Dunia Amerika Latin

Ada Axe Samba di Pinggul Ronaldinho

Brasil adalah negara pengekspor kopi terbesar di dunia. Kopi Brasil merasuk ke berbagai belahan dunia. Mulai dari Eropa, Amerika Serikat, Asia, hingga Afrika. Hikayat kopi Brasil sama seperti kisah pesepak bola mereka. Tersebar hampir di segala penjuru dunia, menularkan kegairahan sepak bola ala Brasil, joga bonito. Salah satu yang paling ikonik, tentu saja, Ronaldinho.

Ronaldinho dibesar oleh jalanan yang tak rata dan gang-gang sempit bau pesing di perumahan sederhana di Porto Alegre, Brasil. Jalanan yang tak rata dan gang-gang tak bersahabat itu justru menjadi guru paling awal yang memoles, sekaligus menguatkan kaki Ronaldinho yang lentur. Jalanan dan gang mengasah kejelian dan visi olah bola Dinho kecil.

Guru, dalam arti sebenarnya, bagi Dinho adalah kakaknya sendiri, Roberto. Kakak yang usianya terpaut sembilan tahun ini bergabung bersama tim akademi Gremio. Melalui sepak bola, kakak Dinho berusaha membantu keuangan keluarganya. Gremiro sendiri berhasil membujuk Roberto setelah berjanji merelokasi keluarga Dinho ke lingkungan yang lebih aman di kota Porto Alegre.

Roberto bukan pesepak bola yang menonjol. Kariernya melompat-lompat ke empat negara, dari Brasil, Swiss, Portugal, Prancis, lalu Meksiko. Warisan terbesar untuk sepak bola Brasil dari Roberto bukanlah piala atau catatan gol yang fantastis. Warisan Roberto adalah sesuatu yang ia tanam dalam diri Ronaldinho, sang adik kecil.

Dinho kecil menyerap semua ilmu yang diajarkan kakaknya, terutama cara menghibur dengan berbagai trik manipulasi bola. Ilmu dasar yang diperoleh dari kakak dan jalanan, diperhalus oleh sepak bola pantai dan futsal. Dua kegiatan ini yang membuat kontrol bola Dinho begitu manis. Keinginan untuk menghibur dan sepak bola ala festival diperagakan, disempurnakan oleh senyum lebarnya yang ikonik itu. Tiga racikan dasar yang mewarnai karier Dinho hingga akhirnya ia pensiun.

 

Dari Gremio ke puncak panggung sepak bola Eropa

Seperti kakaknya, Dinho direkrut oleh akademi Gremio. Bergabung di usia tujuh tahun, dengan cepat Dinho menyita perhatian. Perkembangannya diamati dari dekat. Tekniknya dirayakan dengan seksama. Bibit legenda sudah terlihat ketika ia mencetak 23 gol di satu laga bersama tim akademi Gremio. Saat itu, usianya baru 13 tahun. Sebuah pembuka tirai karier gemilangnya kemudian.

Bakat besarnya mulai dikenal dunia ketika nama Dinho masuk ke dalam skuat Brasil U-17. Di sebuah turnamen yang di dalamnya berisia nama-nama yang kelak menjadi legenda seperti Iker Casillas, Xavi Hernandez, Gabriel Milito, Sebastian Deisler, Dinho dan duetnya, Giovannie, tampil sangat dominan.

Kecepatan, akselerasi, puluhan trik, dan ketajaman Dinho memukai banyak pasang mata. Penampilannya yang legendaris bersama tim U-17 berbuah debut bersama Gremio pada tahun 1998. Pada satu musim penuh perdananya, Dinho berhasil mencetak 23 gol dari 48 pertandingan.

Semakin matang, nama Dinho mulai sering menghiasai halaman-halaman muda media di Eropa. Roberto sang kakak memberi nasihat kepada Dinho bahwa ia harus berhati-hati memilih tim di Eropa, terutama mereka yang bisa memberi menit bermain secara rutin. Menolak Arsenal dan Manchester United, Dinho akhirnya memilih Paris Saint-Germain (PSG).

Dinho belajar banyak hal ketika bermain untuk PSG. Yang paling utama adalah membangun kesepahaman dengan rekan-rekannya, membangun kerja sama. Bersama Nicolas Anelka dan Jay-Jay Okocha, ketiganya membentuk tridente yang tak hanya tajam, namun juga menghibur.

“Saya pernah melawan Ronaldinho ketika ia pertama bermain di Eropa dan bergabung dengan Paris Saint-Germain pada tahun 2011. Dan bahkan pada waktu itu, Anda bisa merasa bahwa suatu saat nanti akan akan menjadi pemain terbaik di dunia. Dia punya teknik yang luar biasa dan punya banyak trik,” ungkap Laurent Blanc.

Pernyataan Blanc tersebut merupakan gambaran yang paling sederhana tentang karier Dinho yang meroket. Pun ketika ia menemukan jalan untuk menggapai puncak ketika raksasa Catalonia, Barcelona, memboyongnya pada tahun 2003 dengan nilai transfer 25 juta euro.

Yang menarik dari pembelian Barcelona ini adalah sebenarnya, Dinho bukan pilihan pertama. Joan Laporta, sebab dalam kampanye menuju kursi presiden Barcelona, Joan menjanjikan nama David Beckham untuk direkrut. Dan jadilah, Ronaldinho menjadi salah satu pembelian pemain alternatif yang paling sukses di sejarah sepak bola dunia.

Datang dengan status sebagai juara dunia bersama Brasil, Dinho mulai melihat puncak itu bersama Barcelona. Dari 207 pertandingan, Dinho mencetak 97 gol dan 69 asis. Perlu dicatat, Dinho banyak bermain dari sisi lapangan, bukan seorang penyerang atau gelandang serang seperti yang ia lakoni bersama PSG.

“Ada satu masa ketika Ronaldinho bermain untuk Barcelona di mana dirinya tidak mungkin untuk tidak dimainkan. Seperti tanpa perlu bekerja keras, santai, dan dengan senyum yang selalu tersungging, Ronaldinho adalah sosok genius ketika menguasai bola. Saya suka sepak bola Brasil, dan dirinya adalah salah satu yang terbaik dari negaranya,” kata David Beckham.

Narasi Dinho bersama Barcelona adalah soal bermain dengan kebahagiaan, atau bisa juga Anda menyebutnya keajaiban. Gerak tubuhnya ketika menggiring bola, meliuk melewati pemain lawan dengan senyum yang megah, dan sepakan yang artistik, adalah wujud dari tarian Samba yang meresap, membudaya di dalam dirinya.

Tariannya megah, namun lembut. Tariannya santai, namun mematikan. Tarian Dinho adalah Axe Samba, tarian dengan iringan musik pop yang berkembang di Bahia sekitar tahun 1985, dengan campuran unsur-unsur musik rock, jazz, dikawani ritme Karibia dan reggae. Axe Samba punya makna “memberi kebahagiaan, sekaligus menenangkan”.

Dinho adalah pemain komplet, seperti perpaduan pop, rock, jazz, musim Karibia, reggae, dan semarak Samba itu sendiri. Festival yang ia sajikan tak hanya soal gemuruh gol, namun pemicu endorfin yang diburu penikmat sepak bola dari setiap 90 menit pertandingan.

Gerak pinggul Dinho dengan Axe Samba di atas lapangan hijau sudah paripurna. Gerak pinggulnya akan tinggal dalam lini masa ingatan sepak bola. Sebagai sampiran salah satu pesepak bola terbesar Brasil di masanya, sebagai salah satu sumber kebahagiaan yang diburu di setiap aksinya.

Sebagai media mengingat keindahan liuk pinggul Dinho, mari belajar gerak Axe Samba yang “memberi kebahagiaan, sekaligus menenangkan”.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen