Sebelum beranjak lebih jauh, ada baiknya saya mengajak sebagian besar Gooner di Indonesia, kalau Anda juga beragama Islam seperti saya, agar selayaknya kita mengucap maaf sebesar-besarnya kepada kapten utama Arsenal, Per Mertesacker. Dan kita tak perlu menunggu satu bulan ke depan menjelang Idul Fitri untuk menyampaikan maaf tersebut.
Andai Laurent Koscielny tak melakukan tekel super ceroboh ke Enner Valencia, andai tekel Gabriel Paulista lebih ‘bersih’ dan diluncurkan tepat waktu pada Valencia, mungkin, kita tidak akan melihat Per Mertesacker bermain di sepanjang musim ini. Dihukumnya Koscielny sebanyak tiga laga karena kartu merah langsung di laga terakhir Liga Primer melawan Everton dan cederanya lutut Gabriel di laga yang sama, memberi Mertesacker waktu bermain yang mungkin, tidak akan diharapkan Arsene Wenger dan sebagian besar Gooner.
Datangnya kompatriotnya dari Jerman, Shkodran Mustafi dan pemuda dua juta paun, Rob Holding, mengindikasikan bahwa Merte, sapaan akrab Mertesacker, tak akan mendapat menit bermain yang banyak di musim ini. Dan juara dunia 2014 bersama Jerman ini pun mengawali musim dari ruang perawatan karena cedera panjang yang mendera sejak musim lalu.
Usianya 32 tahun, rentan cedera, kerapkali dicap sebagai bek yang lamban, membuat stigma negatif amat lekat menempel ke bek jangkung ini. Tapi, Per, seorang suporter Arsenal sedari kecil, adalah kapten sejati. Memang ada ketakutan ia akan seperti Thomas Vermaelen, kapten hebat yang menguap kualitasnya dililit cedera panjang dan beruntun, namun dari dua laga saja, Per Mertesacker membuktikan ia bukan the new Thomas Vermaelen.
Mertesacker jauh lebih matang dan taktis daripada Vermaelen, walau secara teknik, ia sedikit di bawah bek asal Belgia itu. Walau mengakui dengan jujur bahwa ia tak pernah bermain di skema tiga bek, ketika diplot sebagai bek tengah di pos sentral dalam skema tiga bek melawan Chelsea, eks pemain Werder Bremen ini justru tampil sensasional.
Positioning-nya bagus dan Mertesacker sedari dulu memang terkenal punya tactical awareness yang bagus. Ia mungkin tak secepat dan segesit Sergio Ramos, dia juga tak cekatan laiknya Mats Hummels atau Gerard Pique, namun Mertesacker adalah bek yang cerdas dan ini yang terutama, menurut hipotesa saya pribadi, formasi tiga bek justru menguntungkan kapten Arsenal ini.
Dalam skema tiga bek, Mertesacker yang memang kaku dan gerak badannya lamban, tidak perlu naik untuk menjemput pemain lawan yang akan masuk ke wilayah pertahanan Arsenal. Dengan berada di pos sentral dalam pos tiga bek, kedisiplinan dan kemampuan taktisnya membaca permainan akan sangat berguna dalam mengoordinasi dua bek tengah lainnya di sisi kanan dan kiri. Lihat misalnya dari cara lini belakang Arsenal menjaga Diego Costa semalam.
Per Mertesacker begitu sabar dan telaten meladeni Costa dan lini serang Chelsea yang sepanjang musim sudah tercatat mampu tampil luar biasa baik di sistem 3-4-3 ala Antonio Conte di Chelsea. Alih-alih memaksakan diri untuk melakukan pressing ke lawan seperti ketika bermain dengan skema empat bek, Mertesacker lebih banyak bertahan di bawah, menunggu penyerang Chelsea masuk dan luar biasanya, ia mampu memberi ruang yang ideal pada Rob Holding untuk menjaga Costa, Hector Bellerin untuk membayangi Eden Hazard dan Nacho Monreal untuk mengawasi Pedro.
Arsenal memang kecolongan satu gol berkat lesakan Diego Costa, tapi itu pun terjadi karena sedikit blunder dari Holding yang terlalu rapat menjaga Costa dan tidak awas dengan kemampuan penyerang Spanyol itu dalam melepaskan diri di kotak penalti. Tapi selebihnya, lini belakang Arsenal tampil luar biasa. Hazard hampir tak terlihat sepanjang laga, Pedro tampil mengancam tapi tak mampu membobol gawang David Ospina. Secara umum, itu hasil yang sangat baik, mengingat itu terjadi di sebuah laga final dan melawan tim yang tampil hampir sempurna di liga. Dan satu hal lagi, secara fisik, kakinya yang panjang sangat krusial untuk melakukan intersep ataupun blok.
Kontrak Mertesacker sendiri tersisa satu tahun sampai Juni 2018. Dengan performa yang secara surealis sangat luar biasa hanya dalam dua laga di musim ini, Per Mertesacker bisa menjadi garansi penting bagi kedalaman skuat Arsenal yang rentan badai cedera dalam menyambut musim depan. Bila hitungan saya tak salah, Arsenal akan punya Gabriel, Koscielny, Mustafi, Holding, Calum Chambers (kembali dari peminjaman di Middlesbrough) dan Nacho Monreal yang bisa bermain di bek tengah.
Ditambah dengan fitnya kembali bek setinggi 198 sentimeter itu, total bek tengah Arsenal akan berjumlah tujuh pemain. Jumlah yang ideal, bila Arsene ingin tetap bermain dengan tiga bek atau sesekali mencoba empat bek seperti biasa. Kendati dirumorkan akan mendatangkan Sead Kolasinac dari Schalke, itu justru menambah kedalaman skuat Arsenal di pos bek tengah, mengingat pemain asal Bosnia ini fasih sebagai bek tengah, selain bek kiri dan gelandang bertahan.
Walau gagal lolos ke Liga Champions musim depan dan mengakhiri musim untuk pertama kali dalam 21 tahun terakhir di luar empat besar, kegemilangan Arsenal dan Per Mertesacker di final Piala FA 2017 adalah sesuatu yang membuat akhir musim Arsenal terasa lebih manis. Karena perlu diingat bahwa Liverpool, Manchester City dan Tottenham Hotspur memang lolos ke Liga Champions, tapi, mereka tak memenangkan apapun musim ini.
Akhir kata, terima kasih atas gelar Piala FA ke-13 yang manis, Su-Per Mertesacker! A devoted Gooner through and through, the one and only, Big Fucking German!
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis