Pada 7 Oktober 2017 ini, Diego da Silva Costa alias Diego Costa berusia 29 tahun. Mungkin kado terindah baginya adalah kembali ke klub yang dicintainya, Atletico Madrid. Mari kita lihat perjalanan karier pemain kelahiran Brasil berkewarganegaraan Spanyol ini.
Kisah hidup Costa bermula dari kota Lagarto di wilayah timur laut Brasil. Ayahnya memberinya nama ‘Diego’ sebagai bentuk kekagumannya kepada sang legenda, Diego Maradona, meskipun Brasil dan Argentina merupakan rival abadi. Masa kecil Diego kecil teramat sulit, karena berasal dari keluarga kurang mampu. Semasa kecil, ia hanya bisa bermain sepak bola di jalan-jalan berdebu kota Lagarto.
Barulah ketika ia berusia 16 tahun, Costa direkrut klub profesional di sebuah kota kecil, Barcelona Esportiva Capela di Ibiuna, negara bagian Sao Paulo. Di klub tersebut, ia digaji sekitar 1 juta rupiah per bulan. Di awal-awal kariernya inilah, reputasi beringasnya mulai terbentuk. Ia sering memperoleh hukuman dari wasit akibat menyerang pemain lawan atau ofisial pertandingan.
Nasib baik menghampirinya ketika bakatnya ditemukan seorang agen yang kemudian menjadi agen kelas dunia, yaitu Jorge Mendes. Berkat Mendes, Costa akhirnya terbang ke Eropa. Klubnya yang pertama adalah peserta Primeira Liga di Portugal, yaitu Sporting Braga, pada tahun 2006.
Setelah menjalani masa peminjaman selama setengah musim di klub divisi dua, Penafiel, nasib mempertemukan Costa untuk pertama kalinya dengan Atletico Madrid. Lagi-lagi, Mendes-lah yang berjasa membawa pemain ini ke klub terbesar kedua di Madrid tersebut.
Setelah bergabung dengan Atletico, Costa tak langsung mendapat tempat di tim utama. Bahkan, kariernya nyaris berakhir menjadi pemain semenjana karena menjalani peminjaman ke tiga klub berbeda selama tiga musim. Selama kurun waktu 2007 hingga 2009, berturut-turut dirinya dipinjamkan ke Braga, Celta Vigo, dan Albacete.
Kariernya di Atletico sempat mengalami ‘kiamat kecil’ ketika klub tersebut memutuskan untuk menukarnya dengan penjaga gawang Valladolid, Sergio Asenjo. Untungnya, Atletico kemudian memutuskan untuk mendatangkannya kembali sebagai pelapis Diego Forlan dan Sergio Aguero. Selama menunggu giliran untuk tampil di tim utama, Costa lagi-lagi menerima tawaran peminjaman selama setengah musim ke Rayo Vallecano.
Dewa penyelamat bagi pemain bertinggi badan 188 sentimeter ini bernama Diego Simeone. Sejak kedatangan pelatih Argentina tersebut, kesempatan bermain bagi Costa semakin banyak. Costa tampil padu dengan ‘El Tigre’, Radamel Falcao. Selain itu, Simeone seakan menutup mata terhadap berbagai tindakan tak terpuji sang pemain, seperti ketika meludahi pemain Real Madrid, Sergio Ramos, atau menanduk pemain Viktoria Plzen, David Limbersky.
Kesabaran Simeone berbuah manis. Costa menjadi pahlawan kemenangan Atletico atas rival abadinya, Real Madrid, di final Copa del Rey 2013. Ia juga menjadi pemain kunci ketika Los Colchoneros menjuarai La Liga 2013/2014. Sayang, cedera yang dialami Costa membuat penampilannya di final Liga Champions 2013/2014 terbatas. Atletico pun takluk di tangan Real Madrid dengan skor 1-4.
Babak baru dalam karier Diego Costa akhirnya datang seiring kepindahannya ke Liga Inggris. Chelsea menjadi rumah barunya, dan ia menjadi andalan utama pelatih Jose Mourinho. Costa yang telah mengubah kewarganegaraannya menjadi Spanyol, mencatatkan rekor manis. Ia mencetak 20 gol hanya dalam 26 penampilan di musim pertamanya di Liga Premier Inggris. Kontribusinya itu menjadi salah satu kunci sukses Chelsea menjuarai Liga inggris 2015/2015.
Namun, setelah Antonio Conte mengambil alih kursi kepelatihan Chelsea, posisi Costa di lini depan pun tak lagi aman. Meski kolaborasi mereka membuahkan satu lagi gelar juara Liga Inggris, yaitu pada musim 2016/2017, perseteruan keduanya mencapai puncak pada awal musim 2017/2018. Costa yang terdesak keluar dari tim utama Chelsea sudah sedikit lagi pindah ke klub Liga Cina, Tianjin Quanjian. Sayang, klub tersebut terbentur aturan jumlah maksimal pemain asing.
Maka, ketika Atletico Madrid kembali menawarinya untuk bergabung, Costa pun tak buang-buang waktu untuk berpikir. Meskipun baru bisa bermain pada 1 Januari 2018, ia tak peduli. Atletico Madrid adalah rumah yang dicintainya, dan ia akan dilatih oleh Diego Simeone yang selalu menghargainya.
Dalam 94 pertandingan sebelumnya bersama Atletico, Costa mencetak 43 gol. Ia pasti sudah tak sabar menunggu Januari 2018 untuk meneruskan koleksi golnya.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.