2015/2016 sebesar €3.24 miliar, Bundesliga mencatatkan peningkatan 23.7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk pertama kali sepanjang eksistensinya, Bundesliga memperoleh pendapatan di atas angka €3 miliar. Dan bicara tentang pertumbuhan revenue, hal ini sudah terjadi selama 12 tahun berturut-turut. Selain itu, 13 dari 18 klub Bundesliga meraih pendapatan di atas €100 juta. Pada musim sebelumnya hanya 9 klub yang bisa mencapai raihan seperti itu. Tak hanya itu, Bundesliga juga mampu menyediakan tambahan 2.877 lapangan pekerjaan baru jika dibandingkan musim 2014/2015. Benar-benar tahun yang sukses jika dilihat dari perspektif keuangan.
Christian Seifert, CEO Bundesliga, mengatakan bahwa kesuksesan yang dicapai pada musim lalu membuktikan bahwa sepak bola merupakan aset negara yang berharga dalam bidang olah raga. Sejumlah langkah penting memang dilakukan DFL pada tahun 2016. Kontrak baru dengan media untuk penyiaran Bundesliga berhasil disepakati hingga tahun 2021. Tak hanya itu, konsep pembagian revenue dari media pun telah disetujui dengan klub-klub Bundesliga. Hal ini penting karena pendapatan dari media masih menjadi penyumbang terbesar bagi revenue Bundesliga yaitu sebesar €933.3 juta (28.77%).
Selain media, iklan (23.81%), transfer (16.41%) dan pendapatan pada saat pertandingan (16.26%) merupakan kontributor terbesar lainnya dari total revenue Bundesliga. Keseimbangan aliran sumber pendapatan merupakan salah satu pembeda Bundesliga dari beberapa liga top Eropa lainnya. Melihat kondisi seperti ini, DFL yakin bahwa kesuksesan finansial bisa berlangsung lebih lama dan berpotensi semakin membesar. Apalagi, pada saat yang bersamaan, peningkatan biaya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Dalam hal alokasi biaya untuk gaji pemain dan pelatih bahkan mengalami penurunan menjadi 32.6% dibandingkan musim 2014/2015 (38%) dan 2013/2014 (36.8%). Rasio tersebut juga lebih kecil dibandingkan dengan beberapa liga papan atas Eropa, seperti Inggris, contohnya.
Untuk urusan pendapatan dari setiap matchday, Bundesliga tidak perlu khawatir. Dengan harga tiket yang murah, pertandingan sepak bola yang seru dan atraktif serta klub yang peduli dengan para penggemar membuat perkara mendatangkan penonton untuk memenuhi stadion setiap akhir pekan bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dilakukan. Terbukti, rata-rata jumlah penonton per pertandingan pada musim 2015/2016 mencapai angka 42.421 orang. Angka ini adalah yang tertinggi untuk kompetisi sepak bola. Di tempat kedua ditempati Liga Primer Inggris dengan rata-rata jumlah penonton 36,452. Dan jika dibandingkan dengan cabang olah raga lain, Bundesliga hanya kalah dari American Football (NFL) yang disaksikan oleh rata-rata 69.487 penonton.
Hal krusial yang perlu semakin diperhatikan ke depan untuk mendukung kesuksesan yang berkelanjutan adalah internasionalisasi Bundesliga. Ekspor komoditas sepak bola menjadi upaya serius yang dilakukan oleh DFL. Pada tahun 2016, konten digital terus diperbaiki agar bisa dinikmati para penggemar di berbagai negara. Ada lima saluran digital baru yang dikeluarkan dalam sejumlah bahasa non-Jerman seperti Inggris, Spanyol, Mandarin, Jepang dan Polandia. Pendekatan ini diperkirakan mampu menjangkau 3,3 miliar orang untuk mengakses informasi Bundesliga secara rutin.
Pertumbuhan pengikut di format-format media sosial Bundesliga juga terus mengalami peningkatan. Sejak secara aktif diluncurkan pada musim 2014/2015, pertumbuhannya mencapai 395%. Konten yang disediakan memang variatif dan atraktif. Salah satu yang paling signifikan pertumbuhannya adalah di Tiongkok. Diperkirakan lebih dari seratus juta kali situsweb Bundesliga dalam bahasa Mandarin dikunjungi sepanjang tahun 2016. Hal ini selaras dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penggemar klub-klub Jerman di Tiongkok. Bayern Mϋnchen masih memimpin. Pertumbuhan pengikut mereka di Sina Weibo adalah yang tertinggi pada tahun 2016, sebesar 676.039. Bukan hal mengejutkan tentunya, mengingat Die Roten adalah klub terbesar dan tersukses Jerman dalam beberapa dekade ini. Klub Jerman lain yang juga masuk lima besar tertinggi dalam kategori ini adalah Borussia Dortmund.
Untuk terus mendukung kemajuan Bundesliga, sejumlah inovasi dilakukan khususnya dalam bidang teknologi. DFL menelurkan perusahaan baru yang disebut Sportec Solutions GMBH yang fokusnya adalah memerhatikan dan menyediakan data-data pertandingan untuk klub serta kebutuhan media sosial Bundesliga. Tidak hanya itu. Sejak 2012/2013, Bundesliga juga menyediakan seluruh video pertandingan yang bisa diakses oleh klub. Ini menjadi semacam sumber scouting bagi klub untuk mempersiapkan pertandingan selanjutnya. Inisiatif tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan di sepakbola.
Tentu saja, di atas semuanya, kualitas dari permainan sepak bola itu sendiri yang akan mendorong kesuksesan berkelanjutan bagi sebuah liga. Untuk urusan taktik, sepak bola Jerman termasuk yang berada di depan. Pelatih-pelatih muda terus bermunculan. Musim ini, nama Julian Nagelsmann paling mencuat. Baru berusia 29 tahun, setahun lebih muda dari Manuel Neuer, Nagelsmann mampu membawa klubnya TSG Hoffenheim bersaing di papan atas Bundesliga dan tidak terkalahkan hingga paruh musim dingin, sebelum akhir pekan lalu takluk di tangan tim promosi, RB Leipzig.
Bagi mereka yang suka pertandingan sepak bola dengan banyak gol, Bundesliga masih menjadi yang terbaik dibandingkan sejumlah liga terbaik Eropa. Setiap pertandingan sejak musim 2013/2014 menghasilkan rata-rata 2,9 gol. La Liga berada di bawahnya dengan angka 2,77. Musim 2015/2016, Bundesliga kembali menjadi yang paling unggul dalam urusan ini dengan catatan 2.,83 gol per pertandingan.
Bukan hanya urusan statistik semata, prestasi tim-tim Jerman, baik klub maupun tim nasional juga terbilang sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. Meski belum ada lagi yang menjadi juara di level Eropa pasca kemenangan Bayern di UEFA Champions League 2013, tapi Jerman masih stabil menempati posisi kedua dalam klasemen 5 tahun UEFA. Sedangkan untuk tim nasional, gelar juara dunia 2014 menjadi prestasi tertinggi setelah sekian lama gagal meraih prestasi optimal. Gelar tersebut bukan sekadar menjadi penghapus dahaga, tetapi juga menunjukkan perkembangan kualitas sepak bola di Jerman yang semakin baik, khususnya setelah sangat serius melakukan investasi pada sepak bola junior.
Kalau pun ada satu “cacat” pada sepak bola Jerman, setidaknya bagi para penikmat bola di Indonesia adalah anggapan bahwa Bundesliga membosankan. Hal ini didasari dengan asumsi bahwa yang juara itu-itu saja. Tepatnya, Bayern Mϋnchen. Suatu kesimpulan yang sebenarnya prematur dan semu, mengingat tak banyak dari mereka yang menonton betapa serunya pertandingan-pertandingan Bundesliga dari satu pekan ke pekan selanjutnya. Namun hal ini wajar karena memang tayangan Bundesliga di televisi lokal tidak tersedia setiap musimnya.
Ya, Bundesliga mulai bergerak menaklukkan dunia, tapi tidak (baca: belum) Indonesia.
Author: Bram Sitompul (@brammykidz)
Pemain sayap kiri. Penikmat Bundesliga. Penulis buku “Bayern, Kami Adalah Kami”