Eropa Spanyol

Mengagumi Kesempurnaan Karier Profesional Xabi Alonso

Musim panas 2017 lalu, kita harus mengucapkan selamat tinggal pada salah satu gelandang terbaik di lapangan hijau. Xabi Alonso resmi gantung sepatu meninggalkan banyak kenangan manis sepanjang kariernya. Menyambut ulang tahun ke-36 sang maestro, mari kita lihat kembali delapan belas tahun kariernya yang gemilang.

Xabi Alonso memulai karier profesionalnya di tim B Real Sociedad pada tahun 1999 lalu. Pada saat itu, pendukung La Real lebih dulu mengenal kakaknya, Mikel, yang juga berposisi sebagai gelandang. Namun, karier Xabi terbilang lebih bersinar dibanding Mikel. Ia menembus tim utama hanya dalam waktu dua musim, setelah lebih dulu tampil impresif ketika dipinjamkan semusim ke Eibar.

Talenta Xabi menarik perhatian seorang pelatih Spanyol yang mengambil alih Liverpool pada musim panas 2004, yaitu Rafael Benitez. Ia pun menerima tawaran Benitez untuk menjajal Liga Inggris dan meninggalkan Real Sociedad setelah empat tahun menjadi pemain reguler di tim utama klub tersebut. Liverpool harus mengeluarkan 10,7 juta paun sebagai biaya transfer untuk melengkapi skuat baru Benitez.

Sesampainya di Anfield, dengan cepat Alonso menjadi idola para penggemar Liverpool. Momen ikonik yang dikenang dari pria kelahiran Tolosa ini adalah mencetak gol dari garis tengah lapangan, bukan hanya sekali, melainkan dua kali! Yang pertama adalah ke gawang Newcastle United pada musim 2005/2006, dan satu lagi ke gawang Luton Town pada musim yang sama.

Bersama Steven Gerrard, ia juga memainkan peran utama dalam kemenangan penting Liverpool di final Liga Champions 2005. Ia mencetak gol penyama kedudukan ke gawang AC Milan untuk mengejar ketertinggalan tiga gol menjadi 3-3. Selanjutnya, kita semua tahu, Liverpool berjaya lewat adu penalti di final yang berlangsung di Istanbul tersebut.

Baca juga: Istanbul, Kota Seratus Klub di Timur Eropa

Tampaknya mustahil untuk membenci Alonso berkat gaya bermainnya yang impresif di lapangan tengah. Kemampuannya melepas tendangan jarak jauh cukup mengagumkan, dengan postur tubuh 183 sentimeter, ia kuat dalam duel fisik, mematahkan serangan lawan, sekaligus mencetak gol. Di Spanyol, ia juga menjadi idola juga menjadi bagian penting skuat tim nasional Spanyol yang menjuarai Piala Eropa 2008 dan 2012, serta Piala Dunia 2010.

Berbeda dengan beberapa pemain terkenal lain yang menutup karier di klub medioker atau liga yang kurang kompetitif, Alonso bagaikan minuman anggur, semakin tua semakin berharga. Ia pindah ke Real Madrid pada tahun 2009 dengan biaya transfer 30 juta paun. Investasi itu terkesan sedikit, mengingat kontribusi yang dihasilkannya. Alonso sekali lagi memegang trofi Liga Champions, kali ini dengan seragam putih Real Madrid.

Setelah menyelesaikan misinya meraih gelar liga bersama Real Madrid, pria berdarah Basque ini pindah ke klub raksasa lain, Bayern München. Tiga tahun kariernya dipenuhi berbagai gelar, termasuk tiga juara Bundesliga berturut-turut.

Pada musim panas 2017, ia memutuskan untuk mengakhiri karier profesionalnya, meskipun banyak orang yang meyakini ia masih mampu bersaing dengan kondisi fisik yang masih prima. Dalam salah satu ulasan ESPN FC beberapa waktu lalu, terungkap bahwa Alonso memiliki ambisi selanjutnya untuk menjadi seorang pelatih. Saat ini, ia sedang menempuh langkah-langkah untuk mencapai tujuannya itu, salah satunya dengan mengikuti kursus kepelatihan.

Sejak awal musim 2017/2018, kita tak lagi melihat pemain kelahiran 25 November 1981 ini di lapangan hijau. Namun, jika merindukan aksi-aksinya, kita selalu bisa memutar ulang berbagai video gol-gol indah atau senyuman elegannya pada saat sesi wawancara.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.