Tergabung di Grup B pada babak penyisihan Piala Dunia 2018 bersama Maroko, Portugal dan Spanyol, membuat Iran tak ubahnya sesosok liliput yang bisa dengan mudah dilindas oleh rival-rivalnya tersebut.
Pasalnya, kualitas tim asuhan Carlos Queiroz masih dianggap satu level di bawah ketiga pesaingnya yang berbekal sejumlah bintang sepak bola dunia seperti Medhi Benatia dan Hakim Ziyech (Maroko), Cristiano Ronaldo serta Rui Patricio (Portugal) hingga Andres Iniesta dan Sergio Ramos (Spanyol).
Namun segala hitung-hitungan di atas kertas, acapkali tak selaras dengan apa yang muncul di atas rumput hijau. Contoh sederhananya tentu saja angka sempurna yang dibungkus Team Melli dari Maroko pada laga perdana (15/6). Tak peduli bahwa hasil positif itu datang akibat gol bunuh diri salah seorang pemain Lions of The Atlas, Aziz Bouhaddouz, di detik-detik akhir pertandingan.
Catatan manis itu sendiri bikin Sardar Azmoun dan kolega bertengger di puncak klasemen sementara Grup B pada saat itu sebab di partai lain, Portugal dan Spanyol mesti puas berbagi satu angka usai bermain imbang 3-3.
Disadari atau tidak, kemenangan Iran dari Maroko berperan besar dalam menguatkan mentalitas dan mengatrol semangat mereka selama berkampanye di Piala Dunia 2018.
Alhasil, tak ada ketakutan berlebih yang diperlihatkan Team Melli saat berjibaku melawan Spanyol pada partai kedua (21/6). Mereka bahkan amat termotivasi buat mencuri poin dari kampiun Piala Dunia 2010 itu.
Sadar jika kualitas yang ada pada diri mereka terbentang jauh dibanding La Furia Roja, anak asuh Queiroz pun memilih untuk bermain defensif dan menumpuk penggawanya di area permainan sendiri. Sayangnya, usaha Iran buat membendung kehebatan Ramos dan kawan-kawan pupus akibat gol tunggal yang dicetak Diego Costa.
Gagal mencuri angka dari laga kedua memaksa Iran turun takhta dari puncak klasemen sementara di Grup B guna duduk di posisi ketiga. Meski demikian, jarak yang memisahkan Team Melli dengan Spanyol dan Portugal yang beriringan menempati posisi satu serta dua, cuma sebiji poin saja. Fakta tersebut bikin harapan dan mimpi Iran untuk menembus babak 16 besar, masih terbuka sangat lebar.
Berkaca dari kesempatan yang tersedia, maka partai ketiga melawan Portugal (25/6) akan sangat esensial untuk Azmoun dan rekan-rekannya. Di partai itu, bakal terhampar mimpi-mimpi liar yang kini berkelindan di benak para penggawa Iran. Apalagi kalau bukan mimpi menjejak fase gugur untuk kali pertama sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia.
Kendati begitu, mereka pasti sadar jika pertandingan menghadapi Selecao das Quinas pasti takkan berjalan mudah lantaran Ronaldo dan kawan-kawan juga butuh hasil positif (walau cukup dengan seri) guna mengamankan tempat di babak 16 besar.
Namun berbeda dengan Portugal yang hanya perlu hasil sama kuat untuk memastikan diri lolos ke babak selanjutnya, hitung-hitungan yang membelit Iran sedikit lebih rumit.
Bila mereka cuma berbagi satu angka dengan Selecao das Quinas (imbang dengan skor berapapun), maka Team Melli wajib berharap penuh kepada Maroko agar membantai Spanyol dengan kedudukan telak (misalnya 2-0 atau lebih). Pasalnya, selisih gol dan jumlah gol (dua kriteria utama buat menentukan posisi di klasemen setelah raihan poin) yang dimiliki La Furia Roja saat ini masih lebih baik ketimbang Iran.
Mengacu pada situasi tersebut, satu-satunya cara paling mudah sekaligus sulit adalah memberangus Ronaldo dan kolega demi menggapai kemenangan, tak peduli berapapun skor akhirnya serta berasal dari manapun golnya (murni dibuat Iran atau gara-gara bunuh diri sang lawan).
Melihat performa semenjana yang diperlihatkan oleh Portugal, utamanya di laga kontra Maroko (20/6), peluang bagi Iran jelas meluap-luap. Namun wajib diingat, andai Selecao das Quinas bermain seperti itu lagi, penyelesaian Iran pada fase menyerang harus brilian. Tak boleh ada satu pun kans yang terbuang sia-sia.
Lebih jauh, Team Melli kudu mempersiapkan segalanya dengan paripurna sebab ini jadi momen krusial bagi mereka. Azmoun dan kawan-kawan juga tidak perlu merasa inferior karena ada banyak pihak yang siap mendukung mereka. Bukan hanya suporter fanatiknya tapi juga semua orang mendaku diri sebagai Ronaldo haters.
Percayalah, jika kubu asuhan Queiroz sukses mengalahkan Portugal seraya mewujudkan mimpi mereka, tak hanya rakyat Iran yang berteriak riang tapi mereka-mereka yang tidak suka dengan Ronaldo pasti ikut tertawa bahagia.