Brozovic!
Begitu pekik komentator pertandingan Internazionale Milano lawan Cagliari di Stadion Giuseppe Meazza dalam lanjutan giornata ke-33 Serie A 2017/2018 yang disiarkan secara langsung oleh kanal BT Sports dini hari kemarin (18/4).
Nama gelandang berpaspor Kroasia itu digemakan setelah dirinya sukses mencetak gol indah lewat sebuah placing ke tiang jauh gawang Alessio Cragno buat membawa Inter memimpin dengan skor 3-0 pada menit ke-60. Tim tuan rumah sendiri pada akhirnya memenangi partai tersebut via kedudukan telak 4-0.
Khusus bagi Marcelo Brozovic, tendangan melengkung itu sendiri mengerek pundi-pundi golnya menjadi empat buah di Serie A musim ini sekaligus menyamai pencapaiannya pada musim 2015/2016 dan 2016/2017 kemarin.
Selama beberapa giornata pamungkas, sosok Brozovic amat sering dibicarakan oleh tifosi setia Inter, Interisti. Namun uniknya, pembicaraan Interisti tidak didominasi rasa amarah dan kesal akibat performa angin-anginan dari lelaki berumur 25 tahun tersebut. Sebaliknya, mayoritas Interisti malah memuji penampilan Brozovic.
Semuanya bermula ketika Brozovic diturunkan pelatih La Beneamata, Luciano Spalletti, pada laga melawan Napoli tanggal 11 Maret kemarin. Bareng Roberto Gagliardini, ia dimainkan sebagai duo pivot yang bertugas untuk menginisiasi permainan Inter dari belakang sekaligus pemutus serangan Napoli sejak bola masih menggelinding di sektor tengah.
Walau laga berkesudahan dengan skor imbang tanpa gol, Brozovic dianggap sebagai salah satu penampil terbaik oleh Interisti. Dengan peran regista, setiap aksinya dirasa begitu berkesan.
https://twitter.com/BTLComps/status/983716055691472897
Bermain pada area yang lebih dalam, eks gelandang Dinamo Zagreb ini jadi semakin sering berinteraksi dengan bola, utamanya saat Inter tengah masuk ke dalam fase menyerang.
Spalletti seperti memberi Brozovic kebebasan untuk melakukan apa saja tatkala bola ada di kakinya. Baik menggiring sendirian guna merangsek ke depan, sampai melepas umpan pendek atau panjang menuju sayap maupun tengah untuk mensirkulasikan bola sehingga Inter dapat mengkreasikan peluang buat mencetak gol.
Dengan peran itu juga, Brozovic menjadi pengendali ritme permainan La Beneamata. Jika ingin membangun serangan kilat, ia takkan ragu untuk berlari laju sembari membawa bola buat mengeksploitasi ruang di wilayah pertahanan musuh.
Namun bila ingin membangun serangan secara perlahan, Brozovic akan lebih lama memegang bola, melakukan umpan satu-dua dengan para pemain belakang seraya melihat celah-celah yang ditampakkan tim lawan sebelum akhirnya mendistribusikan si kulit bundar yang menempel di kakinya.
Pada fase bertahan, Brozovic akan mengokupansi area tengah sekaligus melakukan pressing kepada pemain lawan yang membawa bola ataupun mereka yang tidak, tapi berusaha memaksimalkan ruang yang ada.
Saat berada dalam situasi ini juga, Brozovic akan berperilaku layaknya petugas keamanan galak yang tak segan untuk melakukan duel-duel fisik. Baik beradu badan ataupun menjulurkan tekel guna merebut bola supaya alur serangan kubu lawan terhenti.
Dua atribut yang tersemat pada Brozovic juga memudahkannya untuk berperan sebagai regista. Pertama, ia memiliki kontrol bola dan pressing resistance yang cukup baik sehingga si kulit bundar yang ada dalam penguasaannya tidak mudah direbut pemain lawan. Kedua, Brozovic memiliki passing range yang cukup luas dengan akurasi yang presisi.
Heatmap dan jumlah sentuhan terhadap bola Marcelo Brozovic di partai melawan Cagliari (18/4) via Whoscored
Bagusnya lagi, Brozovic memperlihatkan penampilan elok tersebut secara konsisten di partai-partai Inter selanjutnya (kontra Sampdoria, Hellas Verona, Milan, Torino, dan yang teraktual, Cagliari). Bahkan ketika ia menepi di partai melawan Atalanta akibat suspensi akhir pekan lalu, ada degradasi performa yang amat terasa dari sektor tengah La Beneamata.
Meski terlihat meyakinkan untuk jadi pilar utama Inter sebagai pengatur permainan, pria dengan julukan Epic Brozo ini juga masih punya sejumlah kelemahan.
Hal pertama yang paling kentara adalah Brozovic acap terlambat turun jika sudah naik jauh ke depan sehingga meninggalkan lubang menganga di depan baris pertahanan. Keadaan ini jelas makanan empuk bagi tim-tim yang piawai memanfaatkan serangan balik cepat.
Sementara yang kedua adalah gampangnya stamina pemilik 32 caps dan 6 gol bersama timnas Kroasia itu merosot di tengah pertandingan, khususnya pada lima belas menit terakhir laga yang berjalan sangat intens. Padahal, dalam beberapa pekan tertentu, Serie A bisa memanggungkan tiga partai untuk masing-masing klub dalam pada satu pekan (contohnya giornata ke-32, ke-33 dan ke-34 musim ini yang berlangsung pada 14-23 April 2018).
Andai sanggup menjaga dan bahkan mampu meningkatkan terus kemampuannya saat beraksi di atas rumput hijau, Brozovic akan terus dipuja sebab kehadirannya begitu esensial untuk tim. Hal ini tentu harus dilakukannya secara brilian karena Brozovic pun identik dengan inkonsistensi yang melekat sedari pertama bergabung ke Inter.
Mengingat perjuangan La Beneamata guna beroleh tiket lolos ke Liga Champions musim depan tidak akan berjalan mudah, wajar apabila Interisti berharap jika Brozovic dapat mempertahankan performanya briliannya di enam partai sisa pada musim ini dengan terus membawa Inter mendulang hasil-hasil positif.