Ada dua hal yang paling diingat dari seorang Gabriel Heinze. Pertama adalah ketika bertabrakan dengan Patrice Evra saat mengadang Kaka di perempat-final Liga Champions musim 2006/2007, kedua, sebuah keinginan gila yang ia utarakan kepada Sir Alex Ferguson, di mana Heinze sempat meminta untuk menyeberang dari Manchester United ke Liverpool.
Tetapi permintaan gila tersebut tidak membuat Sir Alex urung untuk tetap memberikan pujian kepada bek asal Argentina ini. Menurut manajer legendaris asal Skotlandia tersebut, Heinze adalah bek petarung yang jarang ditemukan. Ia akan menghajar apapun yang ada di depannya. Sembari berkelakar Sir Alex menganggap Heinze bahkan bisa saja tega untuk menendang neneknya sendiri.
Ini yang membuat Heinze yang hampir sepanjang kariernya bermain sebagai bek kiri berbeda dengan kebanyakan pemain lain yang bermain di sektor fullback. Aspek defensif Heinze memang begitu dominan. Ia merupakan mimpi buruk bagi banyak pemain sayap. Pemain seperti Heinze sebenarnya akan lebih bagus bermain di skema tiga pemain bertahan, di mana ia akan sangat bagus menjadi bek tengah di area kiri. Sementara ketika memainkan empat pemain bertahan sejajar, Heinze mungkin tidak akan banyak membantu penyerangan. Ia akan lebih banyak terlibat ketika tim sedang bertahan.
Heinze memang berpaspor Argentina, tetapi mental petarungnya bukan berasal dari iklim jalanan. Mental petarung Heinze berasal dari nenek moyangnya, etnis Jerman Volga yang tinggal di daerah tenggara Rusia. Kemampuan bertahannya yang hebat jelas diwariskan dari darah ibunya yang berasal dari Italia. Banyak campuran darah inilah yang membuat Heinze berbeda dengan kebanyakan pemain Argentina lainnya. Tubuhnya tinggi besar dan rambutnya lurus serta agak pirang. Berbeda dengan kebanyakan orang Argentina yang bertubuh kecil dan berambut cokelat.
Sifat nekad sebenarnya sudah lama ada dalam diri Heinze, jauh sebelum ketika ia meminta kepada Sir Alex Ferguson untuk dijual ke Liverpool. Berbeda dengan kebanyakan pemain muda asal Amerika Selatan yang memilih waktu yang tepat untuk hijrah ke Eropa, tanpa pikir panjang, Heinze langsung pergi ketika tawaran datang. Padahal saat itu ia baru naik ke tim senior Newell’s Old Boys.
Keputusan nekad tersebut nyatanya berbuah manis. Heinze bertualang di tim-tim besar Eropa seperti Manchester United, Real Madrid, Marseille, dan AS Roma. Ia juga berhasil meraih gelar juara bersama tim-tim tersebut. Rekam jejak membela tim-tim besar juga membuatnya sering dipanggil ke timnas Argentina. Total 72 pertandingan bagi Heinze kala membela negara tempat kelahirannya tersebut.
Puas bertualang di Eropa, Heinze kemudian kembali ke Newell. Ia bermain di sana sampai tepat saat Argentina mencapai partai final Piala Dunia 2014 di Brasil. Sejak tahun 2015 ia sudah meneruskan profesi di dunia sepak bola dengan menjadi pelatih. Ia diperhitungkan sebagai salah satu pelatih muda Argentina yang potensial. Boleh jadi dalam beberapa tahun ke depan kita akan melihat kiprah Gabriel Heinze sebagai juru latih di sepak bola Eropa.
Hari ini, 19 April, merupakan ulang tahun dari petarung tangguh asal Entre Rios ini.
Feliz cumpleanos, Gabriel Heinze!