Dulu kita berjuang bersama. Menikmati kemenangan bersama, menangisi kekalahan bersama. Tujuan kita sama, untuk memperbaiki jalan hidup. Kamu butuh menit bermain untuk menyelamatkan karier, kami butuh tenagamu untuk menguatkan lini depan.
Kebersamaan kita dulu memang tidak lama, hanya empat bulan di atas lapangan. Sebelum kamu datang di Januari 2017, kami sempat kewalahan jelang paruh musim, tapi setelah baju merah-hitam itu membalut tubuhmu, kami seakan mendapat jackpot. Hadiah besar yang tak terduga.
Dua pertandingan pertamamu bersama kami memang tidak berakhir memuaskan, kalah dari Udinese dan Sampdoria, tapi segalanya berubah jadi indah sejak pekan tunda kontra Bologna yang menjadi laga ketigamu bersama kami. Sebuah asis yang memastikan kemenangan 1-0 di kandang lawan.
Gerard Deulofeu, alumnus akademi La Masia yang terlunta-lunta. Meloncat ke sana kemari dari satu klub ke klub lainnya, dari satu negara ke negara lainnya, hanya demi mencari menit bermain, yang semakin jarang didapatnya sejak memperoleh status sebagai pemain profesional.
Di AC Milan, kamu memang belum meraih segalanya, tapi mendapat modal yang sangat penting untuk melanjutkan karier. 4 gol dan 3 asis dari 17 laga memang tidak fenomenal, tapi juga tidak buruk, apalagi untuk kategori pemain pinjaman dengan masa tinggal yang singkat.
Berkat kamu pula Deulofeu, kami, AC Milan, yang terjebak dalam status klub semenjana dalam beberapa tahun terakhir ini, akhirnya berhasil meraih impian yang telah lama diangankan: kembali ke kompetisi Eropa. Walau hanya di kasta kedua, tapi itu sudah membuat kami beserta para pendukung senang, karena sudah cukup lama DNA Eropa itu menghilang dari urat nadi kami.
Salah satu golmu yang mungkin tak terlupakan adalah saat melawan Palermo. Dalam pesta empat gol di San Siro itu, nama Gerard Deulofeu terpampang di papan skor, bersama Suso, Mario Pašalić, dan Carlos Bacca. Milan pun naik satu strip ke peringkat enam, yang menjadi batas akhir zona kompetisi Eropa.
Posisi itu tak tergoyahkan hingga akhir musim, meski sempat kalah memalukan dari Empoli yang menghuni zona degradasi, dan takluk 1-4 di kandang AS Roma. Milan kembali ke Eropa, tapi juga membuatmu kembali ke Barcelona.
Kini setahun telah berlalu sejak kedatanganmu di San Siro. Uniknya, nasib kita lagi-lagi sama. Kami sangat kesulitan menemukan performa terbaik di Serie A, dan kamu tak kunjung mendapat tempat di tim inti Barcelona. Situasi semakin memburuk ketika kami dihantam berbagai isu finansial mulai dari Financial Fair Play hingga pencucian uang, dan masa depanmu di Camp Nou kian suram setelah kedatangan Ousmane Dembélé dan Philippe Coutinho.
Maka tak heran jika hasrat untuk balikan sempat mengemuka, tapi sangat disayangkan kami tak bisa melakukannya. Selain kondisi finansial yang belum stabil, lini depan kami juga masih penuh sesak. Bukan berarti tidak ada tempat untukmu, tapi kami tidak bisa sembarangan melepas pemain karena satu dan lain hal.
Situasi bagi kami semakin tak mengenakkan saat mendengar banyak media massa di Italia mengaitkan nama Deulofeu dengan Napoli dan Internazionale Milano. Klub pertama adalah kandidat utama peraih gelar musim ini, dan yang kedua adalah saudara kandung kami.
Coba bayangkan hati ini, melihatmu yang dulu pernah bersenda gurau dan tertawa riang dengan kami, sekarang justru hendak menikmati berbagai kebahagiaan di calon klub baru. Bukan tidak mungkin juga, jika engkau benar-benar kembali ke Serie A, gawang kami akan kamu bobol suatu saat nanti.
Oh, Gerard Deulofeu. Kumohon jangan jadikan semua ini, alasan kau menyakitiku., meskipun cintamu tak hanya untukku. Bila, rasaku ini rasamu, karena kami telanjur mencintaimu.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.