Piala Dunia 2018

Saeid Ezatolahi, Anak Muda Iran yang Ditempa di Spanyol dan Rusia

Iran memang harus takluk di tangan Spanyol dengan skor tipis 0-1. Kekalahan itu terasa dramatis karena mereka sebenarnya bisa mengimbangi juara Piala Dunia 2010 tersebut. Satu gol yang dicetak Saeid Ezatolahi juga dianulir wasit berdasarkan tinjauan Video Assistant Referee (VAR).

Meski demikian, kekalahan itu membuat penampilan Iran memperoleh apresiasi berbagai kalangan. Ezatolahi juga menjadi sorotan di laga tersebut, berkat statistik impresif yang ditorehkannya. Pemain muda berusia 21 tahun ini mencatatkan 78% operan sempurna, tiga intersep, dan lima sapuan, termasuk satu sapuan peluang bersih Spanyol di depan gawang timnya.

Penampilan gelandang bertahan bertubuh atletis ini kembali mengapungkan julukan ‘Pogba dari Persia’ yang pernah disematkan kepada dirinya. Ezatolahi memang dianggap sebagai wonderkid terbaik yang dihasilkan Iran selama dekade 2010-an. Apalagi, ia pernah menimba ilmu di tim muda Atletico Madrid.

Bakat Ezatolahi ditemukan akademi Malavan. Berkat gemblengan akademi tersebut, ia menjalani debut profesionalnya pada tahun 2012 dan menjadi pemain termuda di Liga Pro Iran pada usia 16 tahun. Pada tahun 2014, ia dinobatkan sebagai salah satu pemain sepak bola paling berbakat negeri tersebut, sehingga diberilah ia julukan ‘Persian Pogba’ (Pogba dari Persia).

Aksi-aksinya di Malavan menarik perhatian salah satu klub besar Spanyol, Atletico Madrid. Setelah penampilan yang mengesankan di Piala Dunia U-17  pada bulan Oktober 2013, berbagai klub Eropa memang menyatakan ketertarikan kepada anak muda yang lahir di Bandar e-Anzali ini. Dari Besiktas (Turki), Lugano dan Lausanne Sport (Swiss) dilaporkan tertarik pada Ezatolahi.

Pada bulan Desember 2013, Ezatolahi dikabarkan akan segera bergabung dengan klub Serie A Brasil, Atlético Paranaense. Klub Rusia, Rubin Kazan, juga menunjukkan minat dan bahkan kabarnya telah mengirim surat undangan. Namun, Atletico Madrid yang beruntung mendapatkannya.

Pada bulan Agustus 2014, Ezatolahi akhirnya menandatangani kontrak satu tahun dengan Atletico. Ia punya opsi memperpanjang kontrak selama empat tahun jika tampil impresif pada musim 2014/2015. Sayang, klub kota Madrid itu hanya memercayainya untuk tampil di skuat tim muda.

Ezatolahi bergabung dengan tim Juvenil (usia 17 tahun) untuk skuat Atleti yang berlaga di División de Honor Juvenil de Fútbol dan Liga UEFA Youth League. Meski sempat mencetak beberapa gol di kedua ajang usia muda tersebut, pelatih tim utama, Diego Simeone, ternyata tak tertarik untuk mempromosikannya ke tim utama.

Atletico Madrid B sebenarnya menawari kontrak profesional kepada Ezatolahi, tapi sang pemain lebih memilih hijrah ke Rusia untuk bergabung dengan seniornya di tim nasional Iran, Sardar Azmoun. Ia pun bergabung dengan klub Liga Premier Rusia, FC Rostov, dengan kontrak empat tahun.

Namun, akibat terganggu masalah visa, Ezatolahi tak bisa bermain hingga Januari 2016. Ia lalu menjalani debut tim pertamanya untuk Rostov pada bulan Mei 2016 dalam kemenangan 3-1 melawan klub kuat, FC Dynamo Moscow. Namun, mungkin karena dianggap masih terlalu muda, pada Februari 2017 pemain ini dipinjamkan ke klub Liga Premier Rusia lain, Anzhi Makhachkala.

Sukses membawa Anzhi menghindari degradasi dari Liga Primer Rusia, Ezatolahi belum juga dipercaya memperkuat tim utama Rostov. Namun, anak muda ini belum menyerah mengejar kesempatan menjadi pemain inti di Eropa. Ia lalu kembali dipinjamkan ke FC Amkar Perm hingga akhir musim 2017/2018.

Meski belum terbilang sukses dan membela klub besar Eropa, kita harus ingat Ezatolahi baru akan menginjak usia 22 tahun pada bulan September 2018 nanti. Pencetak gol termuda dalam sejarah tim nasional Iran (19 tahun 42 hari pada bulan November 2015) ini dijamin akan kembali menjadi buruan klub-klub Eropa setelah kemeriahan di Rusia berakhir.