Jepang adalah salah satu negara yang budayanya dijadikan kiblat oleh banyak orang di dunia. Negara yang satu ini memang memiliki akar budaya yang begitu kuat. Meskipun luas negaranya tak seberapa, mereka memiliki budaya yang begitu kuat, yang membentuk identitas dari Jepang itu sendiri hingga saat ini. Dengan memiliki identidas yang kuat, Jepang menjadi negara yang amat mandiri, dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan perekonomian serta teknologi yang begitu maju.
Salah satu budaya Jepang yang begitu sulit untuk ditiru negara lain adalah disiplin. Terkenal dengan nama shitsuke, disiplin merupakan puncak dari keberhasilan orang dari Negeri Matahari Terbit untuk mencapai kaizen, atau peningkatan. Ketika telah berhasil melakukan sesuatu, orang Jepang akan begitu disiplin kala melakukan sesuatu yang telah benar tersebut.
Dalam kehidupan yang dijalani di Jepang sana, semua hal begitu teratur dengan baik. Hal ini ada karena mereka mampu disiplin atas apa yang sudah ditetapkan. Sebagai contohnya, setiap kendaraan umum di Jepang selalu tepat waktu terkecuali ada hal mayor yang terjadi. Begitu juga soal perbaikan jalan, kesehatan, gaya hidup, dan banyak hal lainnya. Budaya disiplin sudah begitu tertanam sejak orang-orang di sana baru lahir.
Tentu saja budaya disiplin juga tercermin dalam permainan sepak bola tim nasional Jepang. The Blue Samurai berhasil tampil mengesankan di dua laga awal mereka di Piala Dunia 2018. Dalam laga perdananya, mereka berhasil mengandaskan perlawanan dari wakil Amerika Selatan, Kolombia, dengan skor tipis 2-1.
Di pertandingan kedua, giliran Senegal yang berhasil dibuat frustrasi setelah keunggulan mereka dua kali disamakan oleh Shinji Kagawa dan kolega. Apa yang berhasil diraih oleh timnas Jepang ini tentunya mengagumkan, mengingat Senegal, terlebih Kolombia, memiliki kualitas di atas kertas yang lebih baik ketimbang mereka.
Tak hanya itu, prahara sebelum putaran final dimulai (pelatih Jepang saat ini, Akira Nishino, baru diangkat dua bulan sebelum Piala Dunia dimulai) dan segelintir hasil buruk di laga uji coba membuat nasib Jepang digadang-gadang akan buruk di Rusia.
Namun, lagi-lagi Jepang berhasil membuat kagum pencinta sepak bola di seluruh dunia melalui hasil impresif di dua laga awal, dan hasil ini didapatkan karena budaya disiplin yang mereka anut. Nishino sebagai pelatih kepala berhasil membuat taktik dan skema yang sedemikian rupa dan dieksekusi dengan anak buahnya dengan apik. Memang, permainan Jepang bukanlah permainan yang cepat dan mengalir layaknya Kroasia di Piala Dunia 2018 ini atau Brasil. Meskipu begitu, mereka berhasil memegang kukuh prinsip dan sistem yang telah diatur oleh Nishino.
Hal ini dapat terlihat dari permainan Jepang yang begitu rapi jali, terutama ketika menyerang. Dari dua laga, mereka berhasil mencatatkan persentase operan sukses lebih besar ketimbang lawan-lawannya (vs Kolombia 87%/77% dan vs Senegal 79%/76%). Begitu pula catatan tekel mereka, melawan Kolombia mereka total melakukan 23 tekel dan Senegal 12 tekel. Mereka berhasil mendominasi lawannya dalam dua aspek tersebut, dan hal itu tak dapat dilakukan tanpa adanya disiplin sistem yang tinggi.
Contoh lain dari bagaimana disiplin dari apa yang telah diterapkan pada latihan dapat dilihat dari jebakan offside yang dilakukan Jepang kala berhadapan dengan Senegal.
#JPNSEN
Best offside trap EVER!🏃♂️🏃♂️🏃♂️
Big up to Japan Coach 👌#WorldCup#WorldCupRussia2018 pic.twitter.com/pDuZFi64P2— Nasir (@nasirkenya) June 24, 2018
Dalam skema bola mati yang dilepaskan oleh pemain Senegal, semua lini pertahanan Jepang maju satu langkah tepat sebelum bola ditendang. Majunya pemain Jepang ini menyebabkan SEMUA pemain Senegal yang bertindak sebagai penerima bola mati tersebut berada dalam posisi offside. Hal ini mungkin tampak jamak dalam latihan, namun, dalam pertandingan asli ketika informasi mengenai lawan dan siapa yang akan menjadi eksekutor minim, hal ini tentu amat istimewa. Disiplin membuahkan ketepatan dan kerja sama yang begitu baik, sehingga skema seperti itu bisa muncul dalam pertandingan kompetitif.
Hal ini tentu tak lepas dari kegeniusan Nishino dalam mengeluarkan kemampuan terbaik pemainnya dan menyatukannya dalam satu kesatuan. Namun, hal seperti ini memang sudah menjadi ciri khas orang Jepang. Mereka tak berhenti membuat dunia tercengang, dan itu dihasilkan oleh tingkat kedisiplinan mereka yang tinggi.