Hari Kamis (21/12) lalu, Football Tribe Indonesia diberikan kesempatan untuk mengunjungi stadion sepak bola kebanggaan rakyat Indonesia, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yang tengah direnovasi. Cuaca mendung dengan angin semilir menyambut kami, ditambah suasana yang cukup lengang di sekitaran kompleks stadion.
Cukup aneh rasanya, mengunjungi stadion yang mulai dibangun di tahun 1960 ini ketika tidak ada pertandingan, namun, hanya melihat dari luar, kemegahan SUGBK mampu membuat merinding. Memang, keadaan sekitar stadion masih kotor, banyak tanah dan debu mengingat renovasi masih berjalan, namun rasa penasaran kami yang sudah tak tertahankan membuat kami tak peduli apabila harus berkotor-kotor.
Setelah bertemu dengan petugas yang ada di sana, kami diminta untuk menuju ruang K3 yang terletak di pintu kuning stadion. Rasa excited pun membuncah, yang juga pantas untuk disebut norak, ketika kami diharuskan untuk memakai rompi dan helm sembari memasuki lorong stadion.
Akhirnya, kami pun berjalan masuk ke trek atletik yang ada di pinggir lapangan. Ada sedikit perasaan kaget, namun yang jelas, kami kagum dengan transformasi SUGBK yang terlihat lebih modern, sekaligus ramah, dan nyaman bagi penonton yang akan hadir nanti setelah renovasi rampung 100 persen.
Saat pertama kali melongok ke sekeliling tribun, satu hal yang pertama kali kami sadari adalah tidak adanya kursi khas “bangku taman” yang sebelumnya digunakan di SUGBK. Semua kursi sudah diubah menjadi single-seat, mulai dari tribun bawah hingga tribun atas. Dari sini saja, terlihat bahwa SUGBK nanti akan jauh lebih nyaman dan tentunya aman. Selain itu, kami juga menyadari bahwa papan iklan yang digunakan sudah digital, sehingga kesannya lebih modern.
Sebelum kami mengelilingi stadion, kami bertemu dengan Wawan, manajer produksi dari kontraktor yang bertugas untuk merenovasi SUGBK. Pria paruh baya ini menyambut kami dengan ramah, dan bersedia untuk menjawab beberapa pertanyaan yang kami tanyakan. Salah satunya adalah mengenai renovasi dari SUGBK itu sendiri.
Beliau mengatakan bahwa renovasi terhadap stadion terbesar ketiga di Asia Tenggara ini memang dilakukan bukan hanya karena menyambut Asian Games semata yang memang akan dilangsungkan di Indonesia di tahun depan, melainkan karena perkembangan teknologi di masa modern ini begitu cepat, dan teknologi yang ada di SUGBK sebelumnya sudah tertinggal.
Buah dari pengembangan teknologi ini dapat terlihat di papan sponsor yang sudah disebutkan sebelumnya, lalu papan skor baru yang terpasang di dua sisi stadion, dan lampu stadion yang juga terlihat baru. Tak hanya itu, rumput yang digunakan di lapangan juga diganti menjadi rumput tipe Zoysia Matrella, yang disebut Wawan sebagai rumput terbaik dari standar FIFA.
Memang, durasi dan biaya yang dikeluarkan untuk renovasi tidak sebentar dan murah. Menurut penuturan Wawan, renovasi berlangsung selama satu setengah tahun dari bulan Juni 2016 hingga ditargetkan selesai di bulan Desember ini, serta menghabiskan biaya mencapai 760 miliar rupiah. Meskipun begitu, melihat bagaimana berkembangnya SUGBK, biaya seperti itu terasa pantas.
Meskipun begitu, pengubahan kursi dari bangku kayu menjadi single-seat memang harus mengorbankan kapasitas penonton, dari yang tadinya sekitar 110 ribu penonton, hanya menjadi 76 ribu penonton. Namun, berdasarkan perkataan Wawan, berkurangnya kapasitas penonton ini juga demi keamanan dan keselamatan bagi semua yang hadir, karena sebagian area juga digunakan sebagai jalur evakuasi.
Selain itu, Wawan juga mengatakan bahwa kursi didesain sedemikian rupa dan dicat dengan warna merah, putih, dan abu-abu supaya menimbulkan ilusi bendera Merah Putih yang tengah dipilin, seperti instruksi yang diberikan dari arsitek yang menangani renovasi ini.
Proses perbaikan juga tak hanya meliputi area di lapangan, namun juga memerhatikan tentang kenyamanan semua pengunjung, termasuk wanita, anak-anak, dan tentunya penyandang disabilitas. Di tribun, sudah disediakan area khusus pengguna kursi roda, yang akan ditempatkan di bagian depan dengan akses yang juga mudah. Lalu, di area stadion juga disediakan ruang menyusui bagi ibu yang membutuhkan ruangan khusus untuk memberi ASI bagi bayinya.
Toilet juga menjadi fokus dari perbaikan, setelah renovasi juga meliputi perbaruan urinoir dan kloset, serta jumlah toilet bertambah menjadi 170 yang tersebar dari lantai 1,2, dan 4. Tak hanya itu, telah dibangun juga toilet khusus penyandang disabilitas.
Selain itu, Wawan menyebutkan bahwa area SUGBK nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas WiFi yang akan terbuka bagi semua pengunjung. Faktor keamanan juga benar-benar diperhatikan setelah adanya pemasangan CCTV yang mampu mendeteksi wajah, serta sistem e-ticketing yang ada di pintu-pintu yang dikontrol langsung melalui aplikasi tertentu. Kredit tentunya harus diberikan kepada panitia pengelola sekaligus kontraktor yang benar-benar memperhatikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.
SUGBK sendiri nantinya akan menjalani debutnya usai renovasi dalam laga uji coba Indonesia Selection melawan timnas Islandia pada tanggal 14 Januari nanti. Menurut Wawan, stadion akan siap 100 persen menyambut laga melawan negara Skandinavia tersebut bulan depan, dan FIFA akan mengirim perwakilannya langsung untuk melakukan inspeksi jelang laga tersebut. Meskipun begitu, penggunaan stadion disinyalir tak hanya murni untuk sepak bola atau olahraga, demi menyokong biaya pemeliharaan yang tidak murah.
Wawan juga sedikit menceritakan sisi ‘mistis’ yang ada di SUGBK. Berdasarkan pengalamannya semasa renovasi, ia pernah mengalami satu kejadian yang cukup aneh.
“Temen-temen pernah cerita, pernah kejadian waktu erection (pengangkatan barang), itu udah kita itung bebannya, tapi kok pas mau diangkat gagal, katanya ada ‘sesuatu’ yang bikin berat, tapi saya sih yakin ini cuma kesalahan metode. Untuk saya sih masih masuk akal, cuma buat yang lain mungkin enggak.”
Akhirnya, Wawan menyampaikan tentang harapannya bagi SUGBK ke depannya, sebagai salah satu bagian dari kontraktor yang mengerjakan renovasi. Ia berharap semua orang yang datang ke SUGBK bisa merasakan fasilitas terbaik yang telah ia dan rekan-rekannya bangun.
“Ya saya berharap, semua masyarakat Indonesia bisa menikmati megahnya Stadion Gelora Bung Karno, yang bahwasanya semua fasilitas adalah yang terbaik, mulai dari kualitas lapangan, kursi, tata lampu, dan semuanya, pokoknya yang terbaik.”
Kami pun sepakat dengan perkataan Wawan, apa yang telah dilakukan terhadap SUGBK ini tentunya juga untuk kita semua. Fasilitas terbaik di stadion terbaik dan terbesar di Indonesia diharapkan mampu mengangkat nama Indonesia di mata sepak bola dunia. Satu yang pasti, renovasi seperti ini akan sia-sia apabila kita nanti sebagai pengunjung tak mampu merawatnya dengan baik. Tentunya, kita harus kooperatif demi menjaga stadion yang juga menjadi kebanggaan Indonesia.
Setelah berjalan mengelilingi stadion, kami tersadar bahwa renovasi ini harus dimanfaatkan menjadi momentum kebangkitan bagi sepak bola kita. Optimisme mulai membumbung setelah kedatangan manajer yang kompeten dalam diri Luis Milla, dan pengembangan pemain-pemain muda kita yang mulai berani menjejakkan kaki untuk berkarier di luar negeri.
Mari berharap timnas Indonesia mampu memberikan hasil terbaik, terlebih ketika bermain di stadion yang megah ini, Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket