Stefano Pioli tampaknya menemukan racikan anyar di formasi AC Milan. Di dua laga terakhir ia menduetkan Zlatan Ibrahimovic dengan Rafael Leao, dan eksperimen itu berbuah manis saat berjumpa Cagliari, Sabtu (11/1).
Ibra dan Leao yang turun sebagai starter memberi warna baru di formasi baru I Rossoneri. Tim tamu yang bertandang ke Sardegna Arena tersebut memakai formasi 4-4-2, dan ketika peluit akhir dibunyikan, mereka tertawa riang dengan kemenangan 2-0.
Ibrahimovic dan Leao masing-masing mencetak satu gol. Pujian pun mengalir deras ke mereka, yang digadang-gadang bakal menjadi obat kemandulan lini depan Milan. Tapi, benarkah duet ini memang menyimpan potensi yang dahsyat?
Uji coba pertama Pioli untuk menduetkan Ibra dengan Leao dilakukan di laga kontra Sampdoria (6/1). Saat itu keduanya diturunkan sebagai pemain pengganti secara bersamaan. Keputusan yang bisa membuahkan gol untuk tuan rumah, kalau Emil Audero tidak cekatan menyelamatkan gawangnya.
Di usianya yang sekarang 38 tahun, kecepatan dan kegesitan Ibra sudah banyak menurun. Oleh karena itu, Pioli berusaha mengakalinya dengan menurunkan Leao secara bersamaan, untuk mendampingi Ibra. Leao sendiri adalah tipikal striker yang bisa membuka ruang dan rajin menjemput bola.
Dengan hadirnya Leao, kemungkinan Ibra terisolir di lini depan jadi lebih kecil. Bandingkan jika Pioli kukuh memakai 4-3-3. Jarak sayap kanan dan sayap kiri Milan akan berjauhan dengan Ibra di tengah, yang membuat sang penyerang minim opsi untuk melakukan kombinasi.
Leao dengan usianya yang masih muda, 20 tahun, juga memiliki kecepatan serta stamina yang kuat bertarung selama 90 menit. Ibra bisa sangat terbantu dengan keberadaan youngster asal Portugal itu, karena saat menerima bola di tengah, ia tidak melulu harus membaginya ke sayap.
Leao bisa memberi opsi agar Ibra meluncurkan through pass ke dirinya, di jantung pertahanan lawan, atau umpan-umpan pantul seperti yang diperagkannya di San Siro pekan sebelumnya.
Ibra sendiri juga dapat memberi dampak signifikan untuk permainan Leao. Perannya sebagai target man dengan tingkat konversi gol tinggi, bisa membuat kontribusi Leao lebih menonjol, karena peluang menciptakan asis atau key pass-nya lebih besar.
Pun sebagai pemain yang kenyang pengalaman, legenda hidup Swedia itu akan menjadi mentor yang bagus untuk perkembangan mental bertanding Leao.
Risiko yang tersimpan
Narasi di atas sepertinya sangat menjanjikan di lini depan. Tapi, selayaknya semua hal yang memiliki dua sisi, duet ini juga menyimpan risiko tersendiri.
Bermain dengan dua penyerang, artinya Pioli harus memasang formasi 4-3-1-2 atau 4-4-2, menyesuaikan komposisi pemain yang dimiliki Il Diavolo Rosso saat ini. Kedua formasi itu punya kekurangannya masing-masing.
Kalau memakai 4-3-1-2, sayap-sayap yang dimiliki Milan tidak akan mendapat tempat. Suso, Samu Castillejo, dan Ante Rebic akan berdiam diri di bangku cadangan. Selain itu, formasi ini butuh kreativitas tinggi di lini tengahnya, padahal skuat Milan sekarang minim gelandang kreatif.
Lucas Paqueta bisa dimaksimalkan jadi AMF, tapi performanya sejauh ini belum maksimal. Belum lagi kalau dia kehabisan ide, Hakan Calhanoglu dan Giacomo Bonaventura juga bukan tipikal pemain yang bisa memecah kebuntuan.
Kemudian jika memakai 4-4-2, posisi Suso sang superstar yang terancam di sini. Terlepas dari performanya yang angin-anginan belakangan ini, Suso adalah penghuni front-three Milan yang akurasi umpannya paling bagus, 83,2 persen kata WhoScored.
BACA JUGA: Dunia Pernah Sempurna untuk Alexandre Pato
Samu Castillejo yang dimainkan menggantikan Suso di pertandingan akhir pekan kemarin memang bermain bagus. Tapi, satu pertandingan yang lawannya “cuma” Cagliari, belum bisa dijadikan patokan kalau Samu adalah malaikat penyelamat di sisi kanan Milan.
Terakhir, risiko dari duet ini juga datang dari daya tahan lini serang Milan selama waktu normal. Dengan asumsi tidak ada cedera dan kartu merah, Leao masih kuat untuk bermain penuh 90 menit, sedangkan stamina Ibra sudah sangat terkuras di atas menit 70.
Milan sendiri jumlah golnya paling banyak didapat antara menit 45-60, sebanyak lima gol atau 27,7 persen dari total gol Milan selama 19 pekan Serie A. Artinya, kalau sampai satu jam pertandingan berjalan Milan tak kunjung cetak gol, situasinya akan semakin sulit di sisa waktu.
Sebab dengan dimasukkannya Leao ke starting eleven, maka tak ada lagi sosok super-sub di bangku cadangan I Rossoneri.
Bagaimana dengan Krzysztof Piatek dan Fabio Borini? Bro, lebih baik kamu berharap bisa segera dapat jodoh, ketimbang berharap mereka jadi pahlawan yang muncul dari pinggir lapangan.