Mengundang berbagai decak kagum setelah menang telak 6-1 atas Panama, Inggris kembali harus menerima kenyataan mereka kalah tipis 0-1 dari Belgia. Sama-sama turun dengan skuat cadangan, di laga ini terlihat jelang Inggris kesulitan mencetak gol tanpa top skor mereka, Harry Kane. Sedangkan bagi Belgia, sapu bersih di tiga laga dengan kemenangan membuktikan jika 23 pemain di Piala Dunia kali ini sangat solid dan seimbang, sekalipun tanpa Romelu Lukaku, Eden Hazard, dan Kevin De Bruyne.
Aroma Liga Primer Inggris begitu terasa kuat ketika susunan line up kedua negara diumumkan. Total dari 22 pemain yang menjadi starter, 15 di antaranya pernah atau memang sedang membela klub Liga Inggris. Alasan itu pula yang membuat laga ini sangat tidak membosankan dan saling berbalas serangan. Terlebih karena para pemain cadangan banyak yang turun, mereka seolah ingin menunjukkan kemampuan dan berharap mungkin di laga selanjutnya akan tampil reguler.
Di babak pertama, Belgia terlihat sangat mendominasi di lini tengah. Walaupun tidak unggul dalam penguasaan bola, namun beberapa kali Marouane Fellaini, Mousa Dembele, dan Adnan Januzaj sangat merepotkan gelandang Inggris (Eric Dier, Ruben Loftus-Cheek, Fabian Delph) dan membuka ruang untuk menusuk ke kotak penalti atau sekadar untuk melesatkan tembakan jarak jauh. Terhitung di babak pertama, Belgia unggul jumlah peluang dengan total 10 berbanding Inggris yang hanya menciptakan 4 tembakan.
Sedangkan di kubu The Three Lions, sangat terlihat mereka kewalahan menghadapi para pemain lapis kedua Belgia dan hanya memanfaatkan kemampuan dua bek sayap untuk serangan balik. Baik Trent Alexander-Arnold maupun Danny Rose memang secara kecepatan jelas lebih unggul dari semua bek belgia dan dua pemain sayap di laga kali ini. Tapi maaf Inggris, penampilan para pemain lapis kedua ini sangat jauh berbeda dibanding dua laga awal, setidaknya di paruh pertama.
Dari semua kontes para pemain cadangan, sangat menarik melihat Januzaj bermain di laga ini. Ia yang pernah bermain di Inggris dan bisa disebut gagal bersama Manchester United, beberapa kali mampu mengecoh Danny Rose dan Gary Cahill. Termasuk di menit ke-51, operan pendek Dembele dengan tenang mampu diubahnya menjadi gol pertama bagi Belgia. Torehan gol pertama bagi pemain 23 tahun ini bersama timnas.
Sedang bagi Inggris, nyatanya tanpa Harry Kane lini depan mereka berantakan. Marcus Rashford yang mendapat peluang emas di menit ke-65 gagal mengubahnya menjadi gol, terlepas dari penampilan Thibaut Courtois yang sangat gemilang di laga ini sebagai kapten tim. Namun jika momen tersebut dimiliki Kane, tentu hasilnya bisa saja berubah. Peluang ini tercatat satu-satunya shot on target Inggris di laga ini.
Di sisa laga, Gareth Southgate seolah kebingungan untuk melakukan perubahan. Ia seolah sudah menerima kenyataan akan kalah di laga ini. Bukan Kane, Jesse Lingard, ataupun Raheem Sterling, mantan pelatih Inggris U-21 tersebut justru memasukkan Danny Welbeck menggantikan Alexander-Arnold. Sebagai catatan, bek sayap Liverpool tersebut mempunyai key passes terbanyak di laga ini dari kedua tim.
Keunggulan Belgia satu gol tanpa balas berakhir hingga laga usai. Bagi Rode Duivels ini merupakan ulangan prestasi empat tahun silam di mana mereka juga mampu sapu bersih kemenangan di fase grup.
Lawan di 16 Besar tidak semudah yang dibayangkan
Jika boleh ungkapkan opini, pemilihan pemain yang berbeda dari dua laga sebelumnya baik untuk Inggris maupun Belgia, mungkin karena kedua negara tersebut melihat calon lawan di babak 16 besar tidak bisa diremehkan sama sekali. Belgia bertemu Jepang dan Inggris menghadapi Kolombia, sehingga mereka ingin para pemain terbaik fit untuk laga 16 besar.
Kolombia menunjukkan kualitasnya sebagai negara kuat Amerika Selatan dengan menang di dua partai melawan Senegal dan Polandia kendati kalah dari Jepang di partai perdana. Penampilan anak asuh Jose Pekerman terus membaik dan solid setelah kekalahan dari Jepang. Para pemain seperti Radamel Falcao, James Rodriguez, Juan Quintero, dan Juan Cuadrado jelas ancaman besar untuk pertahanan Inggris.
Sedangkan Jepang yang merupakan wakil Asia satu-satunya yang lolos fase gugur juga tidak bisa dianggap remeh. Datang dengan perpaduan skuat senior dan muda membuat tim ini terlihat sangat berbahaya dan memiliki spirit sangat tinggi. Walaupun setelah kemenangan dari Kolombia, penampilan skuat Akira Nishino terus menurun, tapi jika Belgia lengah seperti Kolombia di laga perdana, bisa saja Jepang mengambil keuntungan.