Tunggu dulu. Ini bukan mengada-ada. Narasi ini lahir setelah tersiar kabar bahwa musim lalu, Lionel Messi sempat “marah” dengan manajemen Barcelona karena tak mengizinkan dirinya bereuni dengan Pep Guardiola di Manchester City.
Xavier Bosch, jurnalis Mundo Deportivo, baru saja mengungkapkan kabar mengejutkan tersebut. Jurnalis berkepala plontos tersebut menulis sebuah hasil investigasi ke dalam sebuah artikel yang ia beri judul, “Empat Hari Menyelamatkan Messi”.
Harian yang berbasis di Spanyol tersebut mengungkapkan bahwa Messi sempat menemui para petinggi Barcelona untuk meminta restu. Megabintang Argentina itu ingin bergabung dengan Manchester City atau lebih tepatnya, dengan Guardiola. Namun, manajemen Barcelona menolak keinginan Messi tersebut secara halus.
Para petinggi Barcelona “mempersilakan” Messi untuk hengkang apabila City mau menebus banderol yang sudah ditetapkan, yaitu 250 juta euro. Mendengar keputusan itu, Messi sempat naik pitam lantaran banderol tersebut terlalu tinggi dan akan menghalangi klub mana saja untuk mencoba meminangnya.
City sendiri hanya bisa menyediakan 150 juta euro untuk Messi. Nilai tersebut saja sudah memecahkan rekor pemain termahal di dunia. Namun, manajemen El Barca bergeming. Keadaan tak berkembang, Messi semakin tak berkenan dengan manajemen. Ia mengancam akan membocorkan keinginannya ke publik.
Pertemuan antara Messi dan manajemen Barcelona saat itu tak berakhir baik. Demi menahan pemain terbaiknya, pada tanggal 18 Juli 2016, Josep Maria Bartomeu dan Jordi Mestre terbang ke Amerika Serikat untuk berbicara langsung dengan ayah Messi, Jorge. Saat itu, Jorge dan keluarga Messi tengah berada di sebuah hotel di Miami.
Pertemuan hangat berlangsung. Pembicaraan berlangsung dengan lancar. Namun sayang, ayah Messi sendiri tak bisa memastikan masa depan anaknya. Bartomeu dan Mestre pergi tanpa mendapatkan kejelasan dan potensi hengkangnya Messi ke Etihad semakin besar.
Bartomeu dan Mestre meniatkan diri mengunjungi Messi di rumahnya secara langsung di Castelldefels. Pertemuan berlangsung lama, hampir tiga jam. Keduanya masih tetap belum bisa mendapatkan kepastian bahwa Messi akan bertahan. Namun setidaknya, dari pertemuan itu, keduanya bisa menyimpulkan satu hal: pada dasarnya, Messi tetap mencintai Barcelona.
Sedikit lega, mereka berdua undur diri.
Di tengah situasi yang mengambang itu, Luis Suarez bertindak. Penyerang asal Uruguay tersebut sudah mendengar soal keinginan Messi untuk hengkang. Prihatin dengan kekhawatiran manajemen Barcelona, Suarez mengajak Messi makan malam bedua, bicara empat mata, dari hati ke hati.
Pertemuan berlangsung akrab, keduanya adalah teman baik sejak Suarez diboyong Blaugrana dari Liverpool. Demi usaha mencari kepastian, Suarez mengajak Messi makan malam lagi keesokan harinya. Kali ini, Suarez berani sedikit memaksa, setelah acara makan malam pertama mereka berjalan lancar dan Messi tak menunjukkan penolakan.
Dan di acara makan malam kedua, hati Messi luluh. Ia mengurungkan niat untuk hengkang dan siap bertahan. Hari berikutnya, di tempat latihan, Suarez mengantar Messi secara langsung menemui Bartomeu dan Mestre. Lewat pertemuan itu, secara resmi, La Pulga menegaskan tidak akan hengkang.
Ketika Messi menginformasikan bahwa ia memperpendek liburannya untuk bergabung dengan pemusatan latihan di Saint George’s Park pada tanggal 25 Juli, semua orang di Barcelona akhirnya bisa bernapas lega.
Musim lalu, Messi seperti langsung bisa melupakan “amarahnya” dan bermain total untuk Barcelona. Musim 2016/2017, ia mencetak 54 gol bagi Barcelona di semua ajang. Jika tak ada peran Suarez, bisa jadi, 54 gol tersebut ditabungkan Messi untuk The Citizens, alih-alih El Barca.
Messi berseragam City?
Membayangkan Messi berseragam City bisa menjadi seperti imajinasi liar yang menjadi nyata. Melihat salah satu pemain terbaik di dunia, bermain di liga yang paling besar mendapat porsi pemberitaan media-media di Eropa, bahkan dunia.
Melihatnya berduet dengan Sergio “Kun” Aguero, sahabatnya di timnas Argentina pasti menyenangkan sekali. Ditopang David Silva dan Kevin De Bruyne, City akan menjadi satu pasukan tempur dengan dua tombak yang bisa menembus berbagai rupa berikade pertahanan lawan. Dengan Guardiola di kemudi, kejayaan City di Eropa bisa tak lama lagi.
Selain itu, penggila sepak bola akan bisa menyaksikan Messi bermain di Britannia Stadium, di malam hujan yang berangin itu. Sebuah mitos yang konon berbunyi bahwa Messi pun tak akan berdaya di kandang Stoke City yang mistis itu.
Satu hal lagi yang menarik. Kepindahan Messi ke Inggris akan menjadi ajang pembuktian bahwa ia bisa sukses tak hanya di Spanyol saja. Ini bisa menjadi cara menyelesaikan salah satu perdebatan panjang dengan tema: Cristiano Ronaldo lebih baik dari Messi karena pernah sukses di liga yang berbeda.
Sungguh, hasrat untuk membuktikan diri sebagai paling hebat, biasanya, akan mendorong seorang jagoan melewati batas kemampuannya.
Bagaimana, Lio? Mau mencoba kick and rush Liga Primer Inggris?
Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen