Langkah PSS Sleman di Gojek Traveloka Liga 2 sudah terhenti. Kesebelasan berjuluk Super Elang Jawa ini gagal melaju ke babak 8 besar. Di laga terakhir melawan Persis Solo yang digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman pada Selasa (10/10) kemarin, PSS memang menang dengan skor 2-1. Namun, kemenangan itu sudah tidak ada artinya lagi karena PSPS Riau sukses menaklukan Cilegon United dengan empat gol tanpa balas.
Dengan hasil tersebut, Persis tetap melaju kencang ke babak 8 besar dengan statusnya sebagai juara Grup A. Persis mengantongi 10 poin, sementara PSS dan PSPS sama-sama mengantongi 8 poin. Namun, yang berhak menemani Persis ke babak 8 besar adalah PSPS karena PSPS menang head to head atas PSS.
Di babak 16 besar, PSPS berhasil menahan PSS dengan skor 1-1 ketika berlaga di Stadion Utama, Riau pada Kamis (28/9). Sementara ketika away ke Sleman pada Senin (2/10) lalu, PSPS sukses mempermalukan PSS di hadapan pendukungnya sendiri dengan skor 3-2. Sesuai regulasi PT. Liga Indonesia Baru (LIB) pada Pasal 17 ayat 5, jika ada dua tim yang memiliki poin sama besar di babak 16 besar, maka yang jadi acuan adalah hasil pertemuan kedua klub (head to head). Setelah itu baru selisih gol, jumlah memasukkan gol, dan undian.
Mimpi di depan mata belum jadi nyata
Sebenarnya PSS termasuk salah satu tim yang saya jagokan untuk promosi ke Liga 1. Tentunya agar menjadi perwakilan dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk berkompetisi di kasta tertinggi. Pasalnya, dua klub dari DIY yang lain, Persiba Bantul dan PSIM Yogyakarta, sudah terlebih dahulu gagal. Jangankan promosi ke Liga 1, bertahan di Liga 2 saja Persiba tidak mampu. Sementara PSIM gagal melaju ke babak 16 besar dan hanya berkesempatan mengikuti babak play off degradasi.
Tentu sudah menjadi rahasia publik jika sudah bertahun-tahun lamanya tidak ada perwakilan dari DIY yang berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola nasional. Oleh karena itu, lolosnya PSS ke babak 16 menjadi secercah cahaya yang diharapkan mampu menunjukkan sinar terang sepak bola di tanah istimewa ini. Ya, PSS memang amat diharapkan terus melaju hingga ke Liga 1.
Akan tetapi, tepat di tanggal 10 bulan ke-10, cahaya itu redup seketika. Super Elang Jawa harus mengakui bahwa dirinya belum cukup super untuk terbang lebih tinggi dan naik kasta. Kepakan sayapnya masih terlalu lemah. Ia belum cukup kuat membawa mimpi para pendukungya. Dan hingga kini, mimpi itu masih sekadar mimpi. Super Elang Jawa belum mampu membuatnya menjadi nyata.
Kecewa dan sedih. Itulah yang dirasakan Slemania. Tak heran jika mereka kemudian meluapkan emosi dengan turun ke lapangan usai pertandingan melawan Persis di hari Selasa sore itu. Mereka meminta pertanggungjawaban manajemen atas kegagalan Super Elang Jawa. Di sore yang kelam di Stadion Maguwoharjo itu, tak sedikit pula suporter PSS yang menangis. Ya, siapa yang tidak sedih ketika tim kebanggaanya gagal? Jelas tidak ada!
Selain berharap PSS mewakili DIY di kasta tertinggi kompetisi sepak bola nasional, suporter adalah faktor lain yang membuat saya turut berharap PSS naik kasta. Ialah Brigata Curva Sud (BCS), ultras PSS yang namanya sudah dikenal kalangan pencinta sepak bola seantero nusantara, bahkan dunia.
Mereka adalah suporter progresif nan kreatif yang membuat sepak bola Sleman lebih berkesan. Dan diakui atau tidak, aksi BCS di tribun selatan Stadion Maguwoharjo selalu membuat siapa saja yang menyaksikannya terpikat. Aksi mereka ketika mendukung PSS juga membuat saya memberi penilaian yang terdengar cukup berlebihan, yaitu tribun selatan lebih menarik ketimbang lapangan.
Aksi BCS di tribun selatan memang tidak hanya sekadar membakar semangat pemain di lapangan atau memberikan teror untuk tim lawan. Lebih dari itu, setiap gemuruh chant yang mereka nyanyikan atau koreografi yang mereka sajikan adalah hiburan yang memanjakan mata dan telinga.
Dan ketika menyanyikan anthem ikonik “Sampai Kau Bisa”, itu adalah sebuah keromantisan. Tak heran jika BCS dinobatkan sebagai ultras terbaik di Asia versi Copa90 pada bulan Februari lalu.
Namun, suporter hanyalah pemain kedua belas. Artinya, mereka tetap butuh 11 pemain utama. Mereka hanya akan berjalan mengikuti kesebelasannya. Ketika PSS masih harus di Liga 2, BCS ya masih harus di sana. Meskipun BCS sebenarnya bisa bersaing dengan suporter-suporter di Liga 1.
Masih ada harapan yang lain
Musim ini, Super Elang Jawa memang gagal promosi ke Liga 1. Namun, lupakanlah kekecewaan itu barang lima menit. Sebab, sepak bola Sleman belum usai. Masih ada PSS U-17 alias Elang Muda yang wajib diberi dukungan.
Saat ini PSS U-17 tengah berkompetisi di ajang Pertamina Soeratin Cup atau Piala Soeratin. Debut Elang Muda pun positif. Di laga pembuka melawan Persibun Pangkalan Bun yang digelar di Stadion Maguwoharjo pada Sabtu (14/10) malam, Elang Muda menang meyakinkan dengan skor 2-0.
Ketika sang kakak gagal, kepada adiklah kita bisa beharap. Saya rasa itu yang patut dijaga Slemania. Boleh saja kecewa karena Super Elang Jawa gagal naik kasta. Namun, jangan lupa bahwa masih ada Elang Muda. Artinya, ketika mimpi di depan mata belum menjadi nyata, masih ada mimpi dari sisi lain yang patut dijaga.
Jangan sampai putus harapan! Tetap semangat, Man! Ojo muntir! Sampai kau bisa!
Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Mahasiswi komunikasi yang mencintai sepak bola dalam negeri