Dua tahun terakhir, Liga Super Cina tengah naik pamor dengan banyaknya orang kaya baru yang memiliki klub bola dan mereka membeli pemain-pemain serta pelatih-pelatih kelas dunia. Sudah banyak pemain dan pelatih top dunia yang merantau di Cina. Dari Hulk, Oscar dan Carlos Tevez hingga pelatih sekelas Manuel Pellegrini serta yang terakhir, Fabio Capello.
Nah, dengan dibuka kembali bursa transfer mulai Senin (19/6) hingga 14 Juli mendatang, tentunya klub-klub kaya sudah bersiap mengincar pemain-pemain mana yang bisa ditarik merasakan iklim sepak bola Negeri Panda tersebut. Kapten Manchester United, Wayne Rooney, diisukan akan merumput di Cina walau semua belum pasti. Begitu juga Diego Costa yang sebelum kompetisi berakhir sempat diberitakan akan berkarier di Cina sembari menanti waktu yang tepat untuk pulang ke Atletico Madrid.
Gemarnya klub-klub kaya Cina ini dalam menghamburkan uang memang membuat pemerintah Cina tidak nyaman. Klub-klub rela mengeluarkan dana gila-gilaan membeli pemain impor, namun bagaimana dengan nasib pemain-pemain lokal?
Akhirnya, CFA (PSSInya Cina), mengeluarkan aturan bahwa klub-klub yang membeli pemain asing di bursa transfer saat ini akan dikenakan pajak 100 persen. Pajak tersebut akan disetorkan kepada pemerintah dan akan digunakan untuk mengembangkan sepak bola Cina.
Baca juga: Aturan Gaji Liga Super Cina dan Wajah Asli Sepak Bola Negeri Panda
Ini artinya, jika klub ingin membeli pemain asing, maka harus membayar dua kali harga yang ditetapkan klub penjual. Terbayang bukan betapa mahalnya harga yang harus dibayar? Istilahnya ini adalah ”bakar uang”.
Fokus pembinaan, bukan sekedar berlomba beli pemain
Seperti kita ketahui, Cina bukanlah negara yang dikenal karena sepak bolanya. Berbeda dengan Jepang yang punya pemain selevel Shinji Kagawa, Shunsuke Nakamura dan Hidetosi Nakata atau Korea Selatan dengan Son Heung-min dan legenda Manchester United, Park Ji-sung. Namun, kemampuan klub-klub Cina membeli pemain mahal membuat dunia melirik sepak bola Cina.
Sekali lagi, mengembangkan sepak bola tidak ada yang instan. Kita bisa lihat Jepang yang awal berdirinya J.League hanya diikuti oleh sedikit klub yang sudah memenuhi standar AFC. Tetapi akhirnya bisa berkembang seperti sekarang. Atau Spanyol yang sekalipun sudah menjadi langganan ikut Piala Dunia dan Piala Eropa dengan sederet prestasi klub di kompetisi Eropa, baru tahun 2008 lalu tim nasional mereka bisa meraih gelar Piala Eropa, disusul dengan Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.
Mulai tahun depan, setiap klub di Liga Cina wajib memainkan pemain lokal di bawah usia 23 tahun di tiap laga. Demikian usulan aturan CFA jika nantinya akan disetujui. Keborosan klub membeli pemain tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan membawa dampak positif bagi perkembangan sepak bola Cina, ujar Mark Dreyer, pendiri media olahraga daring chinasportsinsider.com
Di musim dingin Januari lalu, Liga Super Cina menjadi liga kedua terboros di dunia dalam membeli pemain, di bawah Liga Primer Inggris. Liga Super Cina menghabiskan 218,79 juta euro untuk urusan beli pemain.
Dreyer juga menegaskan soal aturan yang diharapkan bisa membantu perkembangan sepak bola Cina juga bukan hal sederhana. Karena terlalu banyak orang yang lebih ”berkuasa” dibanding orang-orang CFA dan sayangnya, orang-orang ini hanya tahu cara menghabiskan uang tetapi tidak paham seperti apa mengelola sepak bola.
Nah, akankah klub-klub Liga Super Cina jadi bisa mengerem pengeluaran dengan aturan ini?
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)