Kedatangan pemain asal Brasil ini memang sudah diantisipasi sejak lama. Sejak musim panas tahun lalu tepatnya, ketika Philippe Coutinho mengungkapkan bahwa dirinya sudah tak mau lagi bermain untuk Liverpool. Lantas, bagaimana cara Ernesto Valverde mengintegrasikan Coutinho ke dalam skuat Barcelona?
Barcelona musim ini seperti enigma. Bagaimana bisa, mereka yang begitu menderita di musim panas setelah ditinggal Neymar, kesulitan menjual pemain yang tak berguna, kesulitan membeli pemain yang dibutuhkan, pemain dan pelatih baru yang diremehkan, pemain baru yang cedera panjang, hingga punya presiden yang bermasalah, namun bisa duduk nyaman di puncak klasemen La Liga untuk sementara waktu?
Adalah Ernesto Valverde, yang dengan cerdik, menemukan komposisi skuat yang ideal. Ketika Ousmane Dembele cedera, Valverde mengubah pendekatan dengan skema 4-4-2. Narasi soal Barcelona tak lagi soal “bermain dengan indah”. El Barca justru mengedepankan keseimbangan tim. Mereka menjadi sangat solid di lini belakang dan tetap tajam di lini depan.
Beberapa penyesuaian dilakukan dan Paulinho, pemain baru yang diremehkan itu, menjadi salah satu penampil paling konsisten. Keberadaannya menawarkan kekuatan fisik di lini depan yang sudah tak terlihat dari skuat Barcelona sejak lama. Paulinho juga sangat berguna untuk kebutuhan pressing dari lini pertama dan di lini tengah.
Valverde juga menginstruksikan Ivan Rakitic untuk bergerak lebih ke dalam, lebih dalam ketimbang Sergio Busquets. Instruksi sederhana ini membuat Rakitic terbebas dari beban menjadi sumber kreativitas di lini tengah. Berposisi lebih dalam membuat Rakitic lebih nyaman mengusai bola karena pada dasarnya ia pengumpan yang baik dan jeli dengan pergerakan kawan-kawannya.
Di sisi kiri, dalam bentuk skema 4-4-2, Andres Iniesta bukan berperan sebagai pemain sayap. Iniesta berperan sebagai wide-midfielder, yang bisa bergerak dengan nyaman ke lapangan tengah, ketika Jordi Alba melakukan overlap. Iniesta berdekatan dengan Lionel Messi yang bermain lebih ke tengah, di belakang Luis Suarez yang banyak melebar ke sisi kiri.
Pendekatan inilah yang membuat Barcelona menjadi lebih seimbang. Lantas, jika Barcelona sudah tampil sangat baik dengan komposisi yang ada, bagaimana cara Valverde mengintegrasikan Coutinho?
Coutinho sebagai ‘suksesor’ Iniesta
Coutinho bukan controller seperti Xavi Hernandez. Ia juga bukan seperti Neymar, yang mendominasi permainan dari sisi kiri sepanjang pertandingan. Coutinho adalah suksesor paling pas untuk Iniesta.
Pemain asal Brasil ini, beberapa kali, bermain sebagai gelandang tengah untuk Liverpool dalam skema 4-3-3. Tugas bertahannya memang minimal karena Jürgen Klopp ingin Coutinho lebih banyak terlibat aktif di sepertiga akhir. Oleh sebab itu, meski starting point-nya dari tengah, Coutinho akan bergerak ke depan secara vertikal, atau melebar ke halfspace sebelah kiri seperti ditunjukkan oleh grafis di bawah ini:
Coutinho juga tidak asing dengan tugas pressing lawan. Ia cukup rajin mengejar lawan hingga ke daerahnya sendiri. Meski memang, teknik bertahannya, terutama dalam situasi satu lawan satu, sangat minimal. Maka, Coutinho bisa digunakan Valverde untuk menekan lawan dalam situasi dua lawan satu di sisi kiri, seperti yang dilakukan Iniesta bersama Jordi Alba.
Iniesta sudah berusia 33 tahun. Oleh sebab itu, Iniesta tentu tak bisa lagi bermain selama 90 menit untuk beberapa pertandingan secara berurutan. Keberadaan Coutinho bisa meringankan beban Iniesta, terutama ketika Barcelona belum bisa mengandalkan Andre Gomes atau Denis Suarez.
Dengan mempertahankan bentuk dasar 4-4-2, Valverde tentap bisa mempertahankan keseimbangan Barcelona. Untuk musim yang panjang, keseimbangan tentu sangat penting.
Ketika Ousmane Dembele sudah bisa bermain
Situasi sedikit berbeda ketika Ousmane Dembele bisa bermain penuh kembali. Ketika wonderkid asal Prancis ini bisa bermain, Valverde bisa kembali bermain dengan skema 4-3-3. Untuk situasi ini, ada dua opsi untuk Coutinho. Perhatikan dua grafis di bawah ini:
Option A: Seperti kerja Coutinho di Liverpool, yaitu interior sebelah kiri, mengisi tempat Iniesta. Dengan peran ini, Coutinho akan banyak terlibat di sepertiga akhir. Keberadaan Paulinho diperlukan lantaran Rakitic sempat tak bermain baik ketika bermain lebih tinggi, saat Barcelona menggunaan skema 4-3-3.
Option B: Coutinho bekerja di belakang dua penyerang. Karena Dembele dan Messi akan lebih banyak bermain di sekitar kotak penalti, maka keberadaan dua bek sayap menjadi sangat penting. Paulinho juga bisa digantikan oleh Rakitic. Pemain asal Kroasia tersebut bisa bergerak lebih dalam ketimbang Busquets, sama seperti ketika bermain menggunakan skema 4-4-2.
Coutinho menawarkan banyak variasi di lini depan, baik menggunakan skema 4-3-3 atau 4-4-2. Ide utama yang harus dirawat Valverde adalah menjaga keseimbangan tim. Tentu, kita tak mau melihat performa Barcelona justru menurun ketika Coutinho datang dan Valverde mengubah pendekatan, kecuali Anda pendukung tim selain Barcelona di La Liga.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen