Umpan Ezra Walian dari sisi kiri dekat kotak penalti diterima Saddil Ramdani dengan langsung bermanuver meliuk-liuk melewati adangan bek Filipina. Sedetik kemudian, tembakan keras terarah mendarat tepat di sudut kanan atas gawang yang dikawal kiper Ray Joseph. Indonesia unggul tiga gol tanpa balas dan Saddil sang pencetak gol langsung berlari ke arah penonton menunjukkan gesture tangan membentuk angka 17.
Ya, gol istimewa itu adalah kado terindah dari seorang Saddil Ramdani dalam rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 yang jatuh pada hari kemarin, 17 Agustus 2017. Tak lama berselang, dia melakukan gerakan hormat yang diikuti rekan setimnya. “Dia (Saddil) mencetak gol cantik. Saya ingin rekan-rekannya mengikuti dia,” ungkap pelatih Luis Milla pasca laga kedua grup B cabang sepak bola SEA Games 2017 di Stadion Shah Alam, Kamis (17/8).
Menariknya, gol tersebut sudah diprediksi Saddil jauh sebelum kick-off dibunyikan. “Tentu kami ada motivasi tersendiri. Jika saya dimainkan, saya ingin mempersembahkan permainan terbaik dan cetak gol,” bilang pemain asal Raha, Sulawesi Tenggara itu seperti dikutip dari Detiksport. Ucapan tersebut akhirnya menjadi kenyataan dan Saddil yang dipercaya tampil sejak menit pertama, membayarnya dengan gol cantik ala pemain muda Real Madrid, Marco Asensio, ke gawang Barcelona pada ajang Piala Super Spanyol beberapa hari lalu.
Sukses jadi bintang kemenangan 3-0 Indonesia atas Filipina, jalan yang telah ditempuh Saddil ternyata cukup berliku. Bukan berasal dari keluarga berkecukupan, Saddil mengaku sempat nyaris putus sekolah. Beruntung, dia punya orang tua yang sangat gigih memperjuangkan nasib putranya. Dalam hal mengejar impian sebagai pesepak bola, perjuangan Saddil juga menjadi sesuatu yang menginspirasi.
Si anak jambu
“Saya tak akan melupakan saat membeli sepatu sepak bola pertama seharga 100 ribu rupiah untuk latihan di kampung sendiri. Ketika itu saya beli sendiri hasil jualan jambu yang saya pungut dan kumpulkan,” kenang Saddil seperti dilansir dari Vivanews. Tak disangka, perjuangan tersebut membuahkan hasil manis dengan dirinya jadi salah satu aset berharga timnas Indonesia U-22 pada ajang SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Berbekal bakat alami dalam menggiring bola dan kecepatan tinggi, Saddil akhirnya bergabung dengan akademi milik Aji Santoso di Malang, ASIFA. Konsistensi terus diperlihatkannya hingga dipilih pelatih timnas Indonesia U-19 yang akan berlaga di Piala AFF U-16 2016, Eduard Tjong. Sejak saat itu, karier pemain berusia 18 tahun ini meningkat. Di usia yang masih belia, dia mampu menembus tim utama U-22 yang diisi para penggawa yang lebih senior.
Saddil tak minder, tapi juga tidak lantas menyombongkan diri. Sikap rendah hati terus dipertahankan si anak jambu hingga saat ini. Salah satunya adalah kesediaan untuk kembali turun kasta membela timnas U-19 jika masih dibutuhkan. Pada akhirnya, pepatah ‘dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang’ mulai cocok disematkan untuk bocah asal Raha, Saddil Ramdani.
Tetap berjuang dan bawa Garuda raih emas di SEA Games 2017!
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho