Spanyol sedang tertekan kala menghadapi Iran di laga kedua Grup B. Hasil imbang 3-3 yang didapat saat bertemu Portugal di laga pertama membuat mereka harus meraih tiga poin atas Team Melli jika ingin menjaga peluang lolos ke babak 16 besar. Sementara Iran, yang berhasil meraih kemenangan 1-0 atas Maroko lewat cara yang dramatis (atau tragis bagi Maroko) di laga pertama, tentu ingin memastikan mereka bisa kembali meraih poin.
Demi mencapai kemenangan yang diharapkan tersebut, Spanyol kembali menggunakan formasi yang sama dengan melawan Portugal, yakni 4-2-3-1. Susunan pemain pun hampir sama, kecuali Koke dan Nacho Fernandez yang diistirahatkan kali ini, untuk memberi tempat pada duo Real Madrid, Dani Carvajal dan Lucas Vazquez. Sementara Iran kembali melakukan mirroring kali ini. Jika di laga pertama mereka memakai formasi 3-4-3 seperti Maroko, kali ini mereka memakai 4-2-3-1. Tujuannya tentu untuk menjaga keseimbangan di setiap lini.
Seperti yang sudah diduga, laga ini dikuasai oleh Spanyol. Mereka unggul dalam segala hal, mulai dari penguasaan bola yang jomplang hingga jumlah peluang yang diciptakan. Mulai dari David Silva, Dani Carvajal, hingga Sergio Ramos pun mempunyai kesempatan mecetak gol. Namun dari 10 percobaan mereka di babak pertama, hanya tendangan bebas Ramos yang benar-benar menguji ketangguhan kiper Alireza Beiranvand. Sisanya, berakhir jauh dari harapan.
Bagaimana dengan Iran? Mereka kembali mengandalkan permainan bertahan yang rapat sambil berharap melakukan serngan balik. Kondisi dimana hampir semua pemain berada di sekitar kotak penalti saat fase bertahan inilah yang membuat Spanyol mati kutu. Lolos dari satu pemain, dua hingga tiga yang lainnya menunggu dengan manis untuk membuyarkan harapan Andres Iniesta dan kawan-kawan untuk mencetak gol. Spanyol bahkan sedikit terburu-buru dan frustrasi melihat sulitnya membongkar pertahanan Iran.
Untuk urusan bertahan, Iran memang jagonya, namun serangan mereka tak ada yang membahayakan sama sekali di babak pertama. David de Gea hampir tak pernah memegang bola, kecuali mengambil bola yang keluar lapangan sebanyak dua kali karena buruknya akurasi sepakan Vahid Amiri dan Karim Ansarifard. Babak pertama diakhiri dengan tanpa gol.
Babak kedua berjalan jauh lebih menarik. Spanyol kembali tak membuang-buang waktu untuk membombardir pertahanan skuad asuhan Carlos Queiroz itu. Gerard Pique hampir menjebol gawang Alireza di menit 49, sedangkan Sergio Busquets, yang disebut oleh seorang komentator sepakbola berinisial JL tak bisa menyerang, juga melepaskan sepakan jarak jauh semenit berselang, yang nyatanya masih bisa diselamatkan dengan heroik oleh Alireza.
Barulah di menit 54 kebuntuan La Furia Roja itu terpecahkan. Iran yang di laga pertama mendapatkan keberuntungan karena sundulan penyerang Maroko, Aziz Bouhaddouz yang berbelok ke gawang sendiri, kali ini justru memberikan keberunutngan itu kepada Spanyol.
Umpan Iniesta kepada Diego Costa yang berada di kotak penalti sebetulnya mampu disapu oleh bek sayap Iran, Ramin Rezaeian. Namun sapuannya itu justru membentur kaki Costa yang berlari dan berbelok ke arah gawang sendiri, tanpa Alireza bisa menghalaunya.
Tertinggal satu gol, barulah Iran bereaksi. Bagaikan pemilik rumah yang baru kecurian dan hendak mengejar pelakunya, Iran langsung mengubah gaya bermain. Meski mereka masih sering digempur oleh Spanyol, bahkan hampir kebobolan untuk kedua kalinya, namun tak terlihat lagi permainan bertahan total, yang ada hanyalah upaya sebisa mungkin mengejar ketertinggalan. Sebanyak 5 peluang mereka ciptakan, namun semuanya meleset dari gawang de Gea.
Iran sebetulnya sempat mencetak gol lewat Saeid Ezzatollahi di menit 63 lewat situasi kemelut di depan gawang Spanyol yang berasal dari situasi tendangan bebas, namun tayangan Video Assistant Referee (VAR) membatalkan keputusan tersebut setelah sang pencetak gol tertangkap berada dalam posisi offside.
Hasil ini membuat situasinya kini berbalik. Spanyol boleh sedikit bernafas lega, sedangkan Iran mau tak mau harus menang atas Portugal bila tak ingin pulang ke Teheran lebih cepat.