Pada 8 Juni 2017 nanti, Inggris Raya yang meliputi Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara, akan mengadakan pemilihan umum (pemilu) legislatif untuk memilih wakil di parlemen. Sebagaimana Prancis dan Belanda, Inggris juga diliputi ancaman kebangkitan sayap kanan yang memanfaatkan sentimen identitas.
Isu ini memang begitu membuat warga dunia terbelah, sebagaimana yang terjadi pula di Indonesia. Di Inggris, isu ini masih tetap panas selepas Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, lewat referendum pada 2016 lalu. Mereka baru benar-benar resmi keluar dari Uni Eropa pada 2019 kelak.
Penggemar sepak bola sebagai konstituen tentu menjadi ceruk menggiurkan untuk dibuat terpikat. Sebagai olahraga terpopuler yang kerap disebut sebagai baletnya kelas pekerja, para pelaku politik sering merangkul penggemar sepak bola.
Anda tentu tidak asing dengan kiprah Silvio Berlusconi, bekas Presiden AC Milan, yang kemudian bisa menjadi Perdana Menteri Italia. Bahkan Anda tidak perlu memalingkan mata terlalu jauh, di negara kita pun sepak bola masih dianggap lahan potensial demi mendulang suara.
Jeremy Corbyn, ketua Partai Buruh yang juga seorang penggemar Arsenal, pada 16 Mei 2017 kemarin merilis manifesto tersebut di akun Twitter-nya. Meski dipaparkan secara singkat (hanya 1 halaman), manifesto Partai Buruh juga menyasar aspek olahraga.
We've just published Labour’s plan for a fairer Britain. It’s the most thoroughly costed manifesto ever. #ForTheMany https://t.co/nXm01GIrNd
— Jeremy Corbyn (@jeremycorbyn) May 16, 2017
Di manifesto setebal 126 halaman ini, visi partai terkait olahraga fokus pada sepak bola, yang diharapkan bisa mengubah sistem budaya yang inklusif dan berkeadilan. Bagaimana maksudnya?
Seperti yang telah diketahui, era Premier League yang dimulai pada 1992 itu telah mengubah tatanan sepak bola negeri Kate Middleton ini. Kepopulerannya yang mendunia membuat para taipan seperti Roman Abramovich atau Malcolm Glazer turut meraup untung.
Sosiolog Inggris, David Goldblatt, menyebut para pemilik klub di era baru ini dengan begitu sinis. Dalam The Game of Our Lives: The English Premier League and Making of Modern Britain (2014) ia menyebut para owner biasanya bodoh soal sepak bola, didasari ego dan kesewenangan, juga pencari uang yang oportunistik.
Kerja samanya dengan jaringan TV SKY membuat Liga Primer Inggris menjadi liga termahal, jika kita menjadikan nilai hak siar televisi sebagai patokan. Sepak bola semakin berjarak, walau secara kasat mata masih menjadi hiburan nomor satu di akhir pekan.
Meski secara matematis mereka semakin makmur, secara ironis harga tiket pertandingan justru begitu mahal. Tingginya popularitas liga membuat klub-klub dengan mudah membeli pemain-pemain terbaik dari seantero Eropa, yang disertai dengan membubungnya gaji mereka.
Berkaca dari gejala inilah, Partai Buruh mencoba menjalankan visi sepak bola yang inklusif dan berkeadilan tadi. Di buku manifesto yang juga disebar dalam format e-book itu, Partai Buruh meyakini bahwa olahraga tidak hanya dijalankan sesuai kepentingan para pelakunya, tetapi juga orang-orang yang memang mencintainya.
Partai Buruh berjanji bahwa mereka akan mengupayakan agar suara suporter didengar para pemilik klub. Mereka akan memilih kolektif pendukung klub resmi, dan orang-orang di dalamnya memiliki suara untuk memilih dan memecat paling tidak dua orang direktur klub. Selain itu, orang-orang dalam kolektif ini nantinya berhak membeli saham ketika terjadi pergantian pemilik:
“We will give football supporters the opportunity to have a greater say in how their clubs are run. We will legislate for accredited supporters trustto be able to appoint and remove at least two club directors and to purchase shares when clubs change hands.(hal. 99)”
Ada tiga poin lain terkait olahraga yang akan diperjuangkan Partai Buruh jika mereka memenangkan pemilu legislatif tahun ini. Tiga poin tersebut adalah:
- Setiap agenda olahraga harus mudah dijangkau setiap kalangan. Partai Buruh akan mendorong supaya penyelenggara memperbaiki fasilitas bagi penyandang disabilitas.
- Partai Buruh memastikan klub-klub Liga Primer untuk melunasi janji mereka menyisihkan 5% uang yang mereka dapatkan dari hak siar televisi. Uang tersebut akan digunakan untuk mengembangkan sepak bola
- Partai akan membenahi sistem jual-beli tiket yang selama ini cukup berantakan dan dikuasai calo. Walhasil tiket pertandingan sangat mudah habis dan berharga mahal karena telah dialokasikan kepada para pebisnis tiket.
Dari sekian banyak cabang olahraga yang ada, Partai Buruh terkesan begitu memberi prioritas pada sepak bola. Corbyn memang populer dan sering digadang-gadang akan membawa Inggris ke kejayaannya satu dekade silam, saat mereka dipimpin Tony Blair.
Berkuasa dan menjadi Perdana Menteri Inggris selama dua masa jabatan (1997-2007), Blair memikat banyak kalangan termasuk anak muda. Lewat koridor politik “The New Labour”, Blair tak segan merangkul tokoh musik seperti gitaris Oasis, Noel Gallagher, dan bos rekaman, Alan McGee.
Blair, yang mengaku sebagai penggemar Newcastle United, juga kerap mendekati tokoh-tokoh penting arena sepak bola. Pada 1996, ia mengunjungi Sir Alex Ferguson dan seorang fotografer mengabadikan mereka berdua sedang menjaga gawang.
Secara kehumasan, strategi ini cukup jitu. Manchester United yang dipimpin Ferguson sedang mengawali masa kebangkitannya. Terlebih, pria Skotlandia ini berlatarkan kelas pekerja. Ia pernah bekerja sebagai penjaga toko koperasi serikat dagang.
Kepemimpinan Blair yang energik di awal ini ternyata menuai badai kecaman di kemudian hari. Sebagai harapan rakyat setelah berlalunya era neo-liberal Margaret Thatcher, Blair mengaburkan cita-cita sosialisme dan terjebak pada ekonomi pasar. Sebagaimana Thatcher yang mengobarkan Perang Malvinas, Blair membawa Inggris terlibat di Perang Irak II, yang menyengsarakan rakyatnya.
Secara politik, pemilu legislatif Inggris takkan memberi dampak terlalu signifikan bagi Indonesia. Tetapi langkah Partai Buruh pimpinan Corbyn ternyata tidak abai dengan ketimpangan yang terjadi di arena sepak bola Inggris.
Poin-poin yang ada di manifesto di atas memang terkesan utopis. Kekuatan para pemilik begitu mencengkeram klub-klub Liga Primer. Namun, Partai Buruh cukup cermat memanfaatkan suatu isu yang memprihatinkan di negeri yang mengaku penemu sepak bola ini.
Berbagai polling masih menempatkan Partai Konservatif sebagai kandidat kuat juara. Masih ada sekitar dua minggu bagi Partai Buruh menggenjot elektabilitasnya. Kita hanya bisa berharap agar Corbyn tak menjadi seperti Blair, dan visi mereka soal sepak bola bisa diterapkan dengan optimal.
Author: Fajar Martha (@fjrmrt)
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com